Pacaran [TAMAT]

بواسطة Lulathana

254K 38K 3.3K

Dari kecil Bella itu sangat suka bela diri, berbagai jenis dia pelajari. Namun, karena tragedi ditolak cinta... المزيد

Pacaran
...
1. Drama
2. Tawuran
3. Takdir yang Tak Diinginkan
4. Cowok Seblak
5. Dia Kembali
6. Rumination
7. Semangat
8. Sandera
9. Percaya Diri
10. MTNI
11. Keluarga
12. Kedua Kalinya
13. Bengkel Bang Jo
14. Banyak Sisi
15. Malming
16. Drama
17. Pertemuan
18. Teman Billa
19. Teman Billa (2)
20. Tanda
22. Jola
23. Serangan Tak Terduga
24. Rumah Gavin
25. Kanapa?
26. Sakit
27. Sakit (2)
28. Bimbang
29. Penculikan
30. Tidak Ingin
31. Bazar
32. Photobox
33. Sosok yang Sama
34. Dia Sebenarnya
35. Menggemaskan
36. Tidak Sungkan
37. Myth
38. Melarikan Diri
39. Optimis
40. Dua Arah
41. Terungkap
uwu
42. Mulai Membaik(?)
43. Konsekuensi
44. Garis Memulai
45. Tembok Penghalang
46. ¡Maldito seas!
47. ¡MALDICIÓN!
48. Sederhana
49. Pacaran (Tamat)

21. Cantik dan Anggun

4K 789 70
بواسطة Lulathana

Bella membelalakkan mata begitu melihat Gavin sudah stand bye di depan gerbang. Meskipun dia ber-cosplay mumi, Bella tentu tetap bisa mengenalinya dengan sangat mudah.

"Nggak mau balik, Bell?" tanya Feryn dengan nada sarkas. Wajahnya pun ditekuk kesal

"Iya, iya sana."

Bella mengibas-ngibaskan tangan, lalu mengambil langkah untuk mendekati cowok itu. Dia sudah siap dengan wajah galak, di tenggorokannya sudah berbaris omelan karena semakin ke sini, cowok itu semakin banyak memanfaatkannya. Tidak ada kompromi sebelumnya juga.

"Apa lagi?" tanya Bella begitu dirinya sampai di depan cowok itu.

Gavin balas menatap Bella. Tanpa sadar bibir di balik masker itu tertarik manis. Hingga di detik berikutnya dia mengerjap sadar dan mengutuk dirinya bodoh. Untung saja Bella tidak bisa melihatnya.

"Apa?" tanya balik Gavin dengan nada yang dibuat cool.

"Lo ngapain ke sini? Clara ngintilin lagi?"

Gavin menghadap Bella dengan sempurna, kedua tangannya tersimpan di pinggang. "Gue ke sini mau jemput adek gue tuh."

Bella mengerjap. "Jemput adek lo?" tanyanya sedikit bingung.

Gavin tertawa kecil. "Iya lah, kenapa? Ngarep disamperin sama gue ya?"

Bella sedikit menunduk, pipinya bersemu. Entah mengapa tingkah mati kutu Bella itu membuat dia terlihat lucu di mata Gavin.

"Tapi Jola ada kegiatan OSIS. Temen lo udah balik, mau gue anterin?"

Bella memalingkan muka ke arah jalanan. "Nggak perlu, gue bisa sendiri."

Gavin meraih tangan Bella hingga cewek itu kembali menatap ke arahnya. "Bensin gue banyak," ucapnya, lalu tanpa menunggu persetujuan Gavin membawa Bella untuk mendekati motornya yang terparkir di dekat halte.

"Nggak, gue bisa sendiri."

"Ada Clara."

Bella secara spontan melihat sekitar. Gavin berdecak dan menahan dagu cewek itu untuk menatapnya.

"Kalo lagi diintai jangan nunjukin kalo dirinya udah tau dong, pinter."

Mata Bella menyipit. "Nggak ada Clara. Lo bohong."

"Ada." Gavin meraih helm dari atas motornya lalu menyerahkan pada Bella.

Bella menimang-nimangnya, helm ini terlihat baru. Dari desain juga merk yang tertera, ini cukup mahal. Gavin sudah pasti sering membonceng adiknya, dia sudah pasti punya helm khusus, rasanya terlalu kebetulan jika hari ini berganti dengan yang baru.

"Lo nggak bisa pake helm jangan-jangan," ucap Gavin ketika Bella hanya terdiam.

"Enak aja." Bella memakai helm itu. Ia pun naik pada boncengan Gavin begitu cowok itu mulai menyalakan mesinnya.

Gavin melirik Bella dari spion. Bella yang menyadarinya langsung menjulurkan lidah mengejek. Tak ayal hal itu membuat Gavin tertawa.

Bella memutar bola mata, ia mendengkus sebelum mengulurkan tangan untuk melingkari pinggang cowok itu. Tubuh  Gavin sempat terperanjat kaget, sebelum akhirnya mereka sama-sama diam dan menikmati perjalanan dengan lancar.

Setidaknya untuk 5 menit pertama. Karena tiba-tiba Gavin mendapatkan telepon. Bella tidak mendengar apa rincinya, telinganya hanya menangkap bahwa seseorang sudah diringkus.

Di sinilah Bella berakhir. Duduk di bangku dengan banner Bengkel Bang Jo di sampingnya. Bella menggerak-gerakkan kakinya dengan wajah menunduk sementara Gavin menelepon seseorang.

"Wah, Vin. Lo bawa cewek lo lagi," ucap Jo yang baru saja keluar dari dalam, wajahnya dihiasi senyum yang langsung berubah kaku begitu Bella mengangkat wajahnya. Pria itu tergagap dengan wajah pucat seolah baru bertemu dengan setan.

Sialan, Bella mengumpat kecil

"Bang Jo ya? Aku Bella," ucap Bella seraya menyunggingkan senyum. Sayangnya itu berbanding terbalik dengan matanya yang menatap tajam.

"Bb-bil-la?"

"Bella, Bang," ralat Gavin seraya menepuk pundak pria itu.

"Dia masih sawan Bell. Otaknya masih error karena Billa, jadinya gitu."

Bella tersenyum maklum seraya mengangguk. "Emangnya Billa itu siapa?" pancingnya.

"Ada deh," jawab Gavin. "Eh, Bang lo belum bales WA gue, masa iya ngetik ciri-ciri Billa doang lo perlu waktu lama. Sumpah gue bayar kok nanti."

Bella menatap Jo kembali. Senyumnya masih manis. Hingga perlahan menjulurkan lidahnya dengan mata juling seperti orang yang mati tercekik. Sebenernya Bella manis dengan raut itu, tapi karena Jo sudah mengalami masa yang menegangkan, yang Bella lakukan itu sukses membuat sekujur tubuh Jo merinding.

"Itu Bang Komang datang!" seru Jo cepat begitu Gavin hendak menoleh ke arah Bella. Ia mendorong tubuh Gavin agar menghadap ke arah jalan.

Di sana ada Komang yang tengah membawa dua orang dengan keadaan babak belur. Jalan mereka pun setengah diseret. Bella tak mungkin lupa, dua orang itu adalah suruhan Clara di basement waktu itu.

Gila, tertangkap secepat ini.

"Bang jangan bawa ke sini, langsung ke belakang." Gavin menoleh pada Bella seolah memastikan sesuatu. Bella tak bodoh, dia hanya berekpresi polos seolah dirinya belum melihat dua orang yang menjadi traumanya itu, setidaknya dalam pikiran Gavin.

"Bentar ya, Bell."

"Oke."

"Bang, jagain bentar ya." Gavin menepuk-nepuk bahu Jo sebelum meninggalkan tempat itu.

Bella mengurut rahangnya yang terasa kaku karena terus menyunggingkan senyum dari tadi. Senyum ramah dan mata berbinarnya sudah hilang. Bella menatap Jo yang masih berdiri di tempat seolah tak berani beranjak sedikit pun.

"Dua orang itu kenapa?"

Tubuh Jo terlonjak kaget begitu Bella bersuara. Padahal Bella mengucapkan nada yang santai, tapi efeknya sudah seperti gledek di samping telinga.

Bela menopang dagunya dengan tangan. Jemari lentiknya terlihat menari-nari.

"I-itu, katanya mereka ga-ganggu ce-cewek Gavin," jawab Jo dengan terbata. Hingga beberapa detik kemudian dia terbingung. Ia pun menatap Bella dengan membelalak. Seolah berkata 'Cewek Gavin artinya Billa, Billa diganggu?' Sorot matanya menandakan ketidakpercayaan.

Bella mendengkus kecil. Pemikiran Jo lumayan kritis juga. Sayangnya Bella merasa itu ledekan. Seolah 'Haha ... lo pura-pura lemah ya?'

"Komang sekarang masih jadi tikus?"

Tikus adalah kata lain dari orang yang suka mencarikan informasi untuk orang lain. Mereka punya jaringan tersendiri. Meskipun tampilan luarnya sepele, mereka tak jarang diminta bantuan polisi untuk mencari seseorang.

"Masih."

Bella termenung. Meskipun punya uang, bukan orang sembarangan yang bisa menggunakan mereka, karena mereka juga cari aman terlebih dulu.

Dapat rekaman CCTV, menemukan orang dengan cepat. Gavin bukan orang main-main ternyata. Kurang dua tahun Bella hengkang dan dari waktu singkat itu, Gavin bisa mendirikan kakinya sendiri.

"Dia nyari gue kenapa?"

Jo menggeleng. Bella memelototkan matanya karena yang dia butuhkan bukan jawaban yang tidak jelas seperti itu.

"Nggak tau ma-ksudnya. Dia cuma pengen tau Bi-billa."

Bella menyugar rambutnya. "Bella. Ngerti 'kan?"

"I-iya." Jo menggerakkan jarinya di depan bibir seolah menutup ritsleting.

Ponsel Bella tiba-tiba berbunyi. Nama Jeya tertera dj sana. Bella pun segera mengangkat teleponnya.

"Ha-ha-llow?"

Itu bukan suara Jeya. Raut Bella berubah tegas seketika. "Sebutin lokasi dalam 3 detik atau mati."

Bella segera bangkit berdiri, wajahnya berubah serius ketika orang di seberang sana memberitahukan lokasi.

Bella menadahkan tangan. "Kunci."

Jo pun langsung pontang-panting merogoh sakunya. Konsep yang ketika panik hal mudah menjadi susah itu dialami Jo. Cukup memakan waktu hingga dirinya menyerahkan kunci motor pada Bella dengan tangan bergetar.

"Dengar ini, Bella pergi dengan cantik dan anggun."

Jo mengangguk cepat. Meskipun setelahnya dia pun terbingung. Bagaimana menjabarkan menjadi cantik dan anggun seseorang yang membawa motor seperti kesetanan itu.

oOo

Gavin berjongkok dengan tangan yang saling bertaut. Ia menatap tajam pada dua orang yang sudah Komang buat telungkup di atas lantai. Mereka meringis begitu Komang menekan kuat punggungnya.

"Siapa yang suruh?" tanga Gavin dengan nada yang dingin

"Cl-clara."

Rahang Gavin mengeras. "Apa yang dia suruh?"

"An-ancam biar cewek itu ja-jauhin lo."

Gavin menatap datar."Kalo opsi itu gagal, apa yang terjadi."

"Ki-kita disuruh ru-rusak dia."

Tangan Gavin mengepal kuat.

"Ta-tapi kita nggak akan lakuin itu. Su-sumpah nggak bakal sentuh dia seujung jari pun."

"Tapi kalian udah bikin dia terluka, bangsat!" Gavin bersuara tinggi. Dadanya bahkan langsung mengembang penuh emosi

Kedua orang itu saling pandang satu sama lain. Melempar diskusi dengan kebingungan. "Ma-maaf."

"Apa yang Clara rencanain lagi?"

"Kita nggak tau. Ki-kita belum ketemu dia lagi."

Gavin mengangkat tangannya, memberi kode agar Komang melepaskan mereka. Komang sempat terlihat protes, susah-susah  ditangkap, kini  Gavin lepas tana dihajar sedikit pun.

"Yang salahnya Clara, Bang," ucap Gavin kemudian berlalu pergi. Kepalanya sekarang mulai penuh. Clara sudah benar-benar keterlaluan, tapi di lain sisi Gavin pun bingung harus mengambil langkah seperti apa. Kenapa harus ada kerumitan seperti ini.

"Loh, Bang? Bella ke mana?" tanya Gavin begitu tak menemukan sosok yang sangat dirinya khawatirkan saat ini.

"Pergi dengan cantik dan anggun." Jo terlihat berguman-gumam seraya mencari inspirasi. Jarinya mengetuk-ngetuk mencari kata yang tepat.

"Bang?" Gavin mulai terdengar panik.

"Eu, itu. Tadi ada mobil keren berhenti, katanya sodaranya. Ada urusan penting."

"Beneran sodaranya bukan diculik?"

Jo mengerjap-ngerjap. Siapa yang mau nyulik seorang Billa? "Bener kok, Bellanya sendiri yang bilang."

Gavin menghela napas sebelum menghampiri motornya dengan raut lesu.

"Aneh ya si Gavin," ucap Komang yang tahu-tahu sudah ada di samping Jo saja.

"Gue kira dia nyari sengotot itu bakal dihajar sampe modar, lah dicolek aja kagak." Komang mendesah kecewa.

"Mereka nggak diapa-apain?"

"Kagak. Jadi gue yang greget." Komang meraih roti dari atas etalase kemudian membukanya. Ia mengunyahnya dengan santai.

Jo menatap Komang dengan pikiran yang berkecamuk. "Bang, lo nggak perhatiin cewek tadi ya?"

"Hmm? Cewek si Gavin itu?"

"Iya."

"Kenapa?" tanya Komang terdengar tanpa minat.

"Cewek Gavin ternyata Billa, Bang."

Komang membatu. Roti yang tengah digigitnya terjatuh begitu saja ke atas lantai.

oOo

4 Agustus 2023

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

4.5M 361K 37
Nara memergoki pacarnya berciuman dengan sahabat terdekatnya. Sakit hati, rasa dikhinati, semua berkumpul memenuhi rongga dadanya. Belum lagi orang-o...
38.9K 5.3K 32
"Nggak mau minta maaf?" Shalka mendongak. "Maaf?" ulangnya bingung. "Maaf karena Io udah cium gue dua kali." Shalka melotot, apa cowok itu bilang?! ...
My Sexy Neighbor بواسطة F.R

قصص المراهقين

1M 16K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
72.7K 11.2K 39
Jangan terlalu percaya dengan apa yang matamu tunjukkan tentang dunia dan isinya. Dunia selalu penuh tipu daya dan manusia selalu berkamuflase. Begit...