Personal Assistant : WIFE!

By GreyaCraz

3.9M 115K 6.2K

Di penghujung usia tiga puluh, Jemima akan melepas masa lajangnya. Ketika ia pikir tak memiliki alasan untuk... More

1 : Overtime
2 : Visiting
3 : Sleepover
4 : Lipstick
5 : Marry
6 : Stalking
7 : Darya
8 : Mad!
9 : Suggestion
10 : Divorce
11 : Heart Beat
12 : See You
13 : Invitation
14 : Restless
16 : Accepted
17 SAH
Open PO

15 : Hero

64.4K 6K 592
By GreyaCraz

Pria itu memiliki keluarga yang harmonis dengan ayah dan ibu yang selalu menjalin hubungan manis. Namun tak sedikit pula di lingkungannya ia lihat perceraian dan permusuhan setelah memutuskan untuk menjalani pernikahan. Bahkan mungkin dibanding yang berakhir baik selamanya, yang hancur lebih dominan karena menyatukan dua kepala dalam satu tujuan bukan perihal sepele.

Malangnya hubungan yang kandas lebih banyak mencipta kebencian setelahnya dibandingkan tetap berdamai padahal terkadang ada buah hati yang masih membutuhkan peran orangtua.

Entah itu pernikahan atau sekadar berpacaran. Jika putus, maka kenangan yang pernah tercipta seolah tak pernah ada. Dan Abyasa yang berada di dalam posisi mencintai, memilih untuk memendam rasa yang ia punya karena enggan jika kelak hubungan kasih yang terjalin itu hancur, maka musnah pula hubungan lainnya seperti ia dan Jemima yang terikat dalam hubungan kerja.

Dia membutuhkan Jemima yang membuat ia berani dongakkan kepala di hadapan Bara. Ia butuhkan Jemima yang meringankan bebannya ketika putus asa melanda karena tekanan para pemegang saham yang tak mempercayainya dan Abyasa tak bisa lepaskan Jemima setelah wanita itu berhasil membuat Abyasa berdiri tanpa takut pada badai yang menghampiri.

Jemima berharga.

Terlalu berharga untuk ia rusak dalam ikatan yang harus melibatkan hati yang tak hanya suguhkan cinta namun juga benci.

Ya ... Meski ia tahu caranya memperlakukan wanita itu hanya membuat Jemima makin tak sukainya. Tapi siapa yang peduli pada perasaan Jemima selama wanita itu berada dalam kendalinya.

Selama ini ia berhasil kuasai waktu wanita itu, ia berhasil membuat Jemima bergantung dengan materi yang ia beri, ia berhasil singkirkan tiap lalat yang mencoba untuk menyentuh Jemima yang tak boleh siapapun memiliki kecuali dia, Abyasa.

Tapi dasar wanita yang tak pernah tahu belas kasih yang ia beri. Hanya demi sebuah pernikahan yang tak menjamin apapun, Jemima tinggalkan dirinya. Tinggalkan Abyasa demi pria yang tak pernah berjuang untuk wanita itu.

Sial!

Rupanya semua usaha yang ia lakukan untuk membuat Jemima bertahan di sisinya gagal. Abyasa yang tak mau kehilangan wanita itu lantas dengan terpaksa membuat langkah kotor untuk merebut Jemimanya kembali.

Tapi ... Meski pada awalnya hanya kecewa dan cemburu yang menghanguskan hati ketika mendapati kabar pernikahan itu, Abyasa yang selalu menemukan celah untuk semua masalahnya, kemudian menyadari jika pernikahan itu adalah hal yang paling menguntungkan baginya.

Lelaki tak tahu diri itu bernama Darya. Terlalu berani merebut wanitanya maka akan ia buat pria itu mundur dan Abyasa lah yang kemudian maju menjadi pahlawan untuk Jemima.

Mungkin benar, membiarkan Jemima tanpa hubungan yang pasti hanya akan membuat wanita itu menghilang. Namun Abyasa juga enggan jika pernikahan membuat ia menjadi didominasi. Maka tak ada cara lain selain membuat Jemima hutang budi hingga tak ada cara untuk wanita itu lolos setelah ia ikat Jemima dalam hubungan kerja kontrak mati.

Lagipula bukankah dengan begini Abyasa bisa menyantap wanita itu sesuka hati?

Duduk di balik kemudi yang telah berhenti sedari tadi di area parkir yang disediakan si pemilik acara yang mendirikan tenda cukup luas di halaman rumah hingga memakai setengah badan jalan. Abyasa yang tak henti mencipta senyum culas membentangkan jemari di setengah wajahnya.

Jemima akan menjadi miliknya.

Sebentar lagi, ia bukan hanya bisa menatap Jemima saja namun juga menyentuh wanita itu seperti yang ia inginkan selama ini.

Ah ... Hasratnya terus tak terkendali tiap kali menghadapi Jemima yang selalu ingin ia buat tak berkutik di bawah tubuhnya.

Menyugar rambutnya ke belakang bersama rasa puas akan kesuksesan yang sudah terbentang di depan dada, pria itu melirik ponsel tang berada di phone holder.

Panggilan masuk dari orang asing yang bahkan tak ia kenali namun pria ini lah yang menjadi bagian dari rencana busuknya kali ini.

"Halo, bos. Dia sudah pergi tadi malam. Anak buah saya sudah memastikan itu. Dan sekarang sepertinya keluarganya akan pergi ke acara pernikahan itu."

Tak ada kabar yang lebih membahagiakan daripada ini.

Menatap spion kaca si dekat kepala, Abyasa lantas perbaiki letak kacamatanya. "Pastikan lelaki itu benar-benar tidak muncul lagi."

"Dia pergi menggunakan kereta api dan andaikan kembali pasti sudah tidak bisa melanjutkan pernikahannya lagi."

Bagus.

Dia hanya butuh Darya menghilang sampai ia jadikan Jemima miliknya.

"Sisa bayaran akan saya kirim setelah pernikahan ini selesai. Dan ingat perjanjian kita. Tutup mulut jika tidak ingin hidup kalian menjadi lebih buruk daripada kematian."

Abyasa tak pernah menggunakan cara kotor seperti yang biasa Bara gunakan untuk menyingkirkan siapapun yang tak disukai pria itu. Namun mengingat mereka berasal dari darah yang sama maka bukan berarti Abyasa tak bisa melakukan hal keji yang menjadi ciri khas pamannya.

Abyasa bisa.

Meski untuk yang pertama kali, cara kotor ini ia gunakan hanya untuk mendapatkan seorang wanita saja.

Sialnya wanita itu bukan hanya sekadar saja. Itu adalah Jemima. Jemima Pratista yang selalu mengusik hari-harinya bahkan dalam mimpipun masih terus membangkitkan nafsu binatangnya.

Lalu mematikan panggilan, Abyasa yang tak pernah merasakan adrenalinnya terpacu lebih kencang dari pada ini, mengambil ponselnya dan mengeluarkan kartu yang ia gunakan untuk menghubungi si pelaksana rencananya.

Keluar dari dalam sedan Porsche jet black metallic miliknya, pria yang terlalu nyaman dengan mimik wajah datar seolah itu adalah ekspresi terbaik yang ia miliki, segera memindai orang-orang yang terlihat jelas menatap ke arahnya penuh tanda tanya.

Melangkah tegap pada salah seorang pria berpeci dan berjas rapi yang berjalan mendekat, Abyasa yang membuang secara asal kartu dalam genggamannya segera mengukir senyum terlampau tipis hingga tak ada yang menyadari jika ia telah mengubah ekspresi di wajahnya.

"Pagi, pak. Ini ... Acara pernikahan Jemima?"

Belum mendapatkan jawaban dari pria paruh baya yang menyambut dirinya begitu hangat, mobil MPV merah yang warnanya telah mengelupas di beberapa sisi berhenti tak jauh di belakang kereta mesinnya yang keberadaannya terlalu jomplang jika dibandingkan dengan kendaraan lain yang terparkir di sekitarnya.

Tentu.

Miliknya adalah yang terbaik di sini.

"Ibu Anis?" Pria paruh baya yang berniat mencari tahu siapa Abyasa saat itu juga segera mendekat ke arah wanita berhijab panjang yang baru turun dari mobil merah dalam keadaan kacau. "Loh ono opo, bu? Kok do tangisan?!" Terdengar suara bernada panik dengan bahasa yang tak Abyasa mengerti, pria paruh baya itu segera menggiring rombongan tamu yang baru datang dengan air mata dan jerit pilu.

Mereka ... Bolehkah Abyasa menebaknya?

Pasti rombongan keluarga pengantin pria yang malah kabur di hari pernikahannya.

"Maaf, mas." Masih berdiri di tempatnya dengan senyuman yang ia sembunyikan, pria yang mungkin hanya sedikit lebih tua darinya menghampiri Abyasa sambil menegur ramah. "Tamunya dek Jemima, ya? Silahkan masuk, mas. Monggo."

Mengangguk sopan, Abyasa lantas mengikuti langkah pria di depannya yang kemudian menyediakan ia kursi di paling depan, tak jauh dari panggung kecil yang terbuat dari kaca dengan lampu-lampu berwarna-warni dan bunga-bunga imitasi di dalamnya.

Tempat yang terlihat cantik dengan dekorasi elegan itu pastilah tempat untuk melaksanakan ijab kabul yang harusnya berlangsung tak lebih dari dua puluh menit lagi. Tapi ... Abyasa tebak waktu akan terulur sampai dirinya lah yang duduk di depan meja pendek yang ada di atas panggung kaca, menjabat tangan ayah Jemima lalu ... Ia akan ucapkan janji suci untuk mengikat Jemima selamanya.

"AAAAAHH! BAJINGAN KALIAN!"

Teriakan dari dalam rumah yang terdengar jelas hingga memancing perhatian para tamu yang telah hadir tuk menyaksikan ijab kabul.

Ah ... Abyasa yang terlihat tenang di tempatnya, menyembunyikan secuil rasa bersalah.

*

Di depan cermin yang memantulkan dirinya dalam balutan kebaya putih dan sanggul beserta paes Jawa, Jemima yang untuk sesaat tak mampu berkedip melihat bagaimana ajaib tangan perias yang sudah membuat ia sendiri pangling dengan perubahan wajahnya, lalu menurunkan pandangan dengan senyum malu ketika bayangan akan menjadi seorang istri beberapa saat lagi mencipta melintas di kepala.

Meski resah itu masih bergelantungan karena Darya tak sama sekali menghubungi setidaknya membantu ia menghapus rasa gugup. Tapi Jemima tetap bisa tersenyum mencoba untuk tenang karena dukungan keluarga yang meminta ia untuk tak khawatirkan apapun itu bahkan walaupun Daryatak kunjung datang.

Lagipula Jemima tak menemukan alasan atas rasa cemasnya karena selain ia mempercayai Darya, ia juga yakin jika gelisah yang melandanya saat ini hanya bagian dari efek pernikahan yang pasti membuat semua calon mempelai memiliki rasa was-was. Selain itu juga, Darya belum benar-benar terlambat karena waktu belum tiba di angka sepuluh.

Kembali menatap pantulan wajahnya di cermin, memainkan kembang melati yang menjuntai di sisi kanan, Jemima lalu mengulum senyum ketika mendengar pujian dari tamu yang penasaran hingga mereka mengintip dirinya yang masih berada di kamar, tinggal menunggu dijemput untuk keluar.

"Ayune. MasyaAllah."

"Pas yo bude? Mukanya mirip paklek Wiono, kulitnya putih kayak bulek Ratri."

Terus mendengar pujian bernada sama, Jemima hanya mencebik samar, untuk menyembunyikan rasa malunya.

"Alaah dadak isin-isin." Jenar yang sejak tadi menemaninya menegur gelagat malu-malu Jemima yang langsung kerutkan hidung ke arah sang adik yang dari tadi begitu usil dengan menggoda dirinya tanpa henti.

"Eh ... Manten lanang kapan tekan?" (Eh manten lelaki kapan sampai?) Terdengar tanya adik dari sang ibu yang baru saja masuk, sambil membawa sepiring kue bolu untuk penata rias yang sudah duduk anteng di sisi ranjang setelah sejak tadi terus memuji paras cantik Jemima. "Wes jam songo loh, Nar. Jal telponen Santi." (Sudah jam sembilan loh, Nar. Coba telpon Santi.)

Jemima yang kemudian menatap ke arah Sri, adik perempuan ibunya itu lantas meringis samar karena pertanyaan bernada panik itu memperbesar resahJemima yang sejak tadi berusaha wanita itu tekan.

"Udah tak WA, bulek. Tapi ngga dibales. Mereka juga pasti repot. Ojo diburu-buru ah."

Palingkan wajah ke arah jam digital di atas meja rias, Jemima merasakan debar jantungnya makin menggila ketika mendapati angka di layar jam berbentuk persegi itu.

Pukul 09.12

Hanya tersisa beberapa menit lagi sampai waktu akad yang dijadwalkan.

Mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel yang sejak tadi tak sempat ia jamah, wanita yang menggunakan kalung emas putih itu mencoba mencoba mencari pesan dari calon suami di antara tumpukan pesan yang tak sempat ia balas.

Darya masih belum menghubunginya.

Sakit banget sampai ngga bisa kasih kabar sama sekali apa?!

Dari sekian banyaknya pujian yang ia beri untuk Darya, rasanya baru kali ini Jemima benar-benar marah terhadap pria itu.

Ini adalah hari pernikahan, bukan sekadar janji untuk berkencan hingga terlambat pun masih bisa ditoleransi.

Tremor melanda dirinya, Jemima yang berusaha untuk tenangkan diri lalu membuka pesan di grup Pejuang Kebebasan.

Tampak para teman menanyai apakah Abyasa telah datang namun Jemima yang juga tak pernah mendapatkan kabar apapun lagi dari pria itu sendiri lantas menutup ponsel dan kembalikan ke atas meja rias.

Dia tak memiliki keberadaan Abyasa dan apakah pria itu telah datang ke pernikahannya. Tidak. Dia tak memiliki waktu untuk memikirkan pria itu.

Menanti dengan cemas yang tak bisa lagi ditutupi, wanita yang terus melafalkan doa dalam hati itu mendapatkan dukungan dari perias yang terus menenangkan dirinya sementara yang lain, yang tadinya temani ia satu persatu keluar termasuk Jenar.

"Sabar, mba. Kendala menjelang menikah itu sudah biasa. Tapi insyaallah pernikahan tetap akan berjalan, kok. Yang penting tenang dulu. Jangan mikir apa-apa."

Wanita yang berpikir hal paling mengerikan adalah menghadapi amukan mantan atasannya maka hal itu berubah ketika di sini ia menanti penuh harap kedatangan Darya.

Kamu di mana, mas?

Jemima takut.

Dia tak pernah memiliki ketakutan seperti hari ini. Di hari pernikahannya sendiri.

"Piye to? Maksude opo?!"

Riuh panik dari luar terdengar, suara-suara dengan dialeg jawa saling bersahutan. Jemima yang rasakan jemarinya membeku lantas berdiri saat terdengar suara tangis yang dan pekik dari ibu dan yang lainnya.

"Mba, sini aja. Nanti--"

Penata rias yang hanya menyembunyikan paniknya hanya agar Jemima tetap tenang menahan si calon pengantin wanita yang menggeleng dengan bola mata bergetar

"Aku mau lihat itu kena--"

"AAAAAHH! BAJINGAN KALIAN!"

Bola mata Jemima yang memerah nyaris keluar ketika ia dengar teriakan histeris sang ibu. Tak peduli pada jarik sempit yang ia kenakan, wanita itu langsung melangkah lebar untuk keluar kamar dan melihat kekacauan apa yang tersaji di depan mata.

Itu rombongan keluarga Darya yang datang dengan penampilan kacau. Di mana seragam yang harusnya mereka kenakan, juga riasan cantik seperti Ratri, ibu Jemima yang tampak berlutut memeluk kaki Wiono, sambil meraung lolongkan pilu yang tak terkira.

Masih terpaku di ambang pintu tanpa ia pedulikan tatapan iba beberapa orang yang tertuju padanya, Jemima lalu mengedarkan pandangan, mencari-cari sosok Darya.

"Mas...." Ia menarik lengan wanita seusianya yang berdiri di depannya dan pandangan yang telah mengabur itu tak tahu lengan siapa yang ia genggam sekarang. "Mas Darya mana?"

Tak kunjung mendapatkan jawaban sementara bola mata masih meliar mencoba untuk cari sosok pria berkulit sawo matang yang selalu ia puji paras manisnya itu bisikan dari wanita yang entah siapa, kini sedang memeluknya membuat Jemima keluarkan dengkusan bernada geli.

"Mima sabar, ya? Darya kabur."

Kabur?

Sebentar. Lelucon apa ini?

Darya kabur?

Sial!

Bulir bening menetes di antara senyum--hampir tertawa--yang ia cipta, Jemima lalu menatap calon mertua yang tampak bersujud sambil menghaturkan maaf di depan orangtuanya.

Darya kabur.

Pria itu menghilang di hari yang Jemima pikir adalah hari paling spesial dalam hidupnya.

Pria itu menghancurkan hari pernikahan Jemima. Tapi ... Apa salahnya?

"Bubar! Wes bubaaar kabeeh! Batal wes bataaal! Anakku salah opo, yu! Salah opo?! Bajingaan!"

Wiono adalah pria yang terkenal lembut tutur katanya, baik tingkah lakunya. Namun hari ini, ketika pria itu bahkan tak pernah memarahi siapapun bahkan Jaka sekalipun yang pernah menjual diam-diam motor baru yang Jemima belikan, untuk pertama kalinya memperlihatkan murkanya.

Berdiri dengan emosi yang meluap, Wiono berteriak di hadapan orangtua Darya yang menangis menyesali tindakan sang anak yang tak tahu kemana perginya dan apa alasannya. Pria berusia senja itu merintih dengan tangis pedih mengingat nasib anak yang ditinggal kabur oleh calon mempelai pria juga rasa malu yang harus mereka oikul karena pernikahan yang sudah direncanakan begitu apik, mengundang banyak orang tuk memamerkan hari bahagia sang putri terpaksa harus dibatalkan.

Tapi barangkali sakitnya belum benar-benar memukul telak dirinya sampai netra bersirobok dengan tatapan sayu sang putri yang hanya diam di dalam pelukan sahabat sang putri. Detik itu tangis Wiono makin menjadi-jadi bersama Ratri yang kian histeris ketika dapati tangis Jemima yang meneteskan air mata bukan karena batalnya pernikahannya tapi hancurnya hati orangtua di depan mata.

Jemima berpikir ia tak akan pernah patahkan hati ibu dan ayah yang selama ini begitu menyayanginya.

"Mimaa ... Mim-Mimaaa ibu ... Ibu minta maaf." Datang Anis dengan wajah yang telah pasi di hadapan Jemima yang segera ia peluk ketika wanita yang mendekap Jemima memberi ruang untuk mereka berdua.

Menggeleng samar, Jemima yang sebenarnya tak lagi bisa rasakan tulang kaki untuk menyangga tubuhnya lalu bersuara parau. "Ibu ngga salah."

Dia di sini yang paling salah karena terlalu percaya dengan kata-kata pria yang baru mengenalnya.

Suasana pernikahan yang harusnya disambut dengan tawa gembira pun jika ada air mata maka itu berasal dari haru dan bahagia, kini menjadi rusak oleh tangisan pedih yang saling bersahutan dengan teriak histeris Ratri.

Jemima yang masih memiliki secercah harapan dan keyakinan jika Darya tak mungkin sejahat itu menyakiti dirinya yang merasa tak pernah lakukan salah, sekali lagi mengedarkan pandangan untuk temukan sosok calon suaminya namun di antara kerumunan ia temukan tatap menelisik tajam yang jatuh ke arahnya.

Sorot mata yang berminggu-minggu tak pernah ia jumpai kali ini kembali bertemu pandang dengannya namun ada yang berubah dalam diri Jemima yang sama sekali tak bertekad surutkan pandangannya.

Tak ada rasa apapun selain kekecewaan di dalam hati, Jemima mengunci pandangan pada pria itu bahkan tanpa sedikitpun ada degup gugup seperti yang biasanya terjadi. Tidak. Jemima tak memalingkan wajah dari pria itu ... Abyasa yang entah apa yang terjadi karena kali ini pria itu menjadi orang pertama yang menyudahi kontak mata di antara mereka.

Di antara rasa putus asa yang tak mampu ditutupi, Jemima mendapatkan sedikit hiburan meski kemudian rasa malunya mendominasi.

Malu.

Jemima malu.

"Ya Allah!" erang Ratri kembali terdengar namun Jemima yang tak sanggup menatap wajah pilu sang ibu tiba-tiba menautkan alis ketika ia dapati sosok tinggi tegap itu mendekatinya.

Abyasa berjalan ke arahnya. Dengan dagu yang selalu terangkat angkuh, pria itu berhenti di sampingnya dan tubuh tinggi itu sedikit membungkuk ketika membisiki Jemima. "Biarkan saya yang menggantikan laki-laki itu. Saya yang akan menikahi kamu."

Saat itu juga, kontan merasa dirinya berada di alam mimpi, Jemima yang telah lepas dari dekapan Anis itu, mengangkat tangan hanya untuk menggigit geras kulit di bawah ibu jarinya tapi semakin kuat ia menggigit, semakin sakit yang ia rasakan.

Ini bukan mimpi.

"Jemima, ojo nduk!" Barangkali berpikir ia telah gila sampai ingin menyakiti dirinya sendiri, Jemima yang merasakan tarikan di tangannya yang ia gigit cukup kuat tanpa tahu siapa yang melakukan itu lalu menghela napas dengan hentakkan kuat.

Abyasa tadi bilang apa?

Ingin menggantikan posisi Darya?

Wanita yang malah mengukir senyum skeptis di bawah tatap kasihan orang-orang di sekelilingnya, ingin sekali menggeleng sebagai bentuk penolakan, namun leher terasa kaku bahkan kata tak mampu keluar apalagi untuk mencegah Abyasa yang berjalan menuju orangtuanya dan entah apa yang pria itu bicarakan, Jemima yang hanya mampu menatap lalu terhenyak saat merasakan pukulan tak kasat mata menghantam dada Ketika ia lihat Wiono memeluk mantan atasannya.

Tidak!

Abyasa tak mungkin akan melakukan ide gila itu.

Menikahi dirinya?

Jemima ingin melangkah dan menarik Abyasa, menanyai di mana akal sehat pria itu namun yang terjadi ia malah jatuh bersimpuh karena kaki-kaki terasa begitu layu.

Jemima tak mampu hentikan Abyasa apalagi ketika Ratri datang kepadanya dan memeluk ia yang kehabisan kata-kata.

"Nduk ... Demi kebaikan kamu ya, nduk? Jangan ditolak niat baik teman kamu."

Tidak.

Jemima tak inginkan ini.

Sialan!

Lebih baik ia menanggung malu daripada menikahi Abyasa si tiran tanpa hati itu!

Tidak!

Mengapa Tuhan begitu kejam memberi ia nasib yang begitu suram.

Tidak!

"Bagaimana kita hadapi para tamu kalau pernikahan ini batal?"

Ah ... Darya sialan!

Lebih baik pria itu katakan sejak awal jika memang tak sudi menikahi dirinya daripada membuat ia terjebak dalam situasi yang lebih gila!

Darya brengsek!

Tapi Abyasa jauh lebih bajingan karena memanfaatkan kondisinya yang tak memiliki jalan keluar selain menerima uluran tangan pria itu yang datang berlagak bak pahlawan.

Tbc....

Abyasa adalah yang paling jauh sejauh ini memang.

Anda kejam pak 🥲.

With love,
Greya

Continue Reading

You'll Also Like

992K 72.8K 72
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
286K 353 4
21+
109K 6K 33
☠️ PLAGIAT DILARANG KERAS☠️ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...
148K 1.8K 44
Follow akun untuk membuka bab-bab terkunci ! . "Oh Jack.., please..." "Please for what?" "Udah, please berhenti.." . [SEQUEL BASTARD!] Warn21+ Cerita...