DESTINY WITH THE DEVIL II

By Amalia_301

71.9K 8.5K 374

[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── Angin berbisik diantara daun-da... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50

Bab 22

1.2K 157 11
By Amalia_301

Bunga-bunga yang berjajar rapi dihalaman rumah sederhana milik keluarga kecil Emily mulai memekar kala mentari memancarkan cahaya nya, kepingan salju yang berubah menjadi air membanjiri sebagian jalan desa, tetapi itu membuat para bocah bergembira karena bisa bermain di pagi hari.

Emily berjongkok untuk melihat bunga yang baru dirawat nya beberapa hari yang lalu, tidak lama seseorang muncul dan ikut berjongkok disamping nya, hawa dingin yang dipancarkan pria disamping Emily begitu terasa menusuk kulit.

Gadis itu menoleh lalu mengulas senyum tipis, "Sudah selesai? Apa ibu masih didalam?"

Alfred mengangguk singkat, kemudian ikut berdiri saat Emily mulai berjalan memasuki rumah nya.

"Ya Ampun! Ini terlalu indah untuk dimakan! Aku tidak tega untuk mencicipi nya karena takut merusak makanan nya!" Emily berseru heboh kala meja bundar tempat ibu dan dirinya makan sudah penuh dengan masakan yang Alfred buat.

"Akan tidak enak bila kau tidak memakan nya!" Balas Elena yang mulai memasukkan bekal nya ke dalam tas, wanita itu sudah siap untuk berangkat kerja.

"Bisa kalian lihat kebun ibu nanti? Dan untukmu Alfred, tolong jaga Emily selama aku berkerja!" Sambung Elena tanpa rasa sungkan, selama musim dingin penuh Alfred menetap di rumah ibunda Elena, meskipun terkesan dengan sikap acuh nya ntah mengapa Elena dan Emily merasa nyaman.

Alfred tidak banyak berbicara, tapi selalu menepati setiap perkataan yang ibu Elena ucapkan.

Lucunya saat pertama kali menginjakkan kaki dirumah sederhana Emily, Alfred hanya membalas perkataan Elena yang penasaran dengan dirinya karena mengikuti gadis desa seperti Emily, Alfred langsung menjawab inti nya bila dirinya tertarik kepada Emily dan mengikuti gadis itu sampai rumah, bahkan tinggal bersama dalam beberapa purnama.

"Kalau begitu ibu pergi dulu! Baik-baik kalian disini!" Elena melambaikan tangan yang dibalas hal sama oleh Emily, kalau Alfred, dia hanya menatap wanita itu sekilas kemudian kembali memandang Emily yang tengah makan.

"Kau tidak makan?" Tanya Emily.

Alfred hanya menggeleng pelan.

"Akan bagus jika aku bekal untuk nanti, siapa tahu aku lapar lagi." Setelah usai dengan kegiatan sarapan pagi nya Emily segera beranjak untuk menyiapkan makanan yang hendak diri nya bawa.

Alfred masih duduk ditempat, bola matanya terus menatap Emily yang tengah berkutat dengan kegiatan nya, gadis itu berjalan ke lantai atas, kemudian turun kembali dengan gaun yang berbeda, tak lupa Emily juga membawa satu jubah untuk dirinya serahkan kepada Alfred.

"Pakailah! Kita akan berburu sayuran yang matang di musim semi!" Seru Emily seraya menyengir lebar.

Sedangkan Alfred hanya menatap gadis itu datar.

"Kita naik gerobak! Aku sangat malas jika harus berjalan karena jarak kebun nya terlalu jauh!" Emily keluar terlebih dahulu kemudian disusul Alfred dibelakang nya yang membawa dua keranjang berisi makanan.

"Kau yang mengendarai!" Ujar Emily yang sudah duduk disamping kemudi kuda, gadis itu mengambil dua keranjang dari genggaman Alfred, lalu menaruh nya dibelakang.

Tanpa bersua satu kata pun Alfred mulai menarik tali kudanya, mengendalikan lacu kuda dengan rendah.

"Udara dipagi hari sangat segar! Apalagi saat bersama pria tampan seperti-mu!" Emily tertawa diakhir kalimat.

Alfred setia diam, tidak mengidahkan ucapan Emily barusan.

Pakaian desa yang Alfred kenakan membuat orang-orang berpikir bila dirinya sama dengan mereka, meskipun begitu, Alfred tidak peduli, apapun itu yang bisa membuat dirinya tetap bersama Emily, Alfred tidak keberatan.

Tetesan air dari ujung tumbuhan terus berjatuhan, waktu berjalan dengan begitu cepat, desiran angin membelai lembut kedua telinga runcing milik Emily, gadis itu tidur disepanjang jalan, saat sudah sampai ditempat tujuan, Alfred menarik pipi Emily membuat gadis itu perlahan membuka mata.

"Sudah sampai? Astaga!"

Alfred turun lebih dulu, pria itu memakai jubah yang tadi Emily berikan, kemudian menggendong gadis itu agar cepat turun dari gerobak, Emily melotot hebat disusul menampar pelan wajah Alfred.

"Tunggu aku mengumpulkan nyawa terlebih dahulu!" Emily mengerucutkan bibirnya.

"Dasar tidak sabaran!"

Alfred menurunkan Emily dibawah pohon apel, melihat Emily yang duduk sambil menyandarkan tubuhnya didepan dahan pohon, Alfred ikut duduk disamping gadis itu, lalu menarik kepala Emily agar mendarat diatas pundak lebarnya.

"Biarkan seperti ini dulu, rasanya sangat nyaman." Ujar Emily terkikik geli.

Alfred tidak menyahut.

Dengan sepasang bola mata menatap pemandangan kebun dihadapan nya Emily berujar, "Bisakah kau menjawab pertanyaan-ku?"

Alfred menatap Emily yang langsung membalas tatapan nya, ke-dua nya saling melempar pandang beberapa detik hingga Alfred memutuskan kontak mata lebih dulu.

"Kenapa Kau tertarik kepada gadis seperti-ku?" Tanya Emily dengan raut muka yang berubah.

Pertanyaan nya dibalas oleh angin yang menerpa wajah imut nya, hingga beberapa detik berlalu Alfred mulai bersuara.

"Karena kau mirip seseorang."

"Karena aku mirip seseorang kau langsung tertarik kepadaku? Bagaimana jika orang yang membuat-mu itu tertarik datang kembali? Apa kau masih ingin bersama-ku?" Emily berujar super cepat seusai Alfred membalas dengan suara serak nya.

"Dia tidak akan kembali."

"Kenapa? Apa dia meninggalkan-mu cukup lama hingga tidak bisa kembali bersamamu?"

Alfred mengangguk singkat, sebelah tangan nya bergerak lalu mengelus surai Emily dengan lembut.

"Dia tidak kembali, dan tidak akan pernah untuk selama-lama nya."

Yang dimaksud Alfred adalah mendiang ibunya.

Emily membeku kala Alfred mengusap singkat pipinya, terakhir kali Alfred menyentuh nya saat masih di kerajaan Diamond waktu musim dingin pertama hadir, pria itu merangkul nya, mengecup singkat dahinya saat di menara, dan sekarang mengelus surai nya dengan penuh kelembutan.

"Suatu hari aku akan membawamu ke kerajaan-ku." Ujar Alfred membuat Emily langsung menatap nya dengan bola mata melotot.

"A-apa?!"

"Kerajaan Angeous Moon Black."

"Ti-tidak! Aku tidak mau!"

Dahi Alfred melipat kecil, "Kenapa?"

Tatapan Emily sedikit meredup, "Kurasa tidak pantas aku ikut ke kerajaan-mu karena kau hanya tertarik kepadaku, tidak lebih!"

"Kalau lebih aku boleh membawamu kesana?"

Emily mengerjap, "Lebih? Seperti apa?"

Kuku panjang Alfred menjepit ke-dua pipi Emily, tidak sampai ditekan karena takut membuat kulit gadis itu tergores dan berdarah, setelah membawa wajah Emily berhadapan dengan wajahnya, Alfred merendahkan kepala nya hingga hidung mancung milik nya bersentuhan dengan milik Emily.

"Hal yang lebih hingga membawamu ke hidup-ku."

"Seperti mencintai?" Sambung Alfred dengan kerutan didahi, karena dirinya tidak paham soal mencintai dan dicintai.

Emily menatap wajah Alfred dengan lekat, tidak lama gadis itu langsung meledakkan tawa membuat Alfred langsung menjauhkan wajah nya.

"Mencintai? Kau ingin mencintai gadis seperti-ku? Jangan bercanda!" Emily tidak habis pikir dengan pria bangsawan disamping nya.

Takdir yang lucu bila gadis desa seperti dirinya dicintai oleh seorang bangsawan, apalagi bangsawan yang mempunyai kasta tertinggi seperti Alfred.

Pria itu beringsut, kemudian melenggang pergi tanpa mempedulikan Emily yang masih tertinggal di belakang nya.

"Hey tunggu aku!" Teriak Emily kala menangkap wujud Alfred semakin menjauh.

Emily berlari untuk menyusul langkah lebar Alfred, setelah berjalan sampai beriringan Emily langsung menoleh seraya mengangkat kepala untuk melihat wajah Alfred karena tinggi pria itu.

"Kau belum menjawab pertanyaan-ku yang tadi! Cepat jawab!" Emily menagih.

Setelah membuang nafas beratnya, Alfred menghentikan langkah membuat Emily ikut berhenti, ditengah-tengah kebun ke-dua makhluk itu saling berhadapan.

"Kau membuat-ku tertarik hingga membuat-ku ingin memiliki-mu." Alfred berujar tanpa menguapkan ekspresi apapun diwajah nya.

Pria itu mengikis jarak, kemudian berbisik rendah tepat didepan telinga runcing milik Emily.

"Jangan melarang-ku untuk mencintai-mu, biarkan pria seperti-ku merasakan cinta yang seperti orang-orang luar sana rasakan."

•••

Continue Reading

You'll Also Like

926K 21K 9
-tamat- SEDANG DALAM PROSES REVISI, kembalilah setelah proses perbaikan selesai, tapi kalau kalian tetap memaksa ingin membacanya aku tidak bertanggu...
241K 15.2K 24
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
2.8M 262K 84
Michaela sangat mencintai kehidupan normal sebagai salah satu gadis remaja di London. Ia selalu bersyukur untuk kedua orangtua yang membesarkannya pe...
271K 17K 34
SUDAH TAMAT. Jia Li, seorang manusia biasa yang tiba-tiba saja terdampar di sebuah hutan lebat di daratan Utara Rusia, kawasan para penghuni hutan be...