[HIATUS] Count Family's Young...

By yoggu033

77K 12K 1.9K

_CFYM_ (Unreliable Updates - [ON GOING]) Title 제목: Count Family's Young Master Judul Alternatif: Tuan Muda Ke... More

Tags
Chapter 1 ♗
Chapter 2 ♗
Chapter 3 ♗
Chapter 4 ♗
Chapter 5 ♗
Chapter 6 ♗
Chapter 7 ♗
Chapter 8 ♗
Chapter 9 ♗
Chapter 10 ♗
Chapter 11 ♗
Chapter 12 ♗
Chapter 13 ♗
Chapter 14 ♗
Chapter 15 ♗
Chapter 16 ♗
Chapter 17 ♗
Chapter 18 - 19 ♗
Chapter 20 ♗
Chapter 21 ♗
Chapter 22 ♗
Chapter 23 ♗
Chapter 24 ♗
Chapter 25 ♗
Chapter 26 ♗
Chapter 27 ♗
Chapter 28 ♗
Chapter 29 ♗
Chapter 30 ♗
Chapter 31 ♗
Chapter 32 ♗
Chapter 33 ♗
Chapter 34 ♗
Chapter 35 ♗
Chapter 36 ♗
Chapter 37 ♗
Chapter 38 ♗
Chapter 39 ♗
Chapter 40 ♗
Chapter 41 ♗
Chapter 42 ♗
Chapter 43 ♗
Chapter 44 ♗
Chapter 45 ♗
Chapter 46 ♗
Chapter 47 ♗
Chapter 48 ♗
Chapter 49 ♗
Chapter 50 ♗
Chapter 51 ♗
Chapter 52 ♗
Chapter 53 ♗
Chapter 54 ♗
Chapter 55 ♗
Chapter 56 - 57 ♗
Chapter 58 ♗
Chapter 59 ♗
Chapter 60 ♗
Chapter 61 ♗
Chapter 62 ♗
Chapter 63 ♗
Chapter 64 ♗ (a/n)
Chapter 65 ♗
Chapter 66 ♗
Chapter 67 ♗
Chapter 68 ♗
Chapter 69 ♗
Chapter 70 ♗
Chapter 71 ♗
Chapter 72 ♗
Chapter 73 ♗
Chapter 74 ♗
Chapter 75 ♗
Chapter 76 ♗
Chapter 77 ♗
Chapter 78 ♗
Chapter 79 ♗
Chapter 80 ♗
Chapter 81 ♗
Chapter 82 ♗
Chapter 83 ♗
Chapter 84 ♗
Chapter 85 ♗
Chapter 86 ♗
Chapter 87 ♗
Chapter 88 ♗
Chapter 90 ♗
Chapter 91 ♗
Chapter 92 ♗
Chapter 93 ♗
Chapter 94 ♗
Chapter 95 ♗
Chapter 96 ♗
Chapter 97 ♗
Chapter 98 ♗
Chapter 99 ♗
Chapter 100 ♗
Chapter 101 ♗
Chapter 102 ♗
Chapter 103 ♗
Chapter 104 ♗
Chapter 105 ♗
Chapter 106 ♗
Chapter 107 ♗
Chapter 108 ♗
Chapter 109 ♗
Chapter 110 ♗
Chapter 111 ♗
Chapter 112 ♗
Chapter 113 ♗
Chapter 114 ♗
Chapter 115 ♗
Chapter 116 ♗
Chapter 117 ♗
Chapter 118 ♗
Chapter 119 ♗
Chapter 120 ♗
Chapter 121 ♗
Chapter 122 ♗
Chapter 123 ♗
Chapter 124 ♗
Chapter 125 ♗
Chapter 126 ♗
Chapter 127 ♗
Chapter 128 ♗
Chapter 129 ♗
Chapter 130 ♗
Chapter 131 ♗
Chapter 132 ♗
Chapter 133 ♗
Chapter 134 ♗
Ch 134 lanjutan
CFYM's notes 🍄
Characters References 1
Characters References 2
Characters References 3
Characters References 4
CFYM Readers
Review Section
Readers' Fanarts
References 🍎
Other Projects
Other Projects - bl
Recap ☕
Essay about TCF
Future Characters
My new project
announcement 21/05/2024
Hi

Chapter 89 ♗ (Sinfhar's arc end)

268 41 3
By yoggu033

Norra baru saja mengangkat tangannya hendak menempatkan kedua ujung jarinya ke kening Jorel. Akan tetapi muncul sebuah tangan dari samping belakangnya, meraih pergelangan tangannya dan menahannya sebelum dia berhasil menempelkan kedua ujung jarinya itu.

Dia terperangah hingga akhirnya dia mengerutkan keningnya. Menoleh ke arah dimana tangan itu berasal untuk melihat siapa pemilik dari tangan tersebut. Itu Caessar. Mage calon Gubernur baru Sinfhar itu berkata. "Saerin Norra. Saya harus meminta Anda untuk menunda itu."

Norra menaikkan alisnya.

"Alasannya?"

Caessar tidak menjawab. Dia menoleh pada Rhinel dan Rodnell. "Kalian berdua. Tolong pegangi Selim Jorel untukku."

Rodnell langsung bergerak mengikuti ucapannya tanpa mengatakan apapun. Rhinel merasa dirinya tidak masalah untuk mengikuti yang diminta kakak Jowan temannya itu, tapi dia merasa dirinya tidak bisa tidak berkerut kening karena dia merasa ada perubahan atmosfir tiba-tiba di antara kakak Jowan itu dan sang Tuan Muda Bardev. Tapi yang menjadi perubah atmosfir itu adalah Caessar sendiri seorang.

Alister bisa langsung menangkap apa sebenarnya yang sedang berlangsung dan melepaskan tangannya dari Jorel membiarkan mage bernama Rodnell tadi mengambil alih tempatnya. Dylan juga menangkap hal yang sama. Tapi berbeda dengan Alister, dia merasa dia tidak bisa menerima perubahan perlakuan mendadak itu. "Tuan Caessar. Apa maksudnya ini?"

Caessar membiarkan isi benaknya terbuka. "Mungkin memang terkesan menciptakan hubungan kecurigaan yang tidak baik. Tapi saya harap Saerin Dylan juga akan membiarkan saya menjelaskannya nanti."

Dylan memiliki wajah yang muram. Pada akhirnya dia ingin menjadikan Valias sebagai tolak ukur pengambilan keputusannya. "Tuan Muda Norra. Bisa aku bicara pada Valias?"

Norra tercengang mendapati apa yang dipintai Dylan. Tapi tetap menangkap alasan kenapa Dylan menginginkan orang yang dia panggil Paman itu.

Dia baru akan meminta Alister menghampirinya. Tapi di saat itu Valias di dalam kepalanya lebih dulu berucap. "Tidak perlu bertukar tempat. Beritahu dia untuk mengikuti permintaan Tuan Caessar."

Norra hampir mengutuk karena untuk pertama kalinya dia mengetahui bagaimana rasanya ada suara seseorang di dalam kepalanya. Berarti itulah yang dirasakan sosok Pamannya itu setiap kali dia bicara dari dalam sana. Dia berkata. "Valias bisa melihat dan mendengar semuanya dari dalam sini. Aku pun juga begitu ketika dia yang sedang memimpin. Dia juga sudah bilang sesuatu padaku. Dia bilang agar kau mengikuti yang dikatakan Tuan Caessar."

Dylan menyangkutkan matanya pada Norra yang memiliki penampilan dari Valias itu. Dia berusaha mencaritahu apakah sosok Norra itu mengatakan yang sebenarnya. Tapi lama kelamaan dia merasa bahwa memang benar sesuatu seperti itulah yang akan dikatakan Valias. Valias selalu menempuh jalur damai.

Dylan melepaskan pegangannya pada Jorel. Hingga tempatnya tadi digantikan oleh Rhinel yang lebih dulu menyempatkan dirinya untuk berbisik minta maaf hati-hati pada Dylan.

Caessar merasa bahwa keadaan yang sekarang sudah sesuai dengan yang sebagaimana dia pikir paling bijaksana. Dia menginisiasikan langkah keduanya. "Saya berterimakasih atas pengertian Anda." Dia menundukkan kepalanya sesaat, lalu berkata lagi. "Jika boleh saya ingin kita semua untuk sementara kembali masuk ke dalam Palis. Karena saya merasa ada beberapa hal yang harus kita bahas bersama terlebih dahulu sebelum melakukan hal lain apapun."

Alister tidak mengatakan apapun dan hanya membenarkan pengambilan keputusan yang dibuat mage bernama Caessar itu dalam diamnya. Dalam sesaat dia sudah berhasil dibuat mengakui kompetensi pembuatan kebijakan pemuda yang ditunjuk para rekan mage-nya untuk menjadi Gubernur baru Sinfhar itu.

Vetra dihampiri kecemasan Koha Caessar yang sudah dia kenal dengan baik itu akan memulai suatu konflik di antara rekan-rekan mage Sinfhar nya dengan kelompok dari Hayden Valias. Dia baru akan memanggil Caessar pelan tapi sebelum suaranya keluar suara familiar seseorang lebih dulu menghentikannya. "Valias bilang bahwa dia setuju. Kita bisa masuk ke dalam seperti yang Tuan Caessar bilang."

Caessar melihat ke arah Norra. Dia melihat wajah datar figur remaja itu. Tidak sedikitpun merasa ragu dengan kebijakannya barusan. "Jika begitu,"

Dia menoleh kepada Darius, "Selim Darius. Apakah di dalam sana ada suatu ruang pertemuan seperti yang ada di akademi?"

Darius sempat tersentak tidak menyangka Caessar akan bicara padanya. Dia mengangguk. "Ada. Ruangan pertemuan itu ada di lantai kedua, Saerin Caessar."

Caessar mengangguk mengerti. "Mari ke sana terlebih dahulu."

Bersama-sama mereka pergi ke tempat yang dimaksud Darius. Ruangannya cukup besar dan memiliki cukup banyak kursi. Tapi jumlah kursinya tetap tidak cukup banyak untuk membuat semua orang bisa duduk. Meski begitu banyak mage bersedia untuk tidak mendapatkan tempat mereka. Sehingga pada akhirnya yang mengisi beberapa bangku di sana hanyalah Caessar, Jaeha, Darius, lalu Rezna dan beberapa mage lain yang masih dalam keadaan syok. Jorel juga dibuat duduk di salah satu bangku dengan Rhinel dan Rodnell berdiri mengawasinya di kedua sisinya. Begitupun dengan Vamir yang diawasi dua orang mage laki-laki lain.

Yang ada di ujung meja yang lain adalah kelompok dari Hayden Valias. Kelimanya dipinta Caessar untuk duduk tanpa seorangpun bahkan seperti Alister diperbolehkan berdiri olehnya. Dengan atmosfir yang dia rasa sudah cukup kondusif dia merasa sudah tiba waktu yang tepat untuknya mulai berbicara. "Aku melihat wajah baru sehingga aku akan memperkenalkan namaku lagi. Namaku Caessar. Aku merasa ini sudah waktunya untukku bersikap sebagai Gubernur Sinfhar yang baru secara nyata. Belum ada penobatan secara resmi tapi untuk sekarang aku sudah harus mengangkat permasalahan ini sebagai seorang yang sudah menjadi calon petinggi baru Sinfhar."

"Sebelum mulai masuk ke topik yang ingin kuangkat, ada yang perlu kutanyakan."

Dia melihat kepada Uvan. "Tuan, benarkah itu pemanggilan yang tepat? Aku ingin tau lebih dulu mengetahui identitas Anda dan latar belakang mengapa Anda bisa ada di sini."

Uvan memahami apa yang ingin diketahui mage yang tampak sepantaran dengannya itu. Dia menjawab terus terang sesuai adanya. "Saya seorang ksatria kepercayaan Putra Mahkota Frey Nardeen dari Hayden. Sebelumnya beliau memanggil saya ke ruangannya dan memberitahu saya tentang apa yang tengah berlangsung di sini. Beliau meminta saya pergi ke sini bersama Tuan Edgar dan rekan-rekan mage nya. Peran yang diberikan kepada saya oleh beliau adalah untuk membantu Tuan Edgar memberikan arahan kepada rekan-rekannya ketika itu dirasa perlu."

Caessar melihat pada Edgar. "Edgar. Benarkah itu?"

Edgar mengangguk memberikan pengakuannya. "Saya merasa saya tidak punya cukup kemampuan untuk menuntun mereka selama di sini. Saya tidak tau apa yang akan kami hadapi begitu sampai di sini. Jadi Putra Mahkota Hayden meminjamkan ksatria kepercayaannya untuk membantu saya."

Caessar kini berpindah menaruh pandangannya pada Norra. Dia bertanya. "Yang saya tau sebelumnya nama Anda adalah Valias. Tiba-tiba Anda bersikap seolah Anda adalah orang lain dan mengaku Anda bernama Norra. Apa maksudnya itu?"

Norra berwajah masam. "Agak aneh tapi sedari awal Valias dan aku memang berada di satu tubuh yang sama. Kami bisa bertukar tempat kapan saja, tapi yang memegang kendalinya hanya aku. Jika Anda ingin bicara langsung pada Valias aku bisa membuatnya menjadi yang memimpin."

Caessar memberitahu dirinya sendiri untuk dapat mempercayai yang dikatakan remaja itu barusan dengan kening berkerut. Dia berkata. "Bisa aku bicara dengannya sekarang?"

Norra menurutinya tanpa sedikitpun rasa ogah. Malahan dia merasa tidak nyaman dirinya berada di atmosfir itu. Dia ingin orang yang lebih tua darinya itu saja yang menghadapi Caessar.

Valias mendapati dirinya sudah kembali menjadi yang memegang kuasa akan tubuh itu. Dia melihat pada Caessar. "Tuan Caessar."

Caessar memiliki kening yang masih berkerut samar. "Tuan Muda Valias?"

Valias mengangguk mengiakannya. "Ini saya."

Caessar bertanya dengan segala kesulitannya menerima informasi yang tadi dia dengarkan. "Benarkah itu? Anda dan Tuan Muda Norra berada di satu fisik yang sama."

Valias memandang Caessar. Mengiakannya pelan. "Itu benar."

"Bagaimana itu bisa terjadi?"

"Saya tidak punya jawabannya." Valias langsung menjawab. Lalu dengan suara pelan berniat membelokkan lajur pertanyaan yang tadi dibuat Caessar. "Tuan Caessar. Saya tau apa yang membuat Anda ragu dan membuat kita bersama ada di ruangan ini sekarang."

"Saya akan mencoba melafalkan hasil dugaan saya, jika Anda membolehkan," dirinya melanjutkan.

Caessar bermuka sedikit muram. Dengan agak enggan dia mengiakannya. "Silahkan."

"Anda sempat dibuat tidak mengerti dengan saya mengaku bahwa saya memperoleh pesan Dewa Hayden kepada Tuan Vamir dan juga Anda sekalian mage Sinfhar sebelumnya." Valias memulai narasinya. "Tentang itu, saya tidak akan bisa membuktikannya tapi saya bisa bilang bahwa itu benar adanya."

"Selanjutnya kehadiran Tuan Kei dan pedang yang dimilikinya." Dia menyebut poin itu. Sudah berniat untuk membuat latar belakang modifikasi yang bisa memberinya jalan pintas dalam membuat penerangan. "Saya menemukan pedang itu di suatu tempat di benua Reiss yang tidak bisa saya sebutkan lokasinya. Saya sendiri yang menyerahkannya pada Tuan Kei di sini dan memintanya mempelajari cara yang tepat untuk memanfaatkan pedang magis itu."

"Selanjutnya, kehadiran Norra dan kemampuan yang dimilikinya." Valias mengangkat ulang tanda tanya Caessar tentang remaja itu. "Dia dan saya sudah ada di tubuh yang sama ini sedari kami lahir bersama. Yang dari awal menjadi penguasa tubuh ini adalah saya. Tapi lalu Norra menyadari kalau dia bisa mengambil tempat saya jika dia mau. Untuk kemampuan membaca pikirannya," dia membuat omong kosongnya, "kami percaya Dewa lah yang memberikannya kemampuan itu." Dia lantas menyudahi penjelasan rakitannya sampai di sana. "Untuk yang lainnya, saya rasa saya tidak perlu menjelaskannya secara lebih detail."

Caessar memiliki kerut wajah kesulitan mencerna. Dia memberikan pertanyaan selanjutnya. "Alasan mengapa saya menahan Tuan Muda Norra menggunakan kemampuannya pada Selim Jorel tadi, Tuan Muda Valias sudah menduga alasannya?"

"Tentu saja." Valias dengan senyum tipis sederhana mengiakan pertanyaan Caessar. Telah bersiasat untuk menunjukkan bahwa dia memahami kekhawatiran mage itu. "Anda khawatir kami yang dari luar Sinfhar, terutama kerajaan lain ini, akan mencuri banyaknya informasi yang dimiliki Tuan Jorel. Mengingat tingkat kemampuan yang dimiliki oleh Norra."

"Itu dapat dimengerti." Valias memandang Caessar. "Jika Anda sekalian tidak ingin menggunakan metode Norra, maka Anda bisa memilih sendiri metode yang Anda mau. Pelayan saya ini pun bisa meminjamkan jasa yang tadi dia sebutkan. Jika Anda mengkhawatirkan bayarannya, biar saya yang membayarnya nanti."

"Aku tidak memahami kenapa Tuan Muda Valias dan Putra Mahkota yang sempat Anda sebutkan itu rela memberikan bantuan dan dukungannya pada kami hingga sejauh ini." Caessar mengungkapkan isi pikirannya, sekaligus berniat memotong laju pembicaraan yang tadi sempat berpindah menjadi ada di kendali Valias. "Pasti ada sesuatu yang lain di luar membantu mereka yang bekerja untuk istana Hayden Anda."

"Tuan Muda Valias bersedia memberitahu saya apa itu?"

Valias membiarkan Caessar meneliti gerak-geriknya, dan dia pun lalu menjawabnya. "Pertama-tama saya perlu meminta maaf untuk jawaban yang akan sangat berterus terang ini."

Dia menggunakan pilihan jawaban yang telah dia pertimbangkan secara matang-matang di kesempatan yang ada tadi. "Mengizinkan Nona Vetra dan rekan-rekan mage paviliun istana Hayden untuk ke Sinfhar kampung halaman mereka ini berarti membiarkan Hayden kami untuk sementara tidak memiliki satu pun mage yang bisa kami posisikan sebagai salah satu garda pertahanan Hayden. Hayden kami saat ini akan sedang berada dalam keadaan yang sangat rentan dengan tidak adanya satupun mage yang bisa membantu mengkokohkan pertahanan kerajaan." Dia memanfaatkan kehadiran fakta itu untuk membuyarkan sedikit tinggi tingkat kewaspadaan Caessar. "Sedari awal kami berniat untuk memberikan dukungan dan bantuan terbesar kami supaya masalah di Sinfhar ini bisa lebih segera selesai dan sehingga kelowongan barisan pertahanan kami pun akan segera kembali terisi."

Caessar menyipitkan matanya. Menyuarakan kesimpulan yang dia tangkap. "Jadi setelah konflik yang kami miliki di sini telah usai, Jowan, Vetra, dan rekan-rekan mereka yang lainnya akan kembali ke kerajaan Hayden Anda, dan Anda tidak berniat meminta imbalan apapun dari kami?"

"Kerajaan Hayden kami tidaklah berkekurangan." Valias menjawab seraya memandang ke arah kedua mata pemuda itu. Memberikan penenangannya. "Yang kami butuhkan adalah beberapa mage untuk memperkuat struktur pertahanan kami. Kami bersyukur lima tahun lalu beberapa mage datang ke Hayden dan menawarkan pemberian jasa mereka. Jika bisa kami tidak ingin kehilangan mereka. Kami tidak akan keberatan jika kami harus menyerahkan seporsi sumber daya alam wilayah kami untuk bisa mengajukan keberkenanan Nona Vetra dan rekan-rekannya untuk tetap bersedia dalam memberikan jasanya kepada Hayden."

Valias menyediakan waktu untuk Caessar memproses kata-katanya barusan. Membiarkan mage itu memilah apa-apa yang tadi diucapkannya.

Di lain tempat tanpa diketahui Valias, yang tadi dilakukannya itu berhasil. Caessar merasakan tingkat kewaspadaannya sedikit menurun setelah mendengarkan perkataan yang diucapkan Valias. Dia merasa alasan yang dipaparkan remaja itu masuk akal dan dia menerimanya.

Dia menaruh pandangannya pada Jowan.

Adiknya itu tampak dalam keadaan yang sehat dan tidak tampak menjalani hidup yang kurang menyenangkan selama dia tinggal di kerajaan Hayden itu. Bahkan Vetra terlihat sangat menghormati remaja yang tadi bicara dengannya. Melihat tidak ada satupun saerin-saerin nya yang datang dari Hayden itu yang tampak sempat melalui ketidaknyamanan di Hayden, dia menangkap bahwa kerajaan itu memperkerjakan mereka dengan cara yang baik.

Dia lalu teringat dengan fakta-fakta terkait remaja yang dikatakan sebagai orang kepercayaan seorang Putra Mahkota itu.

Dia bisa jadi berusia sekitar delapan belas tahun. Lebih muda lima tahun darinya, tapi dia memiliki tingkat kedewasaan dan ketajaman yang berada di atas dirinya sendiri ketika dia ada di umur tersebut dahulu. Membuat Caessar berpikir remaja itu adalah seorang anak yang terpelajar dan dia pasti bisa mendapatkan pelajaran itu dari tempat asalnya. Menandakan kerajaan itu pastinya adalah sebuah kerajaan yang makmur dan sejahtera. Bisa jadi lebih sejahtera dari Sinfhar sendiri. Dia tidak merasa dirinya masih harus punya keraguan untuk membiarkan Jowan dan yang lainnya kembali ke kerajaan itu. "Saya mengerti. Saya sudah memahami apa maksud yang sebenarnya Anda yang dari Kerajaan Hayden ini punya. Saya tidak merasakan adanya sebuah niatan tersembunyi yang negatif. Saya menyepakati maksud yang Anda punyai." Dia tanpa sadar sudah kembali ke cara bicaranya yang biasanya.

"Saya masih membutuhkan adik saya Jowan dan teman-temannya ini untuk membantu saya di sini. Sinfhar memiliki perubahan besar. Ada Gubernur baru. Dan saya sebagai calon Gubernur baru Sinfhar memiliki beberapa rencana untuk mengubah beberapa hal yang ada di Sinfhar dan yang sempat berlaku di sini. Saya yakin pastinya akan membutuhkan waktu. Saya memerlukan mereka untuk tetap berdiam di sini untuk sebanyak-banyaknya selama satu pekan. Setelahnya mereka akan sepenuhnya kembali tinggal di kerajaan Anda."

Valias memiliki senyum formalitas sederhananya. Dia mengangguk mengucapkan terimakasih. "Terimakasih untuk pengertian Anda, Tuan Caessar. Saya harap Anda dan mage Sinfhar sekalian tidak akan menemui halangan yang begitu besar setelah ini. Saya juga tau apa-apa saja sekiranya yang masih akan perlu Anda sekalian urus. Silahkan pergunakan sebanyak-banyaknya waktu yang Anda butuhkan." Dia mengajukan satu permintaannya. "Hanya saja saya meminta agar seorang mage di antara Anda sekalian berkenan untuk lebih dulu kembali ke Hayden bersama kami. Hayden tidak akan membutuhkan kehadiran banyak mage secara dua puluh empat jam di paviliun istana. Sehingga kami hanya meminta ketersediaan satu mage, yang akan membantu menyampaikan pesan kepada para mage yang ada di sini jikalau di sewaktu-waktu rupanya kami memerlukan kehadiran mage lebih di Hayden."

Vetra yang mendengar apa yang dikatakan Valias dibuat berbahu gelisah.

Dia bersedia menjadi satu orang yang ikut kembali ke Hayden itu. Tapi dia juga sadar dengan peran pentingnya di sini. Dia masih belum bisa meninggalkan sisi Caessar.

Di saat itu seseorang mengajukan dirinya. "Saya. Tolong izinkan saya menjadi satu mage itu. Saya masih perlu mengucapkan terimakasih saya kepada Yang Mulia Putra Mahkota. Semoga kehadiran saya sudah cukup untuk memenuhi posisi satu orang itu, Tuan Muda Valias." Edgar membungkukkan badannya ke arah Valias.

Valias melihatnya, mengangguk. "Tentu saja, Tuan Edgar. Saya juga perlu berterimakasih atas ketersediaan Anda."

Caessar melihat Edgar yang membungkuk itu. Tersadar bahwa dirinya mempunyai keharusan yang sama. "Tuan Muda Valias, dan keempat rekan dari Hayden nya." Caessar berdiri dari bangkunya dan membungkukkan badannya ke arah yang ada di ujung lain meja di hadapannya. "Terimakasih atas bantuan Anda berlima sekalian. Saya tidak akan pernah melupakan kebaikan Anda dan juga Putra Mahkota Hayden."

Semua mage lain menyadari yang dilakukan Caessar dan ikut melakukan sikap yang dibuatnya. Begitu juga dengan Jaeha. "Tuan Muda Valias, dan keempat rekannya, saya meminta maaf atas sikap tidak sopan saya sebelumnya. Saya mengucapkan terimakasih dari lubuk hati saya yang terdalam."

Valias tidak memusingkan apakah Jaeha benar bersungguh-sungguh dalam mengatakan itu atau tidak. Dia hanya berniat membalas bungkukan para mage yang ada di seberang ruangan tempatnya berada itu. Valias berdiri dan keempat orang lainnya di dekatnya itu ikut berdiri dan ikut membungkuk pelan.

Dylan di sebelah kanan Valias membuat lirikannya kepada remaja itu. Dia tercenung dengan bagaimana pandainya Valias menyikapi atmosfir kurang baik tadi dan justru malah berhasil mengarahkan mage-mage itu terutama sang calon gubernur baru Sinfhar, Caessar, untuk mengucapkan terimakasihnya kepadanya.

Tapi dia bertanya-tanya. Apakah sudah selesai sampai di sini? Mungkin memang benar Valias sudah memperoleh apa yang dikejar mereka di awal. Para mage berhutang budi kepada Hayden. Tapi apakah sudah hanya itu saja? Valias tidak mengincar timbal balik lain? Dia tidak meminta sumber daya apapun dari Sinfhar?

Ketika Dylan masih mempertanyakan itu di saat itulah di luar dugaannya Valias mengucapkan sesuatu yang lain yang tidak dia sangka. "Tapi sebelum saya kembali ke kerajaan Hayden saya, masih ada sesuatu yang harus saya dapatkan kelurusan jawabannya."

Valias di sebelahnya itu berucap. "Tuan Jorel. Saya harap saya diberikan izin untuk mengintogerasinya juga."

27 Efra, 1768

25/08/2023 15.36 2833
_____________

Yoggu's a/n: oh my... gak kerasa udah mau chapter ke-90 aja. Bentar lagi jadi 100 chapter dong. I'm not yet ready for it. Do I really bakal bisa ngejar tcf yang udah di atas 700+ chapter itu? I will find it out later 👏🏼

a/n 2: Valias selain jago ngelukis juga jago ngeles -- #Yoggu2023

(yea. Aku belum ada ngasih kesempatan Valias unjuk gigi kemampuan berseni rupa dia. Tapi pokoknya ceritanya dia jago. AHAHAH)

a/n 3: yang punya krisar silahkan disampaikan saja yaaa <3

Continue Reading

You'll Also Like

7K 1.3K 25
ADA sesuatu yang ingin ku katakan padamu sejak dulu, sampai sekarang aku belum mengatakannya karena.... yah, karena berbagai alasan. Dan alasan utama...
236K 23.3K 50
⚠️DON'T COPY MY STORY⚠️ (Sudah Tamat) [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ーSIMT[DZ]ー Tentang derita seorang cewek yang menjadi bahan bullying di sekolahnya. Za...
44.2K 4.7K 52
(NOVEL TERJEMAHAN!!! Cerita Bukan Milik Saya ) Penulis:_(tidak tahu karena waktu terjmhin gak ada nama penulis aslinya) (SLOW UPDATE 🗣️⏲️) Deskr...
566K 74.1K 57
Jenaka adalah seorang kutu buku yang tengah mempersiapkan Ujian Akhir Sekolah. Jenaka tinggal bersama nenek buyutnya yang mengidap Dementia. Suatu ha...