We Come And Go

By meynadd

1.5K 362 28

Di antara arak-arakan payung orang yang berlalu lalang, mereka bertemu lagi. Tak ada tegur dan sapa yang mend... More

Prakata
01. Dihujani Rasa Sakit
02. Pindah Rumah
03. Di Atas Hidup dan Mati
04. Tahun Ajaran Baru
05. Lebih Dekat dari Teman
06. Perkara Seungbin
07. Dua Saudari, Satu Emosi
08. Alasan Tersembunyi
09. Musuh Lama
10. Tetap Menjadi Rahasia
11. Gara-Gara Contekan
12. Kawan Bisa Jadi Lawan
13. Demi Hidup Ayah
14. Trik Musuh dan Dua Orang Konyol
15. Yang Ingin Dibahas
16. Kepekaan Jihye
17. Adu Debat di Meja Panjang
18. Umpan Pembalasan
20. Polaroid dan Si Penengah

19. Sudahi dan Akhiri

38 10 0
By meynadd

- Seungbin

Malam hari menjelang, sudah tiba saatnya aku menemui Ilkwon secara empat mata di lapangan basket sekolah. Tempat di mana dulu menjadi saksi bisu perkelahian pertama kami.

Aku tidak menyangka Ilkwon yang kuanggap sebagai saudaraku sendiri dan selalu menemani hari dengan canda-tawa kini berubah layaknya musuh yang dipenuhi rasa kebencian mendalam.

Sialnya kenapa dia berhasrat untuk mengendalikan semuanya? Memangnya dia Tuhan? Berlagak bahwa dialah yang punya kuasa untuk menundukkan seseorang bahkan berani menjadikan adik mantan temannya dipertaruhkan. Ini bukan lagi arena balapan seperti yang dia bayangkan.

Persetan dengan semua kebaikan yang pernah dia limpahkan padaku. Dia tak ada duanya dengan binatang.

Telapak tanganku terkepal begitu siluet seseorang menghampiri. Sorot cahaya dari dua lampu tiang menerangi area lapangan basket, terutama memberikan spotlight terhadap kehadirannya yang ku nanti-nanti sejak lima menit lalu.

Aku malah menyengir pahit saat menyadari ada dua siluet lain yang membuntutinya dari belakang. Miris sekali dia sekarang membawa "ajudan" untuk menghadapku. Dasar payah!

"Ternyata yang terpancing umpan justru datang lebih awal daripada ku ya? Sungguh mengejutkan." Ilkwon berujar hina dengan raut yang sama sekali tidak terkejut.

Aku hanya mendengus pelan begitu dia berdiri satu meter dari ku dengan gaya nya yang narsistik, yang kuasumsikan untuk menunjukkan kharisma di depan dua temannnya itu. Sangat menjijikkan.

"Kau sudah jadikan adikku umpan, lalu apa maumu sekarang? Apa kau tak terima dengan ucapanku di bawah tangga saat itu?" balasku agak menekan pertanyaan di akhir.

Ilkwon tersenyum pahit. Senyuman itu justru berganti menjadi cengiran. "Ya benar. Tapi kau tahu kan maksudku kenapa kita harus bertemu di sini? Kali ini tidak ada rahasia di antara kita, Seungbin."

Dia lantas melangkah, menghampiriku lebih dekat. Ku tatap matanya dengan tegar sembari menahan diri untuk tidak menumbuk wajah itu.

Spontan aku menghela napas kemudian menunduk.

Jujur saja, aku ingin melihat Ilkwon selayaknya teman. Mengingat momen bersamanya sejak SMP malah membuat mataku perih. Ingin sekali meneteskan air mata kemudian berderai bersamaan dengan kenangan-kenangan itu.

Kala itu, sebelum aku mengenal arti kalimat people come and go, pertemananku dengan Ilkwon sangatlah solid bagaikan saudara kandung.

Mulanya saat memulai tahun ajaran baru di bangku SMP. Saat itu aku benar-benar kehilangan arah ketika masuk ke sekolah untuk menemukan kelasku di mana, sambil mondar-mandir tidak jelas di waktu bersamaan aku bertemu dengan pemuda itu. Dia menghampiri, menyapa, lalu menuntunku ke mana tempatku berada. Dia memperkenalkan diri sebagai Ilkwon dan aku sama sekali tidak menyangka akan berteman dekat dengannya.

Ilkwon memang asik, keren, dan juga humble. Sampai-sampai menjadi siswa yang dikenal satu sekolah. Entah kenapa aku sempat berpikit naif bahwa Ilkwon yang sudah datang membawa "pertemanan" tidak akan pergi begitu saja dan pasti meninggalkan "permusuhan".

Menjelang kelas satu SMA, hari demi hari hubungan itu mulai merenggang. Mungkin salahku karena aku terpaksa mengikuti kebiasaan anak jalanan seperti halnya bergabung ke dalam geng motor Jang Dosan. Bila mengingat kembali perkataan Ilkwon waktu itu, ketika dia akhirnya berhasil mengetahui perubahan sikapku dan memergokiku secara diam-diam di sebuah gang sempit, tempat di mana basecamp anak motor berada.

Kau tahu apa yang dia katakan?

"Shibal saekkiya! Kau lari dari masalah dengan menjebak dirimu ke dalam masalah baru. Dasar bodoh! Apa yang akan dirasakan Bibi Kim dan Paman Han ketika anaknya berubah menjadi berandal jalanan? Tentu saja mereka akan meninggalkanmu, Seungbin!!"

Dari situlah baku hantam itu terjadi. Hati dan ego meronta-ronta seolah ditekan, dijatuhkan, dan ditusuk dari belakang. Aku tak terima Ilkwon mengumpatiku dan menerka-nerka apa yang orangtua ku rasakan dengan menggiring kata "meninggalkan" tepat di depan wajahku.

Balik ke masa sekarang di tempat yang sama pula, kini aku harus berhadapan dengannya untuk mengakhiri permainan busuk Si Brengsek itu.

"Rahasia?" Aku berdecak, lekas mendongakkan wajah dan melihat pemuda di depanku ini dengan nada berat. "Hal apa lagi yang kau bicarakan?"

Aneh, kini dua temannya mulai mundur beberapa langkah, sementara Ilkwon berdiri di sana sambil menatapku dengan mata yang berkaca-kaca.

"Aku membenci untuk mengakui ini, tapi aku benar-benar menyesal, Seungbin."

Dahiku kian mengernyit ketika dia menurunkan nada bicaranya. Untuk apa dia mengatakan itu?

"Aku salah menduga dari awal, kupikir itu hanya urusan konyol yang tak ada faedahnya. Rupanya niatmu dari awal tulus, namun dengan cara yang salah. Bodohnya aku yang begitu manipulatif! Seharusnya dulu aku tidak menghakimimu dan mendengarkan apa yang kau inginkan."

Oh ... oh ... dia mulai membuat drama lagi ha? Kali ini dia tidak akan mampu memperdayaku. Aku tahu itu bohong, cuma aku tidak mengerti apa yang sebenarnya dia coba katakan padaku?

"Mianhae"

"Apa?"

"Mianhae, Seungbin."

"Kau pasti bercanda!"

"Tidak."

Kedua mata membola saat Ilkwon menekan kata di akhir dengan sangat tegas. Kepala lantas menggeleng-geleng. Tidak mungkin, pasti aku salah mendengarnya. Namun, tatapan di seberangku justru memancarkan belas kasih seperti anak anjing yang ketimpa nasib malang. Dia berjalan lebih dekat kemudian menghela napas.

"Aku minta maaf karena sudah berpikir kau akan berbelok pada dunia balap liar dan melekat diri sepenuhnya pada geng motor itu, Seungbin."

Mulutku lantas ternganga.

"Aku benar-benar minta maaf atas perlakuanku selama ini. Seharusnya aku menanyakannya lebih dulu padamu sebelum mencapmu yang bukan-bukan. Kenapa kau tidak katakan dari awal alasanmu bertaruh dengan geng motor itu sebenarnya ingin mencari biaya untuk kesehatan ayahmu?"

Aku terhenyak mendengarnya. Kata-kata itu meluncur dengan mulus dan terdengar begitu tulus, akan tetapi di akhir aku diserang balik dengan sebuah pertanyaan. Yang mengganjal adalah, dari mana dia tahu hal itu?

Aish, setelah dipikir-pikir rencanaku yang telah kususun untuk menggulingkan Ilkwon ternyata sia-sia. Aku justru tidak menyangka Ilkwon dengan sendirinya memutar balikkan kondisi.

"Siapa yang memberitahumu, Ilkwon?"

"Aku!"

Dalam waktu bersamaan, sesosok gadis tiba-tiba menampilkan diri.

***

***

- Jihye

"Aku!"

Tak kuasa menahan lebih lama, aku dengan enteng menengahi kedua pemuda ini begitu keluar dari tempat persembunyian. Menghadap mereka berdua dengan tegar dan menatap kedua pasang mata dingin itu dengan tak gentar. Sejujurnya rencana Seungbin untuk membalas permainan licik Ilkwon dengan cara membongkar aib yang sudah lama bukanlah solusi yang tepat untuk menyadarkan seseorang.

Aku tahu perlakuan Ilkwon dulu kepada Seungbin sangat kurang ajar sampai-sampai aku ingin merecokinya juga. Setelah dipikir-pikir, jalan ini lebih baik daripada melakulan rencana busuk tersebut.

Tak hanya aku, Namhyuck turut kuajak untuk membelot bersama dan memecahkan secara tuntas permasalahan ini tanpa menimbulkan perkelahian lagi.

Sebelum mereka melakukan pertemuan pada malam ini, aku dan Namhyuck lebih dulu pergi menemui Ilkwon sejak sore dan mengatakan kebenaran soal Seungbin pada pemuda itu. Menyaksikan adegan di bawah tangga pagi tadi membuatku berasumsi dua kali bahwa Ilkwon ingin saja berbaikan dan kembali mempererat pertemanan.

Dan benar saja, ketika aku menceritakan semuanya. Ilkwon tak berkutik. Seolah menyadari sesuatu.

"Jihye, bukan ini yang kita rencanakan sebelumnya, kau ingat?" sarkas Seungbin sambil menatapku nyalang.

"Memang. Tapi coba pikirkan baik-baik, Seungbin. Jika dari awal kau mau terbuka dengan Ilkwon hal semacam ini tak akan terjadi!" tekanku tak mau kalah.

Terlihat Ilkwon memandang horor kami berdua, mungkin merasa tak nyaman.

Pemuda dingin di sebelah kiriku menaikkan nada suara. "Dia sudah mencelakai adikku, Jihye!!" bantahnya sambil menuding jari telunjuk ke pemuda sebelah kananku.

"Aku tahu, tapi coba tolong berpikir jernih! Permasalahannya di sini karena kurang keterbukaan, Seungbin." Seraya aku mengatakannya, kedua tangan spontan terangkat lalu berayun menenangkan pemuda satu ini.

"Jadi kau membelanya, begitu?"

Kedua tanganku buru-buru mengibas.

"Tidak. Maksudku, yang terjadi di antara kalian adalah kurangnya komunikasi. Berikan dia kesempatan dan kesempatan pada dirimu untuk berubah."

Aku menarik napas dalam. "Lagipula, yang sebenarnya terjadi Ilkwon sama sekali tidak berencana mencelakai adikmu."

"Apa?"

"Sebelum Yeonji diperbolehkan pulang aku sempat menjenguknya tadi, di sana ada Go Taeyon juga. Gadis itu benar-benar menyesal tak sengaja memberikan puding cokelat putih itu pada Yeonji yang dia kira vanila. Adikmu tak keracunan makanan, dia hanya alergi."

Ada jeda singkat di antara kami bertiga. Kemudian Seungbin lantas bersuara.

"Lalu, bagaimana dengan SMS itu?"

"Aku tak mungkin tega menyuruh adik sepupuku meracuni adikmu. Dia bercerita padaku tentang temannya yang masuk UKS karena ketidak sengajaannya, sehingga hal itu kumanfaatkan untuk memancingmu untuk bertemu," sambung Ilkwon menambahkan penjelasanku.

Dia terdiam. Tak mengatakan sepatah kata pun setelahnya. Wajah menekuk dan alis menyatu lekas luntur tertiup angin malam. Dia terperangah saat menatapku dan Ilkwon bergiliran.

"Jika saja dari awal kau mau membuka diri seperti yang aku dan Jihye lakukan, mungkin saat itu aku tidak akan bersikap buruk padamu. Kau tahu aku bisa diandalkan kalau kau lagi dalam masalah," ujar Ilkwon yang lagi-lagi membuatku terenyuh dengan pengakuan tersebut.

Sejurus kemudian, Seungbin melangkah mundur. Dari sudut matanya, ada gumpalan cairan bening di sana. Kedua netranya berkaca-kaca hingga akhirnya dia berbalik badan dan melangkah kencang ke dalam kegelapan.

Saat bersamaan, Namhyuck akhirnya menampakkan diri dari persembunyian lalu berlari mengejar dan meneriakkan namanya berkali-kali.

Hatiku seakan tercabik begitu mengingat tatapan memilukan itu. Rasanya aku ingin menyalahkan diri sendiri kalau ini justru membuat perasaannya kacau.

Jangan lupa untuk menekan tombol [⭐️] bintang sebelum bergulir bab ya?

Copyright ©2024 - Mey Nadd

Continue Reading

You'll Also Like

393K 43.4K 26
Yg gk sabar jangan baca. Slow up !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. ...
3.4M 249K 30
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...
480K 1K 15
🔞 kisah sx abang tiri dan adik tirinya
8.8M 109K 44
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...