[HIATUS] Count Family's Young...

By yoggu033

76.9K 12K 1.9K

_CFYM_ (Unreliable Updates - [ON GOING]) Title 제목: Count Family's Young Master Judul Alternatif: Tuan Muda Ke... More

Tags
Chapter 1 ♗
Chapter 2 ♗
Chapter 3 ♗
Chapter 4 ♗
Chapter 5 ♗
Chapter 6 ♗
Chapter 7 ♗
Chapter 8 ♗
Chapter 9 ♗
Chapter 10 ♗
Chapter 11 ♗
Chapter 12 ♗
Chapter 13 ♗
Chapter 14 ♗
Chapter 15 ♗
Chapter 16 ♗
Chapter 17 ♗
Chapter 18 - 19 ♗
Chapter 20 ♗
Chapter 21 ♗
Chapter 22 ♗
Chapter 23 ♗
Chapter 24 ♗
Chapter 25 ♗
Chapter 26 ♗
Chapter 27 ♗
Chapter 28 ♗
Chapter 29 ♗
Chapter 30 ♗
Chapter 31 ♗
Chapter 32 ♗
Chapter 33 ♗
Chapter 34 ♗
Chapter 35 ♗
Chapter 36 ♗
Chapter 37 ♗
Chapter 38 ♗
Chapter 39 ♗
Chapter 40 ♗
Chapter 41 ♗
Chapter 42 ♗
Chapter 43 ♗
Chapter 44 ♗
Chapter 45 ♗
Chapter 46 ♗
Chapter 47 ♗
Chapter 48 ♗
Chapter 49 ♗
Chapter 50 ♗
Chapter 51 ♗
Chapter 52 ♗
Chapter 53 ♗
Chapter 54 ♗
Chapter 55 ♗
Chapter 56 - 57 ♗
Chapter 58 ♗
Chapter 59 ♗
Chapter 60 ♗
Chapter 61 ♗
Chapter 62 ♗
Chapter 63 ♗
Chapter 64 ♗ (a/n)
Chapter 65 ♗
Chapter 66 ♗
Chapter 67 ♗
Chapter 68 ♗
Chapter 69 ♗
Chapter 70 ♗
Chapter 71 ♗
Chapter 72 ♗
Chapter 73 ♗
Chapter 74 ♗
Chapter 75 ♗
Chapter 76 ♗
Chapter 77 ♗
Chapter 78 ♗
Chapter 79 ♗
Chapter 80 ♗
Chapter 81 ♗
Chapter 82 ♗
Chapter 84 ♗
Chapter 85 ♗
Chapter 86 ♗
Chapter 87 ♗
Chapter 88 ♗
Chapter 89 ♗ (Sinfhar's arc end)
Chapter 90 ♗
Chapter 91 ♗
Chapter 92 ♗
Chapter 93 ♗
Chapter 94 ♗
Chapter 95 ♗
Chapter 96 ♗
Chapter 97 ♗
Chapter 98 ♗
Chapter 99 ♗
Chapter 100 ♗
Chapter 101 ♗
Chapter 102 ♗
Chapter 103 ♗
Chapter 104 ♗
Chapter 105 ♗
Chapter 106 ♗
Chapter 107 ♗
Chapter 108 ♗
Chapter 109 ♗
Chapter 110 ♗
Chapter 111 ♗
Chapter 112 ♗
Chapter 113 ♗
Chapter 114 ♗
Chapter 115 ♗
Chapter 116 ♗
Chapter 117 ♗
Chapter 118 ♗
Chapter 119 ♗
Chapter 120 ♗
Chapter 121 ♗
Chapter 122 ♗
Chapter 123 ♗
Chapter 124 ♗
Chapter 125 ♗
Chapter 126 ♗
Chapter 127 ♗
Chapter 128 ♗
Chapter 129 ♗
Chapter 130 ♗
Chapter 131 ♗
Chapter 132 ♗
Chapter 133 ♗
Chapter 134 ♗
Ch 134 lanjutan
CFYM's notes 🍄
Characters References 1
Characters References 2
Characters References 3
Characters References 4
CFYM Readers
Review Section
Readers' Fanarts
References 🍎
Other Projects
Other Projects - bl
Recap ☕
Essay about TCF
Future Characters
My new project
announcement 21/05/2024
Hi

Chapter 83 ♗

291 46 6
By yoggu033

a/n: di akhir bab ada pertanyaan dari aku. Plis sumbangan jawabannya (⁠*⁠˘⁠︶⁠˘⁠*⁠)⁠.⁠。⁠*⁠♡. Wanna know you guys' preference

2nd a/n: Man... this one chapter is hella ugly I'm palming my face. L O L. Pardon me guys

_________

Di alam bawah sadar itu Abimala bisa menyimak semua yang terjadi sekeliling Valias Bardev sebagai pengambil alih kuasa sang tubuh. Dia melihat ketakutan Vetra yang memperoleh sikap dingin darinya. Melihat aksi tak terduga yang barusan dilakukan oleh Valias Bardev dalam tujuannya melepaskan kelompok Vetra dari belenggu jebakan itu. Dia hanya melihat bagaimana Valias Bardev menempatkan dua ujung jarinya pada kening sang mage Palis, tapi dia tidak tau apa sebenarnya yang direncanakan remaja itu. Namun dengan bagaimana kemudian dia bersikap seolah dia sudah tau semua yang harus dilakukan, Abimala membuat dugaannya bahwa Valias Bardev semacam membaca pikiran mage tadi.

Kini dia melihat Dylan yang melihat ke arahnya tapi sebenarnya tidaklah benar-benar melihat kepadanya. Rahangnya mengeras dan dia melihat Valias Bardev dengan penuh kewaspadaan.

Valias Bardev juga melihat hal yang sama. Dylan sang putra tunggal bangsawan Duke Adelard memandangnya dengan mata tajam penuh prasangka.

Di saat di dalam sana Abimala bertanya-tanya bagaimana Valias Bardev akan merespons, di situlah remaja itu menjawab Dylan. "Benar. Aku bukan Valias Bardev."

"Aku Norra. Valias yang kau tau saat ini sedang ada di sini." Valias Bardev dengan terang-terangan menunjuk kepalanya. "Maaf jika kau lebih menyukainya daripada aku. Tapi saat ini akan lebih cepat jika aku yang mengambil alih. Jangan begitu berprasangka kepadaku. Perkenankan dirimu untuk mendengarkanku sementara. Kau akan kembali bertatap mata dengan Valias yang kau kenal begitu peranku di sini telah usai."

Perbedaan cara bicara itu membuat Dylan bisa percaya bahwa sosok Valias yang ada di depannya saat ini bukanlah Valias Bardev yang sebenarnya. Cara bicaranya yang barusan itu benar-benar mudah dalam membuat Dylan kesal dan memendam rasa ketidaksukaan terhadapnya. Benar-benar berbeda dengan Valias yang dia tau. Valias, selalu memiliki cara bicara yang membuat Dylan senantiasa menyimak apa yang dia ucapkan dengan antusias. Sedangkan Norra ini, apapun yang dia ucapkan, rasanya Dylan akan senantiasa memiliki kerutan di kening karena dia benar-benar tidak menikmati keharusannya untuk menggunakan telinganya mendengarkan.

Alister di tempatnya terhenyak.

Tuan Muda Valias Bardev.

Di situ dia merasa bahwa dia bisa melihat sosok remaja yang sudah dari awal dia kenal itu untuk pertama kalinya sekali lagi setelah sekian lamanya. Sorot mata dan cara bicara itu, dia sang Valias Bardev yang sebenarnya. Kenapa dia malah memperkenalkan dirinya sebagai orang lain dan mengatakan si pemuda dua puluh empat tahun itu sebagai dirinya?

Jaeha mengesampingkan bekas rasa sakit di balik dadanya yang masih tersisa, seperti sebelum-sebelumnya dia mempergabungkan dirinya pada tukar kata antara dua orang lain yang berlangsung di area jangkauan matanya, tidak ingin sekali dirinya tidak memahami apa sebenarnya yang berlangsung. "Kau ini anak manusia atau bukan? Dari saat di bangsal bawah tanah tadi semua hal yang mengejutkan selalu saja berporos padamu. Kau masih punya stok kejutan yang akan kau pertunjukkan pada kami yang ada di sekitarmu di sini? Apa lagi yang akan kau tunjukkan? Bahwa kau putra Dewa? Bahwa kau tau nasib seseorang lima menit dari sekarang? Atau kau punya barisan prajurit yang siap maju memutarbalikkan sebuah kota kapan saja di ujung jari telunjukmu?"

Valias Bardev menolehkan wajahnya ke arah mage pria itu dengan kepala miring. Dia tersenyum menyeringai lebar dengan cara yang tidak akan pernah dimiliki Abimala di posisinya. "Tuan tau? Semua yang Tuan katakan tadi adalah sesuatu yang mungkin.

"Tapi itu tidak menjadi bagian dari yang kuniatkan untuk kuungkap." Valias Bardev kembali menegakkan kepalanya. "Aku sudah menyingkap setiap ingatan yang dimiliki orang itu." Dia memiringkan sedikit arah berdirinya menunjuk sang yang dia maksud. "Kini aku tau semua yang diprakarsai Gubernur kalian itu. Aku tau semua yang orang ini tau. Jika ada yang ingin kalian ketahui sebelum kalian menemui orang itu, kalian bisa tanyakan padaku."

"Di mana dia berada sekarang?" Caessar langsung bertanya ke intinya.

"Bagian lantai tertinggi bangunan ini." Valias Bardev menjawab. "Tempat yang sangat tepat untuk menjadi tempat sebuah pertarungan terbesar dari sebuah babak terakhir. Kota ini benar-benar mencengangkan, hm? Sebuah rumah boneka bagi sesosok figur tunggal. Kalian semua tidak lebih dari sekumpulan binatang ternak baginya. Memang sudah sepantasnya kalian memberontak."

Darius bertanya dengan pikiran yang kini semrawut. "Apa yang... Anda maksud?"

"Tuan benar-benar ingin aku menjelaskannya sekarang?" Valias Bardev memandangnya. "Atau temui dulu Gubernur itu, dengar apa yang akan dikatakannya, lalu baru bertanya padaku jika ada pertanyaan yang masih belum dia jawab?" dia memberikan tawarannya.

Darius tercenung pada kemudahan yang dimiliki remaja itu. Meskipun sosok remaja itu saat ini merupakan sosok remaja yang berbeda dari yang sebelumnya dia kenali, berdasarkan hasil simakan yang dia mengerti. Rhinel di sebelahnya berseru mantap dengan penuh semangat yang menggebu-gebu. "Temui dia dulu! Kita harus mendengar dari dia langsung!"

"Kalian sudah bisa bergerak lagi? Masih butuh menyembuhkan diri?" Jowan bertanya datar pada para teman-temannya.

Banyak dari mereka menjawab bahwa mereka sudah merasa baik-baik saja dan bisa melanjutkan niatan mereka menemui Jorel. Yang satu bertanya kikuk. "Jika kita akan pergi lewat pintu itu, kita akan terdampak efek yang sama lagi, bukankah begitu?"

Rhinel bertanya pada Valias. "Tuan Muda ... Norra...? Anda tau yang harus kami lakukan tentang halangan kami di sana itu?"

Valias menolehkan kepalanya memeriksa bagaimana keadaan mage Palis yang kini hanya duduk memegangi kepalanya bagai orang dalam gangguan depresi itu. "Dia. Hanya dia yang bisa mengucapkan mantra yang akan menghentikan aktif batu anti inti mage itu. Batu itu saat ini terhubung dengan mana pribadinya. Menyebabkan mereka hanya mematuhi kehendaknya. Jika mantranya dibaca oleh selain dia, batu itu tidak akan merespons."

"Dia terlihat seperti orang dungu. Bagaimana dia akan melakukannya untuk kita?" gerutu Jaeha jengah.

Jowan, Rhinel, Sheena, dan Caessar sudah menghampiri mage Palis itu mencoba membuatnya bicara dan sedikit-sedikit mencoba memanipulasinya untuk bersedia mengucap mantra. Meskipun mereka juga ragu percobaan mereka akan berhasil.

Di tempatnya Alister buka suara memberi saran. "Jika dia mage seharusnya dia memiliki inti yang sama, bukan? Tempatkan dia di area tadi dan buat dia terpaksa membacakan mantranya untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Saya rasa itu trik yang cukup bagus."

Seuntai senyum yang dimiliki pelayan tua itu ketika dia bicara memberikan sarannya tadi, kepandaiannya dalam mengikat kelima mage Palis di ruang bawah tanah area bangsal kurungan itu, membuat semua yang mendengar ucapannya membuat pendugaan bahwa orang tua itu sebenarnya adalah sosok seseorang yang berbahaya.

Tapi Jaeha yang mendengar usulan dari Alister tadi menganggap itu adalah sebuah ide yang brilian. Dia menyetujui ide itu. Membuat permintaan pada Kei untuk menyeret sang mage Palis ke titik dimana mereka tersiksa tadi.

"E- Enlallilionavar!!"

Setelah dia menyerukan itu Alister yang ikut dengan Kei berada di dekat mage itu membuat pukulan di bagian punuk yang menyebabkan sang mage langsung kehilangan kesadarannya.

Kini rombongan kelompok Vetra sudah hendak keluar dari ruangan itu untuk selanjutnya pergi menuju lantai paling atas, sebagaimana yang tadi dikatakan Valias Bardev.

Dan di depan pintu ruangan itu, secara bersamaan mereka terperangah karena mereka berpapasan dengan sebuah rombongan lain yang tidak mereka sangka untuk akan tampak di tengah tensi yang ada.

Edgar juga Uvan, dan para mage dari Paviliun istana Hayden.

Satu setengah jam lalu...

Dalam perjalanan menuju paviliun para mage itu lah Uvan sang ksatria kepercayaan Frey sang Putra Mahkota memperoleh penjelasan tentang situasi yang tengah berlangsung dan peran serta tugas apa yang akan diembankan kepadanya. Ini kali keduanya ditempatkan dalam sebuah posisi dalam waktu yang begitu tiba-tiba, dengan waktu persiapan yang benar-benar singkat dan nyaris tidak ada. Kali kedua setelah waktu itu dia ditunjuk menjadi pendamping Pangeran Wistar Nardeen sebagai penyampai pesan calon Raja ke kediaman Count Bardev. Peran yang diberikan kepadanya kali ini, lebih besar dan menyangkut kepentingan sebuah kota yang tidak sama sekali dirinya kenali. Kota para mage, kota menara, Kota Sinfhar.

Frey memberitahunya. "Yang harus kau lakukan adalah menjadi pemberi komando. Perwakilan dariku. Mereka hanya butuh satu orang pemberi arahan. Selama ada kau di sana, kau lah yang akan mereka jadikan patokan mengenai apa yang harus dilakukan. Kau mengerti, 'kan?"

Uvan mengangguk. Tapi bertanya untuk menjawab keingintahuan pribadinya. "Di antara mereka sungguh-sungguh tidak ada lagi yang bisa memimpin?"

"Tidak." Edgar menjawab.

"Tapi.... Tuan Edgar di sini mempunyai basis penilaian situasi yang cukup bagus juga. Dia hanya bukan orang yang cukup pandai memberikan instruksi saja. Kau akan memperoleh bantuan memilih keputusan darinya. Karena dia jelas lebih tau tentang situasi di Sinfhar daripada kita." Frey memiliki senyum lebar. Menikmati pelemparan peran tugas yang dia tempatkan pada Uvan.

Uvan tidak membuat reaksi. Dia sudah mengenal orang seperti apa Frey sebagai Putra Mahkota segera akan menjadi seorang Raja itu. Dan dirinya sendiri yang sudah setuju untuk menjadi pengawal pribadi Frey, sekaligus merangkap sebagai orang suruhan pemuda yang setahun lebih muda darinya itu.

Sebuah pengembanan tugas kepadanya seperti ini bukan sesuatu yang sebegitu mengejutkan sama sekali.

Frey mungkin memiliki kesan dari seseorang yang bersikap semaunya, tapi laki-laki itu benar senantiasa memprioritaskan Hayden. Jadi Uvan akan mengiakan saja apapun yang Frey lemparkan kepadanya.

Frey hadir di paviliun mereka, seorang ksatria berada di sisinya. Lalu di sisinya yang lain berdiri Edgar yang mengenakan pakaian Sinfhar yang sangat mereka kenali karena sebelumnya pun mereka mengenakan seragam yang sama sebelum mereka meninggalkan kota mereka.

Di depan para mage yang berhamburan saling berbondong-bondong untuk menyegerakan diri menghadirkan diri mereka di hadapan Frey yang alasan kehadirannya masih mereka pertanyakan di benak mereka masing-masing, Frey berkata. "Dengan sudah berkumpulnya kalian semua di sini aku akan langsung saja ke intinya. Aku di sini untuk memberitahukan sesuatu kepada kalian. Teman-teman kalian yang ada di Sinfhar habis terkena jebakan dari Gubernur kalian di sana. Tuan Edgar di sini sengaja diutus kemari untuk menyampaikan keadaan di sana kepadaku. Aku menilai bahwa pilihan yang tepat adalah mempersilahkan kalian para mage yang berasal dari kota itu untuk membantu teman-teman kalian di sana. Jadi yang ingin berangkat, kalian bisa berangkat dengan Tuan Edgar."

Dari empat belas mage itu, semuanya mengajukan diri untuk diizinkan berangkat ke Sinfhar. Di dalam hati Frey tersenyum mendengkus kecut. Pada akhirnya dirinya membiarkan setiap mage paviliun itu berangkat ke Sinfhar, menjadikan untuk sementara waktu Hayden akan tidak memiliki satu orang mage pun. Frey benar-benar meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu tidak akan menjadi sebuah masalah. Sedari awal sejatinya Hayden tidak memiliki satu pun mage. Hanya karena ada pergolakan di dalam kota itu lah beberapa mage muda memutuskan untuk angkat kaki dari sana dan kebetulan memilih untuk tinggal di Hayden, bekerja untuk istana. Bahkan tanpa mage Hayden harus tetap memiliki tonggak kekuatan yang tangguh. Jadi dirinya akan memanfaatkan waktu yang seharusnya akan pendek ini untuk melihat bagaimana Hayden akan tampak seandainya para mage itu tidak pernah sekalipun datang menginjakkan kaki di Hayden sebelumnya.

Dengan kesetiap mage itu sudah menunjukkan kesiapan mereka untuk pergi, Frey memberikan pesan terakhirnya. "Ksatria kepercayaanku Uvan di sini, dia akan ikut dengan kalian. Jika kalian menemui suatu kebimbangan selama kalian di sana, jadikan dia sebagai kompas kalian. Yang dia ucapkan akan bernilai sama dengan ucapanku. Jadi jangan ragu untuk mematuhi apa yang dia perintahkan pada kalian. Kalian bisa mengerti itu?"

Keempat belas mage itu bersamaan menaruh perhatian mereka pada Uvan yang ada di samping Frey sang calon raja Hayden. Mereka tidak merasa mereka pernah melihat sosoknya sebelumnya. Mereka ragu mereka bisa mempercayai kemampuan memimpinnya.

Tapi tetap, dengan keadaan yang sekarang ini, eksistensi orang itu masih lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Karena setelah Frey menyinggungnya, mereka baru sadar bahwa mereka masih terlalu individualis antar satu sama lain dengan rekan-rekan mereka saat ini. Jika mereka hanya langsung ke sana tanpa satu figur pilar pemimpin pun, datangnya mereka pun belum tentu akan memberikan dampak yang cukup positif.

Menggunakan bekas robekan perkamen sebelumnya tiga orang mage bersukarelawan membuat mantra berpindah untuk kesebelasan rekan mereka sekaligus Edgar dan Uvan. Lebih cepat daripada sebelumnya Edgar harus lebih dulu membuat gambar pola lingkaran sihir untuk mengantarkan kepergian Kei juga Dylan karena dia tidak memiliki tongkat sihirnya bersamanya, dan Kei bahkan tidak mau menunggu seorang mage di paviliun mendatangi mereka untuk bisa mengirim mereka, bersikeras agar Edgar mengirim mereka langsung di saat itu juga di ruangan itu.

Bersama mereka sudah ada di ruangan lift yang sebelumnya dikunjungi Edgar. Meninggalkan Frey sang Putra Mahkota di paviliun mereka.

Di sana Uvan memandang Edgar. "Tuan Edgar. Ruangan apa ini?"

"Saya tidak tau mereka menyebutnya apa." Edgar menjawab seraya meraih tuas yang menjadi bagian dari cara kerja lift itu. "Tapi prasarana ini dapat membawa kita untuk pergi ke antar lantai." Dia menarik tuas itu ke bawah.

"Edgar ... " Salah satu mage memanggil Edgar ragu-ragu karena mereka belum pernah dekat sebelumnya. "Di mana kita saat ini?"

"Palis." Edgar menghadap teman-teman mage Hayden nya itu. Berniat mulai menerangkan situasi yang dia tau pada mereka. "Kita saat ini sedang di bangunan Palis. Sebelumnya aku dan yang lain juga dibawa ke ruangan ini ketika kami ada di lantai empat. Pengikut Gubernur yang menuntun kami tadi membawa kami jauh lebih ke bawah daripada lantai dasar. Jadi kutebak mereka membawa Jowan dan yang lainnya ke area di bawah tanah."

Berdasarkan jumlah titik yang tertanda di sebelah tuas itu Edgar menangkap kalau selain lima lantai utama bangunan Palis, ada dua lantai lain yang berada di bawah mereka. Edgar akan membawa teman-temannya itu ke kedua lantai itu karena dia belum tau Jowan dan yang lain dibawa ke lantai bawah yang mana.

Dia menjadikan lantai yang terdasar sebagai destinasi pertamanya. Begitu pintu ruangan itu terbuka, dirinya juga semua mage yang lain bisa langsung melihat area bangsal tempat kelompok Vetra dan Jowan tadi.

Area yang tidak begitu luas dan memiliki deretan bangsal. Dan di salah satu dari bangsal itu, lima sosok mage Palis sudah dalam keadaan terikat erat dan tidak sadarkan diri.

Edgar tertegun. Melihat keadaan area itu dia bisa membuat dugaan bahwa Jowan dan yang lainnya benar habis dari area bawah tanah yang satu ini. Mereka sempat dikurung, tapi sesuatu membuat mereka bisa keluar.

Apakah orang itu?

"Hei. Mungkinkah Jowan dan Vetra sempat ada di sini lalu mereka sudah berpindah lokasi karena mereka sudah berhasil lolos?" Seorang mage menyuarakan isi benaknya.

Edgar dalam kebisuan mengangguk kaku.

"Jadi kita ke lantai yang satunya." Uvan bicara, menarik atensi mereka.

Edgar mendengar itu mengangguk lagi. Tanpa mengucapkan apapun menjadi yang pertama mengambil langkah kembali ke ruang lift itu disusul Uvan dan para mage.

Edgar sudah memiliki pemikiran suram tentang fungsi seperti apa yang akan dimiliki lantai bawah tanah yang kedua itu. Itu karena dia teringat dengan beberapa mage yang ada di satu angkatan dengannya. Menghilangnya mereka. Dan apa yang sudah sempat dikatakan Jorel sebelumnya.

Apa yang akan kulihat?

Ketidakthuan dan rasa waswas membuatnya menahan dirinya sendiri dari bergidik.

Dan akhirnya, pintu lift itu terbuka.

Mempertampilkan tempat apa sebenarnya area bawah tanah yang satu itu.

Tempat dimana Jorel sang Gubernur memprakarsai semua praktik percobaannya.

Dan yang menjadi alasan mengapa rombongan Edgar memiliki air muka pucat, ketika mereka akhirnya saling berpapasan dengan kelompok Valias.

27 Efra, 1768

15/08/2023 12.45 2426

__________________

a/n: serius nanya. Beneran nanya serius ini. Karena Valias Bardev udah memperkenalkan diri dia sebagai 'Norra', bagusnya selepas ini aku sebut dia sebagai Norra atau sebagai Valias Bardev aja? Kalo kata aku sih Norra aja. Tapi kali ada yang bilang "Valias Bardev aja kak. Udah sayang sama namanya. Kalo diganti, identitas 'Valias Bardev'nya entar kayak ilang"

Yah... kasih tau aja pendapat kamu. Nanti aku pikir-pikir lagi

2nd a/n: aku udah bilang ini, tapi, ide nulis aku lagi lancar-lancarnya jadi mumpung lancar aku bakal terus-terusan nulis terus langsung publish chapter yang udah beres saat itu. Kali kamu not that fans of CFYM dan jengkel dapet notif terus dari CFYM, apus aja CFYM dari library. Kalo kepingin baca CFYM nya lagi muncul, tinggal cari nama akun aku. Yoggu033. Terus klik CFYM si cover merah. It should be easy peasy 💅🏼✨

3rd a/n: tiap nulis, yang ada kepala aku adalah Cindy dari withcindy ngebaca tulisan aku terus ngeroasting the hell out of it, while I would just crying and laughing agreeing everything she says and will still be writing anyway. Because I stan this meme

Live your life, folks. Life is not daijobu but we're sexy and we're strong so we will get through it 🐢 -- Yoggu 2023

Continue Reading

You'll Also Like

391K 58.1K 83
"Became the Most Popular Hero is Hard" adalah judul novel yang saat ini digemari banyak pembaca karena memiliki visual karakter dan isi cerita yang m...
3M 106K 41
"Gus arti bismillah itu apa sih?"tanya Aisyah "Dengan menyebut nama Allah" "Kalo Alhamdulillah?" "Segala puji bagi Allah "jawab ammar "Kalo subhana...
6.9K 1.3K 25
ADA sesuatu yang ingin ku katakan padamu sejak dulu, sampai sekarang aku belum mengatakannya karena.... yah, karena berbagai alasan. Dan alasan utama...
235K 23.3K 50
⚠️DON'T COPY MY STORY⚠️ (Sudah Tamat) [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ーSIMT[DZ]ー Tentang derita seorang cewek yang menjadi bahan bullying di sekolahnya. Za...