Pacaran [TAMAT]

Від Lulathana

253K 38K 3.3K

Dari kecil Bella itu sangat suka bela diri, berbagai jenis dia pelajari. Namun, karena tragedi ditolak cinta... Більше

Pacaran
...
1. Drama
2. Tawuran
3. Takdir yang Tak Diinginkan
4. Cowok Seblak
5. Dia Kembali
6. Rumination
7. Semangat
8. Sandera
9. Percaya Diri
10. MTNI
11. Keluarga
12. Kedua Kalinya
13. Bengkel Bang Jo
14. Banyak Sisi
15. Malming
16. Drama
17. Pertemuan
18. Teman Billa
19. Teman Billa (2)
21. Cantik dan Anggun
22. Jola
23. Serangan Tak Terduga
24. Rumah Gavin
25. Kanapa?
26. Sakit
27. Sakit (2)
28. Bimbang
29. Penculikan
30. Tidak Ingin
31. Bazar
32. Photobox
33. Sosok yang Sama
34. Dia Sebenarnya
35. Menggemaskan
36. Tidak Sungkan
37. Myth
38. Melarikan Diri
39. Optimis
40. Dua Arah
41. Terungkap
uwu
42. Mulai Membaik(?)
43. Konsekuensi
44. Garis Memulai
45. Tembok Penghalang
46. ¡Maldito seas!
47. ¡MALDICIÓN!
48. Sederhana
49. Pacaran (Tamat)

20. Tanda

4.6K 828 74
Від Lulathana

"Sampai ketemu lagi Billa, love you."

Bella hanya mendesis dan memasang raut jijik pada Zara yang melakukan kiss bye dan lambaian tangan super heboh. Bella tidak pernah terbiasa dengan sifat nyelenehnya, apalagi ketika semakin dewasa malah semakin menjadi.

"Dadah ...."

Bella merasa lega begitu mobil Zara akhirnya pergi.  Ia pun memasuki pekarangan rumahnya. Wajahnya sedikit menunduk lesu. Bukan lesu karena tubuhnya yang capek, tapi lesu karena pikirannya. Perjalanan hari ini, cukup merumitkan.

Bella melepas topinya. Ia juga menarik ikat rambut hingga kini rambutnya tergerai dengan mengembang seperti singa. Bella merasakan kulit kepalanya yang lengket karena keringat. Entah sekecut apa kini baunya.

"Manusia-manusia sialan, kenapa sih mereka harus bikin gue kayak gini."

Bella memejamkan mata, mengurut pelipisnya. Perdebatan dalam kepalannya membuat Bella ingin memukul kepala itu.

"Nah, itu Bella udah datang."

Bella yang berada di ambang pintu itu seketika mendongak. Matanya melebar begitu melihat ternyata ada Gavin yang berkumpul dengan keluarganya. Di tengah meja ada kotak pizza yang terbuka.

Ngapain dia di sini?

Bella mengirim pesan lewat tatapan pada Venni. Wanita itu langsung membuat OK dengan jari yang menandakan bahwa semua aman terkendali. Awas saja jika mereka berbicara macam-macam yang bisa merugikan identitasnya.

"Mama kaget waktu Gavin dateng, kirain kamu jalan sama dia."

"'Kan udah dibilang aku pergi sama Feryn."

Bella memang butuh empati Gavin buat lepas, tapi bukan sampai ditengokin seperti ini juga. Tindakan Gavin ini justru hanya akan membuat keluarganya yang punya jalan pikiran sesat semakin kesenangan.

Bella berdecak kecil. "Aku mandi dulu."

"Jangan lama-lama, kasian Gavin udah nungguin dari tadi."

oOo

Bella keluar dengan rambut masih setengah basah. Ia hanya memakai skincare dan membiarkan memarnya terlihat.

Sebelumnya berpenampilan tidak paripurna di depan orang adalah haram. Hanya saja karena ini Gavin yang mana Bella harus terlihat menyedihkan, Bella pun menentang egonya.
Apalagi setelah kepergok habis jalan dari luar. Untuk ukuran cewek lemah, mendapatkan serangan dari preman akan membuat dia ragu-ragu untuk keluar rumah dan trauma.

Argh, kenapa begitu banyak kesalahan yang Bella lakukan hari ini.

"Loh? Yang lain ke mana?" tanya Bella begitu melihat hanya ada Gavin di ruang tamu.

"Baru aja keluar, katanya mau nengok tetangga yang baru pulang dari kampung."

Freak banget anjir keluarga gue. Kalo bikin alesan yang keren dikit ngapa.

Bella pun duduk di samping Gavin. Semua sudah mereka rencanakan, termasuk dengan menyimpan makanan-makanan yang Gavin bawa pada atas sofa lain hingga yang tersisa untuk duduk hanya di samping cowok itu.

"Masih memar ya?"

"Udah nggak terlalu parah kok."

"Eu, boleh gue liat?"

Bella menghadapkan tubuhnya pada Gavin. Cowok itu memerhatikan dengan baik. Tangannya terulur untuk menepikan rambut Bella yang menghalangi.

"Gue udah tanya-tanya obat buat ilangin warna memarnya, tapi kebetulan tadi di apoteknya lagi kosong. Mungkin besok gue cari ke tempat lain."

"Nggak usah, nggak papa kok, nanti sembuh sendiri. Untuk sementara gue bisa pake foundation."

Gavin menatap cewek itu. Bagi manusia yang mengejar penampilan sempurna seperti Bella, ini bukan hal sepele.
Kulit Bella benar-benar cantik, melihat dari jarak sedekat ini membuat Gavin yakin seberapa effort cewek itu dalam merawat diri. Untuk kesekian kalinya Gavin ucapkan rasa bersalah.

Kening Gavin berkerut begitu matanya menangkap bekas luka di pelipis Bella. Entah mengapa Gavin merasa tidak asing dengan itu. Ada sesuatu, tapi entah apa. Tanpa sadar tangan Gavin tergerak untuk menyentuhnya. Namun, dengan cepat Bella menepis tangan itu.

"Jangan disentuh, gue baru pake skincare!"

"Hehe ... sorry. Terluka karena apa emang? Kok sebelumnya gue nggak liat ya?"

"Emang ada luka tiba-tiba muncul gitu? Lagian kayak lo suka merhatiin muka gue dengan detail aja"

"Iya," jawab Gavin.

"Hah?" Raut Bella terlihat tidak menyangka.

Detik berikutnya Gavin pun membelalak. "Nggak! Maksud gue--"

Bella menutup mulut Gavin. "Iya-iya, gue anggap lo nggak suka perhatiin muka gue dengan detail," ungkapnya daripada mendapat situasi awkward.

Bella pun kemudian beralih pada kotak di meja dan mengambil sepotong pizza dari sana. Ia menggigitnya lalu mengangguk-angguk begitu mencecap rasanya.

"Meskipun Rista selalu bilang kalo gue itu orang paling insecure di dunia, bukan berarti gue nggak sadar sama kecantikan diri sendiri." Bella menoleh pada Gavin.

"Jangan naksir gue ya?"

Ada yang kriuk, tapi bukan kerupuk.

Gavin berdeham, melegakan tenggorokannya yan tiba-tiba terada sesal. "Pede banget, lagian lo juga bukan tipe gue," jelas Gavin tanpa berani menatap Bella.

"Oh ya?" Bella menarik senyuman. Matanya terlihat mengkerling jahil.

"Iya, lo bukan tipe gue," sahut Gavin dengan suara dibuat tegas.

Bella mengangguk-angguk. Ia pun mendekatkan wajahnya pada cowok itu. "Terus tipe lo itu yang kayak gimana?"

"Cewek yang nggak bikin gue khawatir. Dan itu sangat bukan lo yang makan pizza segigit aja udah beres."

Gavin mendorong kening Bella dengan telunjuknya, agar wajah cewek itu menjauh.

"Ih! Gue bilang jangan disentuh!" Bella menggerutu kesal sementara Gavin hanya mengedikkan bahu tak peduli.

"Tapi bener ya gue bukan tipe lo, awas lo kalo naksir," ucap Bella mengonfirmasi.

"Kepedean banget."

"Bukan kepedean tapi gue tau mana yang tertarik sama gue atau enggak."

"Oh ya? Terus gimana pas lo liat Bagas? Dia tertarik sama lo?"

Raut Bella cemberut seketika yang membuat gelak tawa Gavin keluar.

"Kasian banget yang bertepuk sebelah tangan."

Bella menatap Gavin tajam. Pipinya yang menggembung karena menahan kesal membuat dia terlihat lucu. Gavin tidak bisa menahan tangannya untuk tidak mengacak rambut cewek itu.

"Gavin! Jangan diberantakin!"

"Atutu ... lucu banget nih anak orang," ucap Gavin yang dengan sengaja menangkupkan telapak tangannya pada kedua pipi Bella.

"GAVIN SKINCARE GUE ...!"

Gavin pun tertawa kencang sampai memegangi perutnya, sementara Bella hanya menatap dengan kesal.

"Ish, nyebelin lo!"

Ponsel Gavin berbunyi, posisinya yang terletak di atas meja membuat Bella bisa melihat pop up chat-nya.

Vin, ini rekaman CCTV basement yang lo minta.

Bella tertegun sejenak. Jangan bilang basement yang dimaksud itu basement mall. Gila Gavin, untuk apa dia bergerak sejauh itu? Kenapa Gavin bertindak sejauh itu untuknya.

Lokasi penyerangan CCTV-nya rusak. Jadi ini cuma ada pas cewek lo di seret sama orang-orang itu kabur.

Gavin mengambil ponselnya, dia terlihat serius membuka isi chat itu.

"Gue kayaknya balik sekarang deh. Eh tapi keluarga lo belum pulang ya." Wajah Gavin kemudian terlihat gamang.

"Apaan sih, nggak usah peduli segitunya, lagian ini di rumah gue sendiri."

"Dih, siapa yang peduli?" ucap Gavin dengan raut mengejek.

"Ya udah, sana pergi."

"Iya-iya." Gavin bangkit berdiri ia memakai jaketnya lalu mengeluarkan kunci motor. Namun, bukannya beranjak, Gavin malah terdiam dan menatap Bella.

"Apa?" seru Bella dengan galak.

"Makan yang bener."

"Nyenyenye ...."

"Ngeyel," ucap Gavin seraya meraup wajah Bella dengan telapak tangannya.

"GAVIN!"

Gavin segera berlari dengan gelak tawanya. Kabur dari Bella yang sudah seperti petasan siap meledak.

oOo

Mood Jola tidak baik. Bukan buruk, hanya saja hari ini dia tidak merasa semangat. Guru di kelas pun beberapa kali menegur karena mendapatinya yang terbengong.

Kakaknya membelikan banyak cokelat tadi pagi, mengirim video-video lucu, tapi sayangnya tetap tidak membantu. Jola menarik-narik ujung bibirnya agar membentuk senyuman, tapi kalau melihat cermin Jola pasti dia akan merasa aneh sendiri.

Jola mengerjap beberapa kali, hingga perlahan matanya berbinar dengan asli begitu menangkap sosok yang tengah diam bersandar di depannya.

"Kak Jeya!" pekik Jola dengan nada senang. Ternyata tidak perlu cokelat atau video lucu, melihat kakak kelas favoritnya langsung membuat hormon dopamin melonjak.

"Loh kok?" heran Jola seraya menunjuk rambut Jeya yang sekarang pendek. Cukup kaget, tapi potongan rambut itu cocok untuk Jeya.

"Hai, Jola. Mau ke toilet ya? Kalo ketemu sama Bill--eh Bella, bilangin ya cepet, takut Bu Mega marah."

Jola memang berniat ke sana, tapi melewatkan Jeya begitu saja, Jola tidak bisa.

"Kak Jeya cantik banget ih rambut pendek, tambah imut." Jola menangkup kedua pipinya kemudian menggerak-gerakkan kaki gemas.

"Kak Ganesh pasti makin cinta deh sama Kak Jeya." Jola membuat hati dengan jarinya kemudian mengedip-ngedipkan matanya.

"Aku sama Ganesh itu--"

"Udah putus? Basi ah. Kak Jeya bercandanya yang lain kek."

Jeya hendak membuka mulut, tapi Jola sudah melambaikan tangan. "Aku ke dalem dulu ya, ternyata ini darurat."

Jola berjalan cepat, tapi di saat ia mau membuka pintu, Jola mematung. Jeya tadi menitip pesan untuk temannya 'kan? Siapa namanya? Ingatan Jola memang agak kacau karena selalu Gavin recoki tentang Billa, yang ia pikirkan sekarang malah namanya itu.
Atau apa memang tadi Jeya mengatakan Billa ya?

"EH KAK JEYA, TEMEN KAK JEYA ITU BILLA?" teriak Jola seraya menjenjangkan leher ke arah luar.

"IYA!"

Jola termenung sejenak. Seingatnya di kelas Jeya tidak ada yang namanya Billa. Memang banyak yang suka Jeya, tapi Jeya bukan tipe yang suka main dengan anak kelas lain.

"EH BUKAN, BELLA!"

Eh, kok berubah? Masa sih untuk nama Jeya bisa lupa? Apalagi ini temannya.

Di saat Jola masih terbingung akan itu, pintu di depannya terbuka.

"Eh, Kak Bella."

"Adeknya Gavin ya?" tanya Bella dengan senyum ramah.

Jola mengangguk-angguk. "Kak Bella ke sini sama Kak Jeya?"

"Iya, kenapa?"

"Oh, itu. Katanya cepetan."

"Oh, iya. Makasih ya."

Bella pun berlalu dan Jola bergerak masuk sebelum teringat sesuatu.

"Eh Kak Billa!"

Bella yang sudah agak jauh itu menoleh. "Ya?"

Jola menghampiri dengan cepat seraya merogoh sakunya. "Ini dari Kak Gavin," ucapnya seraya menyerahkan sebuah salep.

"Makasih ya, aku duluan."

Jola mengangguk-angguk lalu melanjutkan niat awalnya. Begitu kakinya masuk ke toilet, ia kembali teringat.

"Eh barusan gue panggilnya Kak Billa nggak sih?" Jola mengerutkan keningnya cukup dalam. "Tapi kok Kak Bella nyaut ya?"

oOo

19 Juli 2023

Продовжити читання

Вам також сподобається

My Sexy Neighbor Від F.R

Підліткова література

1M 15.2K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
Selingkuh, Yuk? [TAMAT] Від Lula Thana

Підліткова література

4.5M 361K 37
Nara memergoki pacarnya berciuman dengan sahabat terdekatnya. Sakit hati, rasa dikhinati, semua berkumpul memenuhi rongga dadanya. Belum lagi orang-o...
RASA Від Rizca

Романтика

5.1M 427K 48
Anggoro series 1. "Kamu kenapa, sih? Aku udah bilang, dengarin aku dulu!" sentak Dewa marah. Gladis memberanikan diri menatap lurus ke arah mata lela...
HERIDA Від Siswanti Putri

Підліткова література

610K 23.9K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...