Personal Assistant : WIFE!

By GreyaCraz

3.9M 116K 6.2K

Di penghujung usia tiga puluh, Jemima akan melepas masa lajangnya. Ketika ia pikir tak memiliki alasan untuk... More

1 : Overtime
2 : Visiting
3 : Sleepover
4 : Lipstick
5 : Marry
6 : Stalking
7 : Darya
8 : Mad!
9 : Suggestion
11 : Heart Beat
12 : See You
13 : Invitation
14 : Restless
15 : Hero
16 : Accepted
17 SAH
Open PO

10 : Divorce

78.1K 6.3K 260
By GreyaCraz

10 : Divorce

Akan ada pertemuan dengan calon investor malam ini. Sesungguhnya Abyasa tak suka jika pertemuan dilakukan di luar gedung perkantoran. Tapi sadar pria itu yang berada di posisi butuh, jadi dia hanya bisa manut ke mana Jemima mengatur ruang pertemuan.

Wanita itu juga sudah mencari tahu dulu tentang calon investor sebelum menyiapkan tempat pertemuan. Seperti asal, sifat, dan kesukaan. Karenanya malam ini Jemima mengatur tempat pertemuan di lounge eksekutif, Lavender Beach, sebuah klub malam yang berada di sekitaran Anyer karena selain menyukai pantai, calon investor yang sebenarnya dari usia lebih cocok habiskan waktu di tempat ibadah ini menyukai wanita dan minuman.

Tapi jika itu Abyasa, tidak ada transaksi menggunakan wanita. Pria itu berbeda dengan Bara yang akan lakukan apapun bahkan meski harus membeli gadis perawan sekalipun untuk dapatkan hati calon investor atau perwakilan sebuah perusahaan yang akan membuat proyek besar.

Sudah Jemima katakan, bukan? Abyasa adalah orang yang bersih walau mulutnya seperti kebun cabe. Pedas! Jadi meski menjamu tamu dengan minuman beralkohol sekalipun, Abyasa tak akan sentuh cairan memabukkan itu. Apalagi wanita.

Jadi untuk malam ini, karena Jemima terpaksa menyiapkan tempat sesuai dengan kriteria si calon investor, wanita itu tak bisa pergi berdua saja dengan Abyasa. Karena dia juga tak minum dan tak lucu jika ditawari, keduanya menolak. Maka tugas Jemima selain menyiapkan segala tetek bengek persiapan untuk bertemu calon Investor, ia juga harus mencari orang ketiga yang terbiasa minum dan pandai bicara juga.

Biasanya orang-orang seperti itu bisa ia temui dengan mudah di divisi pemasaran. Sudah ada orangnya, tapi ia harus menunggu sampai pria itu mendapatkan izin dari orang rumah.

"Mba Mima!" Menanti di ruang kerja manajer yang masih bekerja di pukul lima sore, Jemima menoleh ke arah pria yang baru masuk.

Namanya Edzhar, pria berusia dua puluh delapan tahun yang merupakan asisten manajer pemasaran yang sering ikut dalam pertemuan dengan calon investor. Sebenarnya Edzhar ini merupakan cadangan. Tapi karena yang biasa ikut sedang cuti kerja, jadi Jemima lebih memilih Edzhar dibandingkan cadangan lainnya yang jika menemani malah tak bisa mengkontrol halusinasi.

Maksudnya adalah mabuk duluan sebelum calon investor menandatangani surat perjanjian investasi.

"Bisa, mba. Tapi sampai jam sepuluh malam aja. Gimana, mba?"

"Duh." Mima langsung memberengut. "Dua jam doang?"

"Istriku agak sewotan selama hamil ini, mba."

"Kalau bapak aja gimana?" Manajer yang sejak tadi menyimak lalu memberi usulan.

Menoleh pada pria berperut buncit itu, Mima lalu meringis. "Bapak seteguk aja udah sampai nirwana!"

Lalu pria usia empat puluh tahun itu tergelak. "Coba Pitrus tanyain, Ed. Kuat dia kalau minum."

"Ngga." Mima menggeleng tegas. "Udah pernah diajak tapi tuh anak malah ngang-ngong ngang-ngong aja."

"Kalem dia, bos," jawab Edzhar yang kemudian kedikkan bahu pelan. "Gini aja deh. Boleh telat tapi nanti aku dianterin pulang ya, mba? Biar ngga dikira bohong aku. Kalau yang lalu aku pulangnya naik taksi. Perang sama istri aku, mba. Dibilangnya bohong."

"Ya udah nanti aku anter," jawab Jemima pada pria yang berprofesi sama sepertinya, yaitu asisten namun yang membedakan mereka adalah Edzhar asisten manajer sementara Jemima adalah asisten pribadi Abyasa. Bukan asisten direktur, tapi asissten pribadi Abyasa. "Nant--"

"Ya jangan mba Mima! Itu sih namanya mau merusak rumah tanggaku, mba! Sama pak Yasa juga."

Jemima langsung melotot.

Yang benar saja minta diantar si tiran! Wong Jemima saja pulang sendiri, kok. "Cari mati ya ini orang?!" katanya kemudian.

"Mba ini aku pamitan buat minum-minum demi perusahaan. Terus pulangnya dianter perempuan. Mba mau aku digorok istriku?"

Manajer lalu tertawa dan Mima mengerutkan hidung ngeri. Belum apa-apa dia sudah membayangkan bagaimana jika ia dituding sebagai pelakor. "Pak Syam nanti yang--" Sebentar, Jemima memikirkan jawabannya ulang.

Kalau Edzhar diantar oleh pak Syam, lalu dia yang akan antarkan Abyasa pulang, begitu?

Ck! Dia malas memperpanjang waktu pertemuannya dengan si tiran itu! Mana jarak dari Lavender Beach ke penthouse milik Abyasa cukup jauh pula! Belum lagi setelah itu ia harus pulang ke kos-kosannya.

Duh, ini sih trik sukses untuk membuat Jemima lembur di jalan.

"Boleh pak Syam, mba. Asal jangan taksi aja. Istriku tuh ya ... Orangnya ngga percayaan. Nanti kalau diantar selain orang kantor dia pasti tau. Segala name tag aja ditanyain, mba!"

Jemima lalu berdiri dengan dengkusan sebal. "Makanya kalau udah nikah ngga usah kawin sama yang lain!"

"Iya. Istri kamu jadi curigaan gitu, kan." Pak manajer ikut menambahi ucapan Mima yang kemudian berpamitan keluar.

"Di Lavender Beach ya, Ed. Jangan sampai telat."

Langsung keluar dengan perasaan sebal karena sudah pasti ia akan pulang bersama dengan Abyasa nanti malam, terlebih dia yang akan mengantarkan pria itu, Jemima kembali ke ruangannya namun sempat menoleh ke arah meja kerja Difa yang kosong.

Sejak diamuk beberapa waktu lalu, Difa jadi sering bolos bahkan tanpa izin pada Abyasa langsung.

Masuk ke dalam, melihat ternyata Abyasa tak sendiri. Wanita itu langsung duduk di kursinya sambil meliha5 Fatma yang baru saja mengantar dokumen yang Abyasa minta.

"Saya ngga mau EO nya yang tahun lalu, ya. Kacau!"

"Ngga, pak. Ini rekomen sih, katanya yang terbaik. Kalau sebelumnya kan bu Hilda yang handle, jadi setengah biaya saja sudah dia pakai sendiri, makanya pakai EO abal-abal."

"Ngga usah bergosip dengan saya."

Fatma selaku HR Generalist dari divisi HRD terkekeh geli. "Ngasih tau, pak." Lalu melirik Jemima yang mengulum bibir, menahan diri agar tak tertawa. "Ya udah, deal ya, pak. Nanti untuk rencana kegiatan dan biaya semuanya kami evaluasi lagi sama tim. Kalau udah siap semua tinggal dirapatin."

Mengembalikan dokumen perencanaan acara outing bulan depan, Abyasa yang hanya berdeham lalu membuka lembar kerja yang lain.

Fatma segera undur diri namun bukan dari ruangan Abyasa melainkan hampiri Jemima. "Besok malam minggu harus jadi, ya." Ia berbisik agar Abyasa yang tak ia ketahui tengah melirik interaksinya dengan Jemima, mendengar obrolan mereka.

"Jadi. Gue nginep sekalian tempat Tia. Tapi besok temenin gue belanja."

Jemima sudah katakan soal kabar pengunduran dirinya juga alasan mengapa ia harus keluar. Lalu untuk pesta perpisahan karena setelah kembali ke kampung halaman entah kapan lagi ia bisa main-main ke Jakarta, Jemima mengadakan barbeque di rumah Tia sebagai kenang-kenangan terakhir mereka khususnya sebagai rekan kerja.

Sayangnya Yusuf tak bisa ikut. Alasannya memiliki acara lain tapi sebenarnya Jemima tahu jika pria itu sedang menghindari dirinya.

Awal ketika ia tolak, Yusuf baik-baik saja karena Jemima belum katakan perihal rencana pernikahannya. Tapi setelah ia beri tahu di grup dua hari yang lalu, pria itu jadi jaga jarak padanya.

Mungkin sadar jika tka lagi ada ruang di antara mereka untuk bersama?

Entahlah.

Jemima tak mau ambil pusing karena mengurusi Abyasa saja kepalanya sudah pening.

"Pesta melepas masa lajang banget, yes? Sayangnya Yusuf ngga bisa ik--"

"Kamu mau ikut lembur juga Fatma?"

"Eeeh?" Langsung menoleh pada Abyasa yang interupsi ucapannya, Fatma langsung cengengesan. "Ngga, pak. Ini mau pulang." Lalu meringis ketika menatap Jemima yang lagi-lagi harus menahan tawanya. "Gue balik."

Jemima hanya mengangguk dan menatap kepergian Fatma yang melangkah terlalu cepat sebelum Abyasa benar-benar membuat wanita itu lembur.

"Lama sekali kamu. Ketemu Edzhar apa kencan dulu sama Yusuf?"

Iih ... Si Tiran yang masih saja menganggap ia dan Yusuf menjalin hubungan padahal sudah dikatakan jika ia akan menikah dengan pria lain itu ... Jemima memandangnya dengang delikan tak percaya. "Nungguin Edzhar yang pamit dulu ke istrinya, pak."

Kenapa sih terus membahas Yusuf? Padahal dia saja sudah menolak pria yang masih tak bisa ia percaya benar-benar menaruh hati padanya.

Padahal di kantor ini banyak yang lebih cantik dibanding dirinya. Lebih langsing pula. Biaya makannya juga lebih irit. Tapi mengapa malah jatuh hati padanya yang dari segi makan saja butuh modal tak sedikit.

"Saya kan bilang, saya mau nikah--"

"Kamu benar-benar akan menikah?"

Heh! Abyasa kok terkesan meragukannya, ya? Setelah memberi ia saran paling masuk akal bagi pria itu untuk tak menikah saja, lalu setelahnya tak sama sekali pernah membahas perihal keputusan pengunduran dirinya, tiba-tiba pria ini kembali mengungkit tentang pernikahannya seolah obrolan yang lalu tak pernah ada.

"Nanti kalau undangannya jadi, bapak orang pertama yang menerima undangannya dan itu langsung saya kirim ke bapak. Bukan undangan digital." Jemima lalu menyalakan komputer yang berada dalam mode sleep. Dia tak tertarik membicarakan hal pribadinya lagi dengan Abyasa karena ujung-ujungnya dia yang akan emosi sendiri.

"Kabari saja nanti."

Jemima menghela napas berat.

Apa Abyasa tak bisa membaca mimik wajahnya yang enggan melanjutkan perbincangan soal pernikahannya dengan pria ini? Karena semenarik apapun obrolan yang mereka bicarakan akan jadi terasa menjengkelkan jika Abyasa sudah memberi respon.

"Tentu, pak." Lalu netra bulatnya jatuh pada Abyasa yang bahkan berbicara tanpa memandang ke arahnya.

"Perceraian kamu."

"Tentu--eeh? Ya? Apa--" Jemima menutup bibirnya rapat-rapat untuk tenangkan diri setelah mendengar ucapan Abyasa yang terlalu di luar akal sehat manusia.

Oh ya ampun!

Jemima lupa jika pria yang kini mulai menatapnya dengan sorot tak minat itu bukanlah manusia tapi persilangan kera dan setan!

"Doanya baik sekali ya, pak?" Ivanka mengepakkan tangannya dengan kuat.

Tahan Mima, jangan ngamuk.

"Tentu. Karena saya ingin mensejahterakan karyawan saya walaupun dia seperti tidak tahu terimakasih dengan keluar tiba-tiba."

Tiba-tiba?

Jemima hampir jatuhkan rahangnya ke lantai.

Bagaimana bisa sih pria itu katakan ia mengundurkan diri tiba-tiba jika saat ini saja dia masih bekerja!

Ya Allah, beri hamba kesabaran yang lebih lebar! Pliiiss! Jangan cuma pantatku aja yang dilebarin!

Jemima ingin sekali mencakar wajah sok ganteng Abyasa sekarang!

"Bersyukurlah karena tidak ada bos sebaik saya." Kepercayaan diri dan Abyasa yang seperti paket tak terpisahkan, sayangnya hanya si tiran saja yang merasa seperti itu.

Bahkan setan saja mengundurkan diri dari kategori mahluk terkejam jika ada Abyasa di dalam nominasinya.

"Tapi saya ngga ada niat untuk cerai, pak."

Sebenarnya apa sih yang dirinya dan Abyasa perbincangkan? Jemima belum menikah! Dia dan Darya bahkan belum pernah bertatap muka secara langsung tapi belum apa-apa sudah bicarakan tentang perceraian mereka?!

"Itu yang sepupu saya bilang saat dia mau menikah. Tapi sekarang dia sudah jadi janda."

Abyasa sialan!!

Tbc....

With love,
Greya

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 106K 45
•Obsession Series• Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi ...
251K 623 10
Area 21+++, yang bocah dilarang baca. Dosa tanggung sendiri yap. Jangan direport, kalau gasuka skip.
544K 9.2K 18
suka suka saya.
883K 69.7K 51
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...