Personal Assistant : WIFE!

Bởi GreyaCraz

3.9M 115K 6.2K

Di penghujung usia tiga puluh, Jemima akan melepas masa lajangnya. Ketika ia pikir tak memiliki alasan untuk... Xem Thêm

1 : Overtime
2 : Visiting
3 : Sleepover
4 : Lipstick
5 : Marry
6 : Stalking
7 : Darya
9 : Suggestion
10 : Divorce
11 : Heart Beat
12 : See You
13 : Invitation
14 : Restless
15 : Hero
16 : Accepted
17 SAH
Open PO

8 : Mad!

69K 6.3K 240
Bởi GreyaCraz

Tampil menggemaskan dengan rambut dikuncir kuda yang bergoyang tiap langkah riangnya tercipta. Jemima yang cerahnya mengalahkan mentari pagi ini menyapa hampir semua karyawan Century Giant yang ia lewati. Biasanya ia selalu datang dengan wajah yang tak kalah buruknya dengan mendung yang tutupi indahnya biru di langit sana, namun hari ini tampak begitu berbeda.

Seolah beban yang terus menambah timbangan berat badannya terangkat semua, Jemima terus tersenyum bahkan tiap langkah yang ia buat, wanita itu memberi lompatan-lompatan kecil.

Dia bahagia sekali.

Setelah hampir dua minggu melakukan pendekatan dengan Darya, tutur kata dan sikap dewasa pria itu meluluhkannya.

Padahal Jemima cukup selektif dalam memilih pasangan--dulu sih saat pacaran--tapi Darya berhasil membuat ia yakin untuk memilih pria itu menjadi imamnya hingga ajal menjemput.

Ya ampun, romantis sekali!

Pria itu mengaku bukan dari kalangan berada memang. Tapi hebatnya, Darya bisa membangun usahanya sendiri dan berjanji untuk jadikan Jemima istri yang tak perlu ikut bekerja.

Cukup menantinya di rumah, bahkan belum apa-apa, Darya sudah diskusikan soal pembagian pekerjaan rumah di mana pria itu akan ikut andil juga.

Karena katanya rumah tangga itu dibangun berdua, jadi lakukan apapun juga berdua.

Manis, kan?

Manis sekali seperti senyuman pria itu.

Uuuh ... Jemima tak bisa lagi mengatasi perasaan yang membuncah di balik dada. Ia terlalu bahagia dengan perjodohan yang dibuat kedua orangtuanya ini

Nikah!

Jemima jadi makin tak sabar untuk bertemu Darya dan keluar dari pekerjaannya saat ini.

Keluar!

Batinnya tertawa keras.

Dia akan keluar dari penindasan Abyasa yang bisa-bisanya mengatai ia tak mampu bangun rumah sendiri.

Dasar pria itu bodoh!

Mengatai orang saja pandai. Tapi otaknya sendiri tak dipakai.

Mana ada orang membangun rumah sendirian! Kalau iya, apa gunanya perusahaan ini!

Benar, kan? Abyasa itu sebenarnya bodoh!

Ya ampun, ya ampun Mima. Udah ngga usah mikirin dia, deh!

Rusak kan waktu berharganya ini hanya karena pria itu saja. Kenapa juga harus ia pikirkan, apalagi sebentar lagi ia harus menahan muntah karena akan bertemu si setan selama seharian.

"Mba Mima!"

Baru akan masuk ke ruangannha yang juga merupakan ruang kerja si tiran, Jemima berbalik dan menemukan Yusuf yang hampiri ia dengan senyum semringah. "Seneng banget kayaknya, mba."

Jemima menepis helai ujung rambutnya hang mampir di bahu. "Iya dong." jawabnya genit, lalu mengerutkan hidungnya gemas.

Duh, bagaimana ini? Jemima tak bisa sembunyikan rasa bahagianya. "Kenapa Suf? Ada perlu?"

Pria yang ikut tersenyum karena bisa nikmati wajah ceria Jemima dari dekat, lalu sodorkan bungkusan plastik putih yang ia bawa. "Mau kasih ini aja sih, mba."

Melihat bungkusan tersebut, Jemima makin berbinar saja.

"Susu rasa pisang kesukaan mba Mima."

Jemima menerima pemberian Yusuf dengan senang hati. "Ya ampuuun." Ia intip apa saja yang pria itu beri. "Manis banget sih kamu. Tahu banget lagi kalau aku belum sarapan," imbuhnya kemudian.

Tersenyum tipis dengan pipi bersemu merah karena respon Jemima yang melebihi ekspektasinya, Yusuf lalu menggaruk kepala belakang yang tak gatal. "Em ... Mba."

"Ya?" Jemima mengangkat pandangannya dan sesaat tertegun melihat rona malu di wajah Yusuf.

Ada sesuatu yang berbeda dari pria yang  usianya lebih muda darinya ini.

"Malam ini sibuk ngga, mba?"

Alis bergerak samar mendengar tanya Yusuf yang diucapkan malu-malu, Jemima lantas menarik kedua sudut bibir ke atas. "Kamu tuh!" Kemudian menepuk lengan pria jangkung di hadapannya.

Ada sesuatu yang dapat ia cium dari tingkah Yusuf padanya hari ini meski sebenarnya memberi ia makanan begini bukanlah yang pertama kali. Tapi memilih untuk tak peka, Jemima berusaha berbicara dengan nada santai seperti biasanya. "Pagi aja belum lewat udah nanyain malam. Aku ngga tau. Soalnya kerjaan sama pak Aby tuh ngga kenal waktu. Kenapa memangnya?"

Perhatian Jemima beralih ke sosok wanita yang melintas di belakang Yusuf sebelum kemudian berjalan dengan angkuh ke arah meja yang ada di samping pintu ruangan direktur.

Difa semakin hari semakin sinis saja padanya padahal ia tak pernah mengusik wanita ini.

Bahkan meski pekerjaan Difa dilimpahkan padanya, Jemima tetap bersikap biasa saja. Paling-paling jika menggerutu hanya dia dan beberapa temannya saja yang tahu.

"Ngga--"

"Kalian ngapain di sini?!" Difa tiba-tiba menghardik. "Ganggu penglihatan orang aja!" Wanita yang memiliki tubuh ramping bak gitar spanyol yang dulu juga pernah Jemima milikki, bertanya ketus sebelum kemudian duduk di kursi dengan hempasan kesal yang begitu kentara.

"Pantes lo cepet tua, Dif. Ngomel mulu," balas Yusuf yang selalu paling kesal tiap membicarakan Difa apalagi jika berbicara langsung dengan wanita yang memiliki rambut panjang yang selalu dijalin indah di belakang.

Difa memang cantik.

Sayangnya kelakuan wanita ini membuat banyak rekan mereka kesal.

"Ngga ada yang butuh --"

Klek!

Pintu di belakang Jemima terbuka dan Difa yang tadinya membalas ucapan Yusuf dengan ketus, sontak diam. Bahkan wanita itu langsung menyalakan komputer dan berlagak abai dengan dua sosok yang berdiri di dekat mejanya.

Sementara itu Jemima yang tahu sekali apa yang membuat Difa bungkam, segera menoleh ke belakang untuk memberi senyum formal kepada pria yang berdiri tinggi di belakangnya. Sejak pintu dibuka dia tahu siapa yang akan keluar dari ruangan direktur ini.

Tentu saja si peranakan dakjal.

Siapa lagi?

"Ngapain kamu di sini?"

Pria yang beberapa hari ini selalu membuat Jemima pulang pukul sembilan atau sepuluh malam ini tanpa babibu langsung lemparkan tanya dengan mimik galak kepada Yusuf yang lantas menyengir lebar.

"Ng ... Ngga, pak." Yusuf lalu menggeleng. "Kalau gitu Saya permisi dulu, pak." Kabur dari si tiran adalah pilihan terbaik. Tapi ... Yusuf belum benar-benar selesai berbicara dengan Jemima. "Em ... Mba Mima."

Jemima yang tak perlu heran dengan ekspresi sinis Abyasa yang malah aneh jika memberi senyum ramah, menoleh lagi pada Yusuf yang terlihat takut-takut namun tetap terlalu berani karena tak segera lari.

Dasar Yusuf ini memang suka uji nyali.

"Nanti aku chat ya, mbak," bisik pelan pria itu sebelum kabur dari hadapan Abyasa yang terdengar mendesis.

Pagi-pagi si tiran sudah seperti ingin makan orang.

Hidupnya memang tak pernah bahagia sih.

"Masuk." Memberi perintah pada Jemima yang memang sudah ingin masuk ke dalam, Abyasa memberi ruang untuk wanita itu lewat.

"Permisi, pak," ucap sopan Jemima sambil melewati Abyasa yang pagi ini mengeluarkan aroma wangi seperti biasanya.

Dia suka sekali dengan semua pilihan aroma parfum yang Abyasa gunakan.

Hanya suka parfumnya. Bukan orangnya!

Berjalan menuju mejanya dengan riang yang sudah menguap sejak sosok Abyasa muncul, wanita itu lalu celingukan ketika tak dapati si bos tiran ikut masuk.
"Lah dia ngga masuk?" Meletakkan tas dan plastik yang berisi kue dan susu dari Yusuf ke atas meja, Jemima kembali melangkah keluar.

Hanya ingin menutup pintu saja, tapi ia malah terpaku di ambang pintu ketika mendengar bentakan Abyasa untuk Difa.

Apa yang terjadi?

"Kalau begitu kamu ambil pekerjaan kamu yang dikerjakan Jemima!"

Jemima melotot ketika tiba-tiba namanya disebut seolah Abyasa ingin menyeret dirinya dalam masalah pria ini dengan Difa.

Menggerakkan bola mata ke arah jajaran kubikel yang menjadi perlindungan para rekan yang mengintip diam-diam, Jemima lalu kedikkan dagu pada seorang rekan prianya sebagai kode bertanya apa yang sedang terjadi.

Tapi sama sepertinya yang tak tahu apa-apa, pria yang ia tanya tanpa suara itu menggeelng pelan sebelum palingkan wajah menuju layar komputer ketika suara Abyasa kembali terdengar.

Kalau sepagi ini Abyasa sudah mengamuk, itu pertanda buruk untuk semua pekerja yang akan dapat bagian pula.

"Heh! Kamu denger, ngga?"

Seolah ia yang kena damprat, Jemima meringis sambil memegangi dada. Sementara yang diamuk, berdiri dengan kepala tertunduk dalam.

Kalau jadi Difa, Jemima pasti akan menangis ... Eeh, dia sudah biasa sih dimarah begini. Sekarang sudah kebal.

"Ya ... Sa ... Saya pergi print materi untuk rapat, pak."

"Tahu kamu ngga mampu kerjain laporan apapun!! Jadi ngga usah protes sama kerjaan yang saya kasih!"

Bahu Difa tampak bergetar dan dapat Jemima tebak jika wanita yang hari ini tampil dengan blouse merah muda dan rok span hitam itu sedang menangis.

"Sekarang print cepat! Awas kalau kamu limpahkan pekerjaan ini ke orang lagi!"

Misal kepada office boy yang seringkali Difa suruh-suruh untuk menyiapkan materi rapat. Padahal hanya tinggal print saja dan wanita itu tetap tak mau kerjakan.

Jadi apa fungsi Difa di sini?

Hanya pajangan di samping pintu ruang direktur.

Itu saja.

Angkat kepala setelah menghapus jejak air mata yang kini ditahan agar tak menetes lagi, Difa mengangguk pelan namun raut redup karena paginya dirusak oleh Abyasa, pria yang suka ia beri perhatian namun selalu menolaknya, tiba-tiba menjadi sedikit sinis ketika tatapan wanita itu bertemu pada Jemima yang menaruh rasa iba.

Sungguh, Jemima merasa kasihan tapi Difa terus saja menganggap ia seperti lawan alih-alih teman seperjuangan.

Memutuskan untuk membuang wajah dari tatapan sinis Difa yang seperti ingin melenyapkannya, Jemima tak sengaja palingkan wajah ke arah Abyasa yang entah sejak kapan memandanginya.

Menatap terlalu dalam yang membuat Jemima seketika itu merasa rikuh namun tak mampu berpaling seolah pandangan Abyasa telah mengunci pergerakannya, bunyi gebrakan pelan dari arah Difa menyelamatkan Jemima dari rasa gugup.

Sekretaris yang bisa dikatakan hanya makan gaji buta itu membanting setumpuk kertas. Sebenarnya tak terlalu keras, tapi meski begitu, itu tetap terlihat seperti tindakan menentang apalagi Abyasa masih belum beranjak pergi.

Difa berhasil menarik perhatian Abyasa lagi yang dari pandangan tajamnya terlihat jelas akan kembali mengamuk.

Takutnya jadi lebih parah lagi.

"Kamu memang tidak pantas dikasih hati, Difa!"

Prang!

Kejadian yang berlalu begitu cepat.

Jemima terpejam erat, sementara Difa langsung membungkuk dengan tangan menutupi telinga ketika vas bunga dari meja tinggi di hadapannya, dilempar oleh Abyasa ke arah dinding yang berada  jauh di belakang Difa. Tapi ketakutan tetap menjalari sekretaris muda itu.

Bahkan tubuh Difa semakin kencang gemetarnya.

Difa goblok!

Batin Jemima lalu memaki.

Sudah tahu emosi Abyasa sukit dikontrol apalagi dengan adanya masalah pribadi yang terjadi antara Abyasa dan wakil direktur yang merupakan adik kandung ayah pria ini, tapi Difa yang kekanakan terus saja membuat si tiran semakin kesal.

"Jangan sekali-kali kamu membanting barang di depanku, Difa!"

Abyasa yang melotot penuh murka, menunjuk Difa yang masih membungkuk dengan tubuh gemetar. Sedangkan Jemima yang masih tertegun, melirik Difa yang harus segera ditenangkan.

Wanita itu terlihat syok! Apalagi--mungkin--baru kali ini Abyasa mengamuk sampai membanting barang berbahaya. Sebelumnya, hampir sepuluh tahun bersama Abyasa, Jemima hanya mendapati pena, kertas, atau buku saja yang pria ini lempar.

Menenangkan keterkejutannya lebih dahulu, Jemima yang memegangi dada, lalu melangkah maju dengan seluruh nyali yang berhasil ia kumpulkan.

Sungguh. Kali ini ia benar-benar takut melihat murka Abyasa.

"Pak." Berdiri di samping pria itu, Jemima lalu berjinjit agar bisa membisiki si tiran yang napasnya tampak terengah. "Kalau pak Bara lihat, ini bisa dijadikan kelemahan untuk menyerang bapak."

Otot di wajah seketika itu mengendur. Abyasa yang perlahan menoleh ke samping, melalui tatapan ia rangkum wajah Jemima yang akhir-akhir ini selalu mengukir senyum yang entah mengapa malah membuat dirinya risau, Abyasa lantas berpaling menuju para karyawan yang langsung mulai sok sibuk dan mencipta kebisingan setelah tadi mereka semua diam, menyaksikan murkanya pada Difa.

Andai sekretaris tak bergunanya itu tak membanting barang setelah menatap sinis pada Jemima, Abyasa tak akan semurka ini.

Menghela napas yang terasa begitu berat karena perang dingin antara dirinya dan adik kesayangan sang ayah tak pernah mereda, ditambah harus bertahan dengan sikap kekanak-kanakan Difa yang ia terima bekerja karena wanita ini adalah sepupu dari suami kakaknya yang telah tiada. Abyasa yang makin tak karuan hanya karena Jemima akhir-akhir ini jadi begitu suka memandangi ponsel bahkan ketika ia berbicara, lalu menunjuk seorang office boy yang pura-pura mengepel. "Bersihkan itu," titahnya sambil menunjuk ke arah pecahan vas bunga, sebelum kemudian beranjak masuk ke dalam ruangan.

Bernapas lega melihat Abyasa tak berniat melanjutkan marahnya pada Difa, Jemima lalu menatap sekretaris Abyasa yang duduk lemas sambil menangis dengan isakan memprihatinkan. Tapi Jemima yang juga kesal dengan wanita ini hanya bisa mendesah panjang.

Tak ada satupun kata semangat yang bisa ia ucapkan karena toh Difa pasti menampiknya seperti yang biasa wanita ini lakukan.

"Apa kamu dibayar untuk berdiri di sana saja, Jemima?!" Meringis ketika dari dalam Abyasa meneriakinya, wanita itu lalu menggeser langkah menuju pintu.

Namun sebelum benar-benar masuk, ia melihat rekan kerja yang memberikan dukungan padanya dengan kata-kata tanpa suara bahkan beberapa melipat tangan ke atas, memberi kode jika ia pasti kuat.

Kuat menghadapi Abyasa setelah ini karena pria itu pasti akan melanjutkan murka kepadanya.

Duh, gara-gara Difa ia sepertinya harus menunda kabar pengunduran dirinya.

Difa begok, ih!

Tbc...


With love,
Greya

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

BONNIE Bởi dusty151

Ngẫu nhiên

558K 55.7K 37
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...
115K 6.5K 35
☠️ PLAGIAT DILARANG KERAS☠️ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...
165K 574 6
21+ She really like something long, big, hard, and hot! Note : Underage kids just go away pleaseeee!
259K 23.9K 74
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.