Personal Assistant : WIFE!

By GreyaCraz

3.9M 115K 6.2K

Di penghujung usia tiga puluh, Jemima akan melepas masa lajangnya. Ketika ia pikir tak memiliki alasan untuk... More

1 : Overtime
2 : Visiting
3 : Sleepover
4 : Lipstick
5 : Marry
6 : Stalking
7 : Darya
8 : Mad!
10 : Divorce
11 : Heart Beat
12 : See You
13 : Invitation
14 : Restless
15 : Hero
16 : Accepted
17 SAH
Open PO

9 : Suggestion

67.5K 6.1K 188
By GreyaCraz

Di balik meja kerja yang berserak beberapa lembar kertas, Jemima duduk dengan tangan saling menangkup di atas paha. Baru saja terjadi perdebatan sengit antara Abyasa dan Bara yang merupakan adik kandung Beno yang usianya hanya lima tahun lebih tua dari Abyasa. Memiliki hubungan baik dengan Beno, bukan berarti Bara dapat berlaku sama pada Abyasa yang dianggap lawan sejak posisi direktur yang diincar malah jatuh ke tangan keponakan yang masih begitu muda.

Usia dua puluh dua tahun dan dipaksa untuk gantikan posisi Aria yang meninggal di ruang persalinan terlebih Beno sudah tak bisa kembali bekerja usai struk ringan yang dialami beberapa tahun silam, Abyasa dianggap penghancur rencana Bara yang menginginkan posisi tertinggi di Century Giant.

Karena itu, sejak awal Abyasa masuk ke perusahaan ini di usia yang masih begitu muda, Bara terus saja menekan dan mencari cara tuk jatuhkan keponakannya sendiri.

Bahkan dalam kondisi seperti ini, stres karena banyaknya tipu muslihat yang Bara buat agar Abyasa menyerah, Beno masih terus percaya jika adiknya tak sejahat yang sering Abyasa ceritakan sampai akhirnya Abyasa bungkam karena tak mau jika terus tak dipercayai.

Beno adalah ayah yang baik. Namun pria itu masih tak bisa membedakan prioritas antara adik dan anak sendiri. Beruntung ada Lerita yang mengancam akan tinggalkan Beno jika sepuluh tahun lalu, posisi direktur, Beno serahkan pada Bara.

Jemima yang bersama Abyasa selama ini, mendukung dan menjadi orang kepercayaan yang tak mudah disusupi oleh bujuk rayu Bara yang sering mengiming-imingi ia banyak hal, sesungguhnya merasa iba tiap kali melihat Abyasa disudutkan oleh Bara. Apalagi kejahatan yang wakil direktur perbuat sudah cukup keterlaluan.

Pernah, melalui orang suruhan, Abyasa dicelakai di lokasi proyek. Memang tak ada bukti yang mengatakan jika itu adalah ulah Bara tapi bahkan meski menutup mata, Jemima pun tahu jika itu adalah trik licik Bara.

"Kenapa kamu tidak pernah tergiur tawaran Bara?"

Di tempatnya, Jemima menggeleng tanpa harus berpikir terlebih dahulu.

"R8 ngga sama sekali membuat kamu goyah?"

Itu mobil Audi yang pernah Bara tawarkan untuk Jemima agar ia mengkhianati Abyasa. Dalam hal ini ia harus membuat rumor agar nama Abyasa hancur di depan para pemegang saham. Tak itu saja. Jemima bahkan harus membuat beberapa investor yang datang melalui Abyasa mundur agar mereka beralih pada Bara, lalu yang terburuk mencelakai Abyasa. Sebagai asisten dan satu-satunya orang yang paling banyak berinteraksi dengan Abyasa, hanya Jemima yang berpotensi melancarkan aksi Bara untuk melengserkan direktur muda itu.

"Haram, pak," ceplos Jemima sebelum tertawa sendiri.

Tapi dia memang tak menerima suap dari siapapun, termasuk beberapa petinggi yang meminta dirinya untuk membujuk Abyasa agar mau menandatangani sejumlah kerjasama proyek bodong.

Sejauh ini si tiran itu menjalani pekerjaan dengan cara bersih walau Abyasa suka menindas karyawan.

"Jadi kamu tahu kenapa saya ngga bisa lepaskan kamu, kan?" Abyasa yang tak ikut tertawa, melontarkan tanya pada Jemima yang perlahan menurunkan nada tawanya sampai tersisa kekeh pelan saja.

"Tapi saya ngga bisa di sini seumur hidup, pak." Wanita itu menunduk, menatap jemari yang saling berkait dengan gerakan gelisah.

Karena masalah yang Abyasa hadapi akhir-akhir ini, membuat Jemima tak tega untuk sampaikan kabar pernikahannya pada si tiran ini. Padahal ia hanya tinggal ajukan surat resign, lalu satu bulan kemudian dia resmi pengangguran. Apalagi tak ada yang perlu ia pikirkan di sini, karena cicilan mobil sudah ia lunasi dengan bantuan empat puluh juta dari Darya.

Mereka memang belum bertemu, tapi lamaran sudah dilakukan melalui video call. Calon suaminya datang bersama keluarga ke rumahnya, melakukan lamaran sekaligus menentukan tanggal pertunangan. Kalau tanggal pernikahan, orangtua sedang mencari hari baik tapi itu tak akan lewat dari tiga bulan dari hari ini. Sementara soal uang, pria itu mentransfernya minggu lalu.

Baik sekali, kan?

Jemima kali ini tak salah pilih pasangan.

"Kamu punya pacar?"

Masih sempat-sempatnya ia membayangkan wajah Darya di saat-saat seperti ini. Jemima yang tak sadar pipinya merona, mengangkat wajah tuk tatap Abyasa yang memperhatikan ia begitu intens dari meja kerja praktek itu.

Dalam jarak beberapa meter saja Jemima masih bisa merasakan hawa dingin yang menguar dari tubuh Abyasa.

"Saya ngga suka mengulangi pertanyaan."

Jemima tahu, tapi dia sedang memikirkan jawaban yang tepat apalagi Abyasa langsung menembak ia dengan pertanyaan pribadi begitu.

"Eeuung ... Bukan pacar sih, pak." Lalu ia menunduk lagi.

Duh ... Di jam kerja begini apa baik membicarakan hal pribadi dengan atasan? Meski dia dan Abyasa biasa mengobrolkan hal-hal di luar pekerjaan.

Tapi tak pernah soal asmara.

"Tapi." Ia tatap Abyasa lagi yang masih diam tanpa memutus pandang darinya.

Dan seperti biasa, pria itu tak mau repot-repot menyudahi aksi tatap jika tak Jemima duluan yang melengos.

Komputer yang menyala di meja akhirnya menjadi titik fokus Jemima. "Bapak kok tau saya ... Apa, ya? Yang jelas saya sedang berhubungan sama seseorang."

Sepertinya ia harus mengaku.

Waktunya sudah mepet. Tak boleh diulur-ulur lagi.

"Dia Yusuf?" Tak ada perubahan dari nada bicara Abyasa yang terbiasa bersuara tanpa nada kecuali sedang mengamuk--seperti dengan Difa minggu lalu. Namun pria yang duduk dengan siku menempel di meja sedangkan jemari saling terkait itu, menatap makin tajam ke arah Jemima.

Menggeleng bersama ringisan tipis karena tak nyaman dengan tatapan Abyasa yang seolah ingin mengulitinya, Jemima yang hanya menatap sekilas si tiran itu lalu menarik satu berkas laporan yang harus ia periksa dengan cepat. "Bukan, pak. Orang lain. Oh ya, besok malam kita jadi pergi?" Wanita itu alihkan pembicaraan.

Ternyata mengakui secara gamblang di situasi tenang seperti ini malah sulit untuk Jemima.

Terus kapan lagi jujurnya, Mima?

Dia sudah tak punya waktu karena tanggal pertunangan sudah ditetapkan. Itu tak lebih dari lima minggu ke depan.

"Kamu terlalu ekspresif. Bukan cuma saya saja. Orang lain yang melihat kelakuan kamu pun pasti tahu kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang."

Jemima mengintip Abyasa dari sisi komputer. Pria itu sudah tak lagi menatapnya, namun masih ingin membahas soal Jemima.

Wanita itu tersenyum tipis.

Tebakan Abyasa benar. Dia terlalu ekspresif ketika jatuh cinta. Tapi rekan kerja malah banyak yang mengira ia menjalin hubungan dengan Abyasa. Padahal pria ini kan sumber masalahnya, ya?

Malah lebih enak didengar jika orang mengira ia berhubungan dengan Yusuf.

Eh ... Ngomong-ngomong soal Yusuf, mereka janjian makan malam tiga hari lalu. Di sana Yusuf mengutarakan perasaan padanya dan Jemima yang memang sejak awal tak tertarik tentu langsung menolak baik-baik. Selain itu ia pun menasehati Yusuf jika Century Giant tidak mentoleransi hubungan sesama rekan kerja.

Tapi beruntungnya setelah malam itu, tak ada perubahan dengan sikap Yusuf yang tetap manis padanya.

Ah ... Andai umur si junior tak lebih muda. Jemima pasti sudah menerimanya. Eh ... Tapi sekarang dia sudah punya Darya dan ia mencintai ... Tidak, mengartikan perasaan ini sebagai jatuh cinta itu terlalu jauh. Mungkin lebih tepatnya kagum dan terpesona.

Jika soal dia yang begitu bahagia saat ini dan sungguh tak mampu membendungnya adalah karena ia akan segera lepas dari belenggu Abyasa.

Dia akan lepas dari si tiran kejam itu!

"Kalian pacaran?"

Jemima mengerjap. Lagi-lagi ia terlalu larut dengan pikirannya sendiri dan lupakan Abyasa yang ternyata masih menunggu responnya.

Menggeleng lagi, Jemima lalu menjawab; "Kami akan menikah, pa--"

Tak!

Ucapan Jemima terinterupsi ketika terdengar bunyi benda jatuh dari tempat Abyasa yang kemudian membungkuk dan menunjukkan apa yang tak sengaja pria itu jatuhkan.

Pena milik pria itu terkena siku Abyasa yang tiba-tiba terpeleset.

"Lanjutkan." Pria itu menatap Jemima lagi namun sorot dingin yang diarahkan pada wanita itu memiliki arti lain seperti ... Sebuah kekecewaan yang tak mampu diucapkan.

Yah ... Jemima tahu kalau Abyasa pasti tak terima jika dia harus mengundurkan diri dari pekerjaannya saat ini. Tapi sayangnya ini lah yang Jemima nantikan. Jadi, tak mau lagi tunjukkan keraguan karena Jemima tak bisa terus-terusan mengalah apalagi demi masa depannya yang bisa ia bayangkan akan lebih cerah daripada saat ini. Wanita itu mengembangkan senyumnya.

Harus ia tunjukkan pada pria itu jika jalan hidupnya bukanlah menjadi budak korporat seumur hidup apalagi yang ia abdi adalah jelmaan dakjal yang tak punya hati. Tidak. Tentu tidak. Jemima punya jalan hidupnya sendiri yaitu dengan mengabdi pada suami yang lebih berhak mendapatkan perhatiannya daripada Abyasa yang terus-terusan menindas dirinya.

Lagian mumpung Abyasa begitu ingin tahu soal urusan pribadinya. Jadi Jemima ungkap saja sekalian. Ya, kan?

"Sebenarnya saya mau mengundurkan diri, pak." Jemima memperhatikan lamat-lamat wajah Abyasa untuk mencari perubahan di sana. "Bulan depan saya harus pulang untuk tunangan." Tapi tak ada yang berubah. Abyasa masih menatapnya begitu dingin.

Wanita itu lalu hanya bisa mempertahankan senyuman. Tapi sialnya ada gumpalan yang menyumbat tenggorokan yang membuat ia merasa tak nyaman. Bahkan Saliva yang ditelanpun hanya membuat Jemima makin tercekat. Tapi ... Apa ini? Jangan bilang ia tak tega untuk tinggalkan si atasan yang kejam.

"Ya...." Di depan sana, masih tampak tenang duduk di balik meja kerja dengan posisi tangan seperti awal--siku bertumpu di meja dengan jemari saling terkait--ketika menatap Jemima penuh intimidasi, Abyasa lantas menyeringai.

Ada gurat licik di wajah Abyasa yang seketika langsung membangkitkan gelisah dk benak Jemima.

Duh ... Firasat buruk Abyasa akan mempersulit proses pengunduhan dirinya.

"Mau mendengar saran?"

Eh?

Jemima melongo.

Saran?

Saran apa yang bisa diberi oleh manusia persilangan kera dan setan ini.

"Apa, pak?" Tapi malangnya Jemima tak punya keberanian untuk menjawab tidak, sih.

"Jangan menikah."

Hey! Apa-apaan itu.

Jemima lantas mendengkus samar. "Prinsip kita berbeda, pak. Mungkin bagi bapak menikah itu ngga penting, tapi bagi saya dan keluarga, itu sangat penting."

Abyasa diam.

Dia tak segera menjawab Jemima yang terlihat sekali berusaha untuk tak menggunakan nada ngeyel ketika menjawabnya.

Membuat pria itu yakin jika Jemima memang sangat ingin lepas darinya meski selama ini ia sudah memberi kehidupan yang enak pada asisten pribadi ini.

Wanita itu sendiri yang mengatakan jika selama ini menjadi tulang punggung keluarga dan berkat bekerja dengannya, Jemima bisa memberi kelayakan untuk orangtua dan saudara. Tapi sekarang ... Mengapa makin semangat saja untuk tinggalkan ia, seolah tak ingat lagi dengan semua jasanya.

"Ini demi kebaikan. Jangan menikah."

Jemima lalu menatap pria di hadapannya itu dengan kening berkerut dalam.

Wanita itu tak tahu harus menjawab apa ucapan Abyasa yang katanya adalah 'SARAN'.

Dasar egois!

Jemima tahu apa tipu muslihat Abyasa. Mencuci otaknya agar mau menurut, kemudian dengan kejam akan mengikat ia lebih kencang.

"Kenapa sih pak, kalau saya bahas nikah bapak pasti ngga seneng."

Perasaan dari awal bekerja dengan pria ini tak ada peraturan yang melarang dirinya untuk menikah.

"Ngga apa-apa." Abyasa menarik napasnya dalam dan mengembuskan keluar dengan tenang sambil menyandarkan tubuh ke belakang dan tatapan kembali pada Jemima lagi. "Cuma takutnya nanti jadi beban."

Beban!

Ugh!

Tahan Mima.

Tahan diri untuk tak memperlihatkan ekspresi jengah karena alasan tak masuk akal Abyasa. "Ngga ada pernikahan yang jadi beban, pak."

Wanita yang hari ini tampil dengan rambut tergerai dan tumben sekali gunakan A-line dress berlengan panjang dengan warna hitam alih-alih celana seperti yang biasa ia kenakan, sepertinya mulai tak bisa kendalikan nada bicara.

Dia sulit sekali untuk bersikap manis di hadapan bos yang tak sama sekali mau rugi ini. Mentang-mentang menggajinya cukup besar, tapi seluruh waktunya disita. Bahkan parahnya Abyasa terlihat ingin kuasai kehidupannya.

"Maksud saya itu kamu."

Masih asyik mengomel dalam hati, tiba-tiba Jemima mengerjap tak paham mendengar imbuhan kalimat yang Abyasa ucapkan.

"Maksudnya, pak?"

"Jangan buat pernikahan jadi tidak berguna karena kamu cuma akan jadi beban suami."

Ah....

Kalimat yang terdengar kejam itu.....

Jemima langsung menggigit bibir bawahnya dengan kuat.

SETAN!

Harusnya Jemima tak menaruh iba pad pria ini!

Tbc.....

Abyasa di mulutnya nyimpen bon cabe level berapa sih.

With love,
Greya

Continue Reading

You'll Also Like

169K 615 6
21+ She really like something long, big, hard, and hot! Note : Underage kids just go away pleaseeee!
227K 11.4K 36
"GW TRANSMIGRASI? YANG BENER AJA?" ... "Klo gw transmigrasi,minimal jangan di peran antagonis lah asw,orang mah di figuran gitu,masa iya gw harus mat...
561K 55.9K 37
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...
260K 24K 74
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.