Swastamita di Cakrawala ( On...

By PenulisAmatir085

1.9K 1.2K 1.3K

8 tahun berpisah akhirnya penantian Elia selesai. Elia Alzena cewek mungil yang selalu menunggu Aska-nya kemb... More

Prolog
1. Dari waktu ke waktu
2. Cuma mirip
3. Harapan
4. Belum jadi mantan
5. Nathan berubah
6. Bingung mau sedih apa senang
7. Karena gibran
8. Emang jujur susah?
9. Lomba 🏆
10 Bertemu kembali
11. Areska
12. Bukan salah elia
13 Nathan tuh kenapa?
14. Jadi yang mana?
15. Elia kambuh
16. Nathan 's problem
17. Hampir kehilangan
18. Problem again
19. SMA Garuda vs SMA Galaksi
21. Marahnya Elia
22. Limitation

20. Yang nathan rasakan

76 47 132
By PenulisAmatir085



Sampai kapan pun Nathan tetap harus menjaga Elia.




Elia : nath 

Elia : di mana?

Elia : nathan bales

Nathan : diem 

Elia : maaf :( 

read



Elia menghela napas berat lalu merebahkan tubuh di kasur, baru tahu kalo karenanya Nathan dimarahi lagi oleh ayah juga papah. Mamah juga sempat telepon Elia karena Nathan pergi dari rumah setelah dimarahi papah.

Gadis itu menatap langit-langit kamar, diam dalam keheningan. Masih berusaha berpikir akan bertanya pada siapa soal keberadaan Nathan. Sampai detik berikutnya, Elia bangkit lalu kembali meraih hpnya  mencari nama seseorang di sana.


Elia : P

Elia : gibran

Elia : GIB

Elia : gibby!!!

Elia : bales kenapa sih! penting!

Gibran : apa

Elia : nathan sama lo kan pasti

Elia : iya kan? 

Gibran : iya

Gibran : mau ngapain

Elia : suruh balas chat gue..

Gibran : tidur anaknya

Gibran : lagian lo tuh kenapa sih el?

Elia : ayah suruh nathan anter gue pulang

Elia : tapi gue tau dia lomba, makanya malah ke sana

Elia : pas pulang ayah marah sama nathan

Elia : karena nggak anter gue pulang dulu

Gibran : el

Gibran : ini sih ayah lo yang bikin masalahnya

Elia : hm, ini mau ngomong tapi ayah belum pulang 

Elia : gimana?

Gibran : besok 

Elia : bukan itu

Elia : nathan gimana  :(((

Gibran : biarin aja

Gibran : dia nggak bakal bisa marah sama lo

Elia : serius :((

Elia : kali ini beda 

Gibran : dah malem mending tidur

Elia : hm :(((

Elia : perlu gue bantu salamin nisa??

Gibran : emang bisa?

Elia : tapi kan udah punya cowok

Gibran : hm, iya

Elia : tikung aja sih

Gibran : boleh?

Elia : sinting :((

Gibran : gue doain putus aja si

Elia : gue lapor nisa ya

read



Elia melempar hpnya di kasur, lalu menghela napas jengah. Kayak dia tahu kalo Nathan kali ini pasti akan marah padanya.




🌅🌅🌅



Elia masuk ke dalam kelas dengan wajah ditekuk, melihat sekitar dan tidak juga menemukan Nathan di bangkunya. Membuat Nisa yang berada di samping jadi memandang penasaran.

"Heh. Lo kenapa?" 

  Elia menggeleng. "Lo liat Nathan nggak?"

"Lah, lo tanya gue? Gue aja baru sampe."

Elia melipat tangannya di atas meja lalu menelungkupkan wajahnya di sana. "Nathan marah lagi."

Nisa mendelik, perasaan baru kemarin baikan. "Udah biasa juga kan."

 "Tapi kali ini beda." keluh Elia. "Gue yang salah banget emang."

"Apasih? kenapa?" 

Elia mengubah posisinya lalu menghela napas berat. "Kemarin Nathan lomba, terus ayah call Nathan minta buat anter gue pulang. Padahal gue udah chat ayah juga buat pulang bareng Dede, pas Gibran chat gue karena Nathan nggak angkat call dia gue langsung rebut kunci motor Nathan terus ke sekolah Galaksi. Maksud gue tuh biar dia ikut lomba dulu gitu loh." 

Nisa membuka mulutnya lebar-lebar, "Gibran chat lo?" 

Elia jadi memutar bola matanya malas, pengen fokus dulu sama masalah dia. "Ca.." 

Nisa malah nyengir tanpa dosa. "Iya-iya lanjut." titahnya.

"Terus Nathan pulang seudah lomba tanpa gue, karena gue emang udah bilang kalo mau balik bareng Aska. Ayah juga nggak ngomong apa-apa sama gue dan cuma bilang iya aja." katanya.

"Nah gue tuh nggak tau kalo Nathan mau balik ke rumah gue dulu, terus ayah marah sama Nathan karena pulang sendiri. Mungkin maksud ayah tuh kalo Nathan pulang ke rumah gue dulu kenapa nggak sama gue kali ya." 

Nisa menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ayah lo keterlaluan sih, iya tau dia sayang banget ke lo. Tapi kaya lupa gitu Nathan juga punya urusan dan kepentingan."

"Emang, dan kalo gue bahas tuh ayah selalu bilang. Nathan yang janji." balas Elia pasrah. "Akhirnya Nathan marahnya ke gue." 

"Harusnya dia nggak marah sama lo juga sih, dia nggak bilang." 

Elia kembali menelungkupkan wajahnya, "Tetep gue salah." 

Nisa mengangguk, tidak munafik karena memang iya kalau Elia juga salah. "Lo kayanya harus ngomong sih ini, sama ayah lo." 

"Hm." Elia mengerucutkan bibirnya melas. "Cuma masalahnya gue nggak ketemu ayah dari kemarin."

"Lo tuh hidup berasa sebatang kara anjir." Nisa terkekeh memikirkan kehidupan Elia.

Elia hanya terkekeh meratapi nasibnya yang seperti ini, sampai suara Pak Asep yang baru saja tiba berhasil mengusik lamunannya. Bahkan Nathan masih belum masuk ke dalam kelas sekalipun pelajaran sudah dimulai.






🌅🌅🌅




Elia menghampiri Gibran yang dari pagi sibuk di ruang osis. "Lo ada liat Nathan nggak?" tanyanya tepat di hadapan cowok itu.

"Nggak." jawab Gibran apa adanya. Ia memang berangkat bareng cowok itu karena semalam Nathan tidur di rumahnya, tapi setelah sampai ke sekolah Gibran langsung ke ruang osis sementara Nathan entah ke mana.

Elia jadi melengos panjang, bingung sendiri mencari cowok itu karena jelas dia harus bicara pada Nathan. Sampai matanya menatap satu objek di atas sana banyak awan dengan semburat oren, pink, dan campuran dari merah. 

Elia tahu Nathan di mana.

Gadis itu berlari menuju tangga lantai tiga tempat kelas dua belas berada, sedikit tersenyum pada Jefran saat cowok itu menatapnya. Elia masih terus berlari menuju lorong ujung pada sebuah pintu menuju tangga rooftop. 

Elia sedikit menundukkan tubuhnya sambil mengatur pernapasannya yang tidak stabil, lalu memandang Nathan yang berada dipinggir rooftop menatap langit senja. Elia berjalan menghampiri cowok itu, lalu duduk di sampingnya membuat Nathan seketika menoleh tak suka.

"Gue tau lo di sini." 

Nathan diam tak menanggapi perkataan gadis di sebelahnya, masih kesal karena alasan kemarin.

"Senja setenang itu ya buat lo?" tanya Elia. Masih berusaha membuat Nathan mau bicara padanya.

Tahu Nathan yang hanya diam saja membuat Elia menghela napasnya berat.

"Nath!" panggilnya kesal. Karena Nathan malah berdiri dan hendak pergi. "Lo nggak bisalah diemin gue gini, yang salah juga bukan gue! Senggaknya lo dengerin gue lah." sambungnya, ikut berdiri berhadapan dengan Nathan.

"Lo selalu punya kesempatan El," tukas Nathan menatap lurus pada Elia. "Gue yang nggak pernah punya kesempatan sekalipun itu papah gue," lanjutnya dingin.

"Ya makanya gue mau jelasin soal kemarin, gue juga nggak tau kalo lo--"

"Lo punya kesempatan buat ngomong sama ayah juga papah, terus terang sama mereka, jujur sama mereka, lo bisa lakuin itu El. Sementara gue? Sekali ngeluh aja soal lo gue kena marah." 

Elia terdiam, menunduk menahan tangis. Nathan jadi ikut menunduk, lalu berdecak kesal dengan emosi yang masih tertahan.



"El, kali ini gue beneran capek," lirih Nathan membuat Elia kembali menatapnya.



"Nath...?" 

"Lo mau gue gimana? Jujur? Gue tuh kesel El sama semuanya, sama cara papah yang ngatur hidup gue, terus ayah ayah yang ngeharusin banget gue selalu bareng lo dan lo yang cuma diem aja nurut sama mereka padahal tau gue kaya apa."

Elia terdiam, lalu menekuk bibirnya baru tahu kalo Nathan bisa sampai sekesal ini.

"Lo yang bikin masalah, lo yang ceroboh, kenapa jadi gue yang diamuk sama papah juga ayah? Gue nggak tau apa-apa anjir!" ucap Nathan mengeluarkan unek-ueknya.

 Elia menunduk, mulai menangis karena kalimat dari cowok itu benar - benar menyakitkan.

"Maaf..." gumamnya kecil,  tak berani menatap Nathan.

"Maaf lo bisa buat apa sih El?" 

"Gue sampe nggak sempet mikirin diri gue sendiri, karena lo, sikap lo dan lo yang selalu harus sama gue, lo yang harus dianter jemput sama gue tiap hari, lo yang selalu maksa gue buat temenin lo di rumah." Nathan mengusap wajahnya frustasi.

"Gue putus sama Fitri, gue hampir gagal masuk turnamen, gue yang dapet ancaman dari papah juga ayah, karena lo yang bikin masalah." 

Elia tersentak kaget. "Kalian beneran putus..?" 

"Iya, karena penyakit lo kambuh di tempat yang jauh, padahal lo yang nekat pergi sendirian dan minta gue buat nggak usah anter pulang karena lo bakal di jemput aska, akhirnya apa? Gue lagi yang kena marah sama papah juga ayah." 

"Lo egois El!"

"Lagi harusnya ayah tuh nggak punya hak dalam hidup gue cuma karena dia bantu bisnis papah yang hampir jatuh bangkrut." 




"Urus diri lo sendiri.. lo bukan anak kecil yang harus selalu gue jagain, El." Nathan menggeser tubuh Elia dan melangkah pergi meninggalkan gadis itu sendirian di sana.


Elia terdiam seraya menangis sendirian. Baru kali ini Elia mendengar Nathan berbicara dengan kalimat sepanjang itu.


Dan Elia baru tahu, ternyata ini yang Nathan rasakan selama hidupnya sejak saat itu. Janji itu bukan keinginan Nathan? Yang Nathan tahan, sekaligus menyadarkan Elia bahwa dia hanya sebuah benalu di hidup cowok itu.





-tbc-


Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 131K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
2.4M 120K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
3.3M 271K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 227K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...