SCANDAL CONTRACT

By ThIsGiRlAw

6.9K 154 20

[COMPLETED] Sepuluh tahun yang lalu, Gwenn mengira hubungannya dengan Akiro benar-benar sudah selesai. --- Se... More

-PROLOG-
1. Dendam Masa Lampau
2. Akiro's Life
3. Gwenn's Life
4. Finding Soulmate
5. Finding Soulmate pt.2
6. How Are You?
7. Flashback
8. Taruhan
9. Taruhan pt.2
10. Musuh kehidupan glamor
11. Hari yang berat
12. Tarik Ulur
13. Hutang Dendam
14. Panggilan Misterius
15. Eric
16. Bisikan Dibelakang
17. Celah Pertama
18. Drama di Pesta
19. Obrolan Panas
20. Prinsip Hidup Gwenn
21. Konsekuensi Yang Harus Ditanggung
22. Nomor Teleponmu?
23. Penjilat handal
24. Pesona Tak Terduga
25. Trending
26. Akun Anonim
27. Scandal Contract
28. Mrs.Fratt
29. Perbuatan Si Iblis
31. Berkencan
32. Berkencan pt.2
33. Kemenangan
34. Pemimpin Baru
35. Dingin kemudian Panas
36. Janji
37. Penolakan
38. Calon Mertua
39. Pertanyaan Intens
40. Double Date?
41. Sensasi Aneh
42. Sabrinna Spencer
43. Sejarah Masa Lalu
44.Paket Misterius
45. Video Singkat
46. Kesempatan Penembusan Dosa
47. Berapa Peluru yang kau Punya?
48. Puncak Acara
49. Peluru Terakhir
50. Titik Balik
51. Rumah Sakit
52. Perang Dimulai
53. Plester untuk hari yang kacau
54. Kembali Padaku
Epilog

30. Konferensi Pers

74 2 0
By ThIsGiRlAw

Headline news :

Mr. Jacob, pemilik perusahaan Victoria akhirnya muncul ke publik. Ditemani putrinya, mereka menggelar konferensi pers untuk permohonan maaf terkait kasus aksi mogok kerja para  karyawan di perusahaannya.

Di sebuah aula yang digunakan oleh mereka sebagai tempat untuk menggelar pemberitahuan dadakan itu, disediakan meja yang disusun berderet dekat area pintu masuk untuk para wartawan duduk. Masing-masing dari mereka membawa laptop beserta buku catatan, tak lupa dengan kumpulan tongat-tongkat panjang yang menopang kamera besar, bertugas untuk menyorot keberlangsungan acara hari ini dari arah belakang. 

Tidak hanya wartawan, para karyawan yang bersangkutan dengan masalah ini juga ikut datang, berikut dengan masyarakat yang sudah lama berkontribusi pada produk perusahaan, ikut jengkel dan memenuhi area luar gedung aula. Sembari memegang spanduk yang bertuliskan muntahan kaliamt protes mereka, banyak kata kasar, merendahkan dan suara teriakan mereka yang saling menimpa hingga terdengar ke dalam aula.

Tepat belasan langkah dari tempat duduk mereka, ada sebuah panggung lengkap dengan sebuah meja yang dipenuhi oleh tumpukan mikrofon dari berbagai perusahaan media. 

Ingatan Gwenn terhadap peristiwa ini masih terekam jelas dalam benak memorinya. Saat itu Gwenn baru saja lulus tiga bulan yang lalu dan dia berniat untuk melanjutkan studinya sembari belajar mengenai keberlangsungan perusahaan Jacob, sebab lambat laun dia juga yang akan mewarisi semua itu. Namun kenyataannya, hal itu tidak berjalan semestinya saat entah bagaimana para karyawan di perusahaan Jacob mulai melakukan aksi mogok kerjanya, mereka beramai-ramai memenuhi area parkiran perusahaan dan meakukan demonstrasi. Didukung oleh masyarakat umum, berita mengenai kebangkrutan perusahan Victoria menguap ke publik dengan cepat.

Suara bisik-bisik para wartawan memenuhi ruangan aula saat menunggu kedatangan Jacob. Di balik panggung, Gwenn mengenggam tangan Jacob saat pria itu hendak naik ke atas panggung. Jacob berbalik ke arahnya, bagaimana jacob tersenyum ke arah Gwenn, berusaha menenangkan dirinya sembari mengelus pelan surainya, Gwenn masih ingat secara jelas ketika walaupun Jacob merasa gugup, dia tidak ingin membuat Gwenn khawatir. 

Dipandu oleh Bartino, Jacob pun naik keatas panggung.

Suasana aula yang tadinya ricuh akan obrolan mendadak hening seketika saat menangkap kehadiran Jacob disana. Digantikan dengan suara bidikan kamera secara beruntun, tanpa henti, memotret dari segala sisi, tidak membiarkan satu tindakan dari Jacob untuk lolos dari bidikan jari mereka. Cahaya-cahaya pendukung dibuka secara bersamaan saat Gwenn memperhatikan acara itud ari samping panggung. Sinar kamera yang berkedip kuat membuat mata Gwenn menyipit dan berkedip beberapa kali, tapi sebisa mungkin Gwenn tahan. Gwenn memaksa diri untuk menyaksikan acara itu hingga selesai untuk merengkuh bahu rapuh ayahnya dan membawanya pulang ke rumah mereka.

Jacob duduk di sebuah kursi yang disediakan tepat di tengah panggung ditemani dengan Bartino yang duduk di belakangnya. 

"Apa pendapat anda tentang aksi mogok kerja yang dilakukan para karyawan di perusahaan anda?" Pertanyaan pertama dilontarkan oleh salah satu wartawan.

Jacob menarik napas sejenak sebelum menatap ke depan dan membuka mulutnya untuk menjawab, "Saya menolah untuk menjawab."

Jawaban dari Jacob itu berhasil menyita perhatian sekitar bersamaan dengan suara bidikan kamera yang semakin ricuh, bisik-bisik mulai terdengar dan tanpa mereka sadari pintu samping aula terbuka beberapa kali menandakan ada seseorang yang menyelinap masuk ke dalam aula itu.

"Apakah Victoria benar-benar melakukan penggelapan dana dari gaji para karyawan? Apakah mereka tidak digaji dengan benar selama ini?" Pertanyaan kedua dilontarkan, wartawan ini menatap serius ke arah Jacob yang masih terlihat tenang, tak terusuk oleh betap kacaunya suasana saat itu.

Melihat sikap Jacob yang seperti itu berhasil mengundang amarah dari para karyawan yang ikut serta di dalam ruangan itu.

"Apakah anda akan mundur dari jabatan anda?"

"Apakah Mr. Richard yang akan menggantikannya?"

Jacob akhirnya memajukan tubuhnya sedikit sembari mendekatkan diri kepada kumpulan mikrofon didepannya dan bersiap untuk berbicara lagi.

"Perkenalkan saya Jacob Victor selaku pemilik perusahaan dari brand Victoria ingin meminta maaf, terutama untuk semua pihak yang dirugikan atas masalah ini, untuk semua karyawan, pihak yang bekerja sama dengan kita dan tentunya pelanggan setia kita. Tujuan dari diadakannya konferensi pers ini adalah, saya, Jacob Victor, akan menyampaikan pengunduran diri saya secara terbuka dan transparan."

Begitu kalimat Jacob selesai, keadaan kembali ricuh. Gwenn mengepalkan tangannya saat sorakan kebencian yang ditujukan kepada ayahnya dapat Gwenn dengar dengan sangat jelas. Melihat bagaimana perusahaan ayahnya hancur benar-benar membuat hatiGwenn sakit. Tempat itu merupakan kumpulan memori masa kecil Gwenn tersimpan, Gwenn kecil yang sering membawakan bekal makan siang untuk ayahnya di kantor, Gwenn kecil yang lebih memilih untuk menemani ayahnya saat akhir pekan dibanding pergi ke taman hiburan kesukaannya. Gwenn memag ingin menghabiskan waktu lebih banyk bersama ayahnya, tapi tidak dengan cara seperti ini.

"Bagaimana untuk ganti rugi kita?"

"Dasar manusia tidak tahu diri!"

"Aku harus membayar uang sekolah anakku."

"Hei, manusia berdosa. Kembalikan gaji kita!"

Jacob kemudian bangkit berdiri dari duduknya, diikuti Bartino yang siap menuntun pria itu untuk turun panggun. Namun sebelum benar-benar berbalik, tiba-tiba entah dari arah mana, sebuah benda melayang jauh di atas udara dan berakhir menampar pipi Jacob. Gwenn menahan napasnya saat melihat Jacob terkena lemparan telur. Cairan kuning itu akhirnya turun mengotori jas Jacob. Namun bukannya mundur dan menghindar, Jacob malah berhenti untuk sesaat seakan memproses keadaan membuat kesempatan bagi orang-orang yang murka tadi terbuka lebar. 

Gwenn mengigit bibir bawahnya kuat saat lemparan teluar itu terus bermunculan, tanpa ragu Gwenn segera meninggalkan tempatnya kemudian lari ke arah panggung. Ia dan bartino segera membawa Jacob pergi dari sana. Bartino menghalangi dari depan dan Gwenn menarik tangan Jacob untuk pergi dari sana.

Drrttt...

Getaran dari ponsel Gwenn yang tergeletak tepat disampingnya berhasil membangunkan tidur Gwenn dari mimpi panjangnya. Gwenn menegakkan tubuh, menyadari kalau ia tertidur dengan menumpuhkan kepala diatas meja kerjanya. Gwenn menarik napas sekali sebelum mengusap pipinya secara kasar, tanpa sadar mimpi itu membuat tangisnya pecah. 

Gwenn meraih ponselnya dan menemukan nama Akiro disana.

"Halo."

"Kau tahu aku siapa?" Tanya Akiro, pria itu pasti berpikir kalau Gwenn tidak tahu nomornya, padahal Gwenn sudah bertanya kepada Grace sesaat setelah mereka menyelesaikan pembicaraan kontrak itu.

"Si super model Akiro, kenapa?" Tanya Gwenn sembari menutup layar laptopnya dan membereskan berkas-berkas yang berserakan diatas meja sebelum menyatukan kedua alisnya sebab tidak mendapat respon dari Akiro.

"Akan kututup kalau kau hanya iseng..."

"Kenapa suaramu terdengar serak?" 

Kini giliran Gwenn yang bungkam dengan pertanyaan Akiro.

"Kau habis menangis? Kau baik-baik saja?" Tanya Akiro beruntun.

Gwenn menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan agar tangisnya tidak turun lagi saat Akiro menanyakan pertanyaan itu. Gwenn lemah dengan seperti itu. Jeda sejenak ia ambil sebelum menarik napas panjang dan berkata, "Kenapa? Kau khawatir komentar penggemarmu itu akan membuatku menangis?" 

Dengan nada bercanda yang ia buat-buat, Gwenn berusaha menghindari topik serius ini. Jujur, ia tidak mau mengingat tentang mimpinya yang tadi lagi.

"Aku lebih takut mereka menerormu lewat kehidupan nyata daripada melalui dunia maya seperti itu," ujar Akiro jujur.

Gwenn refleks melebarkan matanya sembari mengedarkan pandangannya ke sekitar, "Kau jangan menakutiku, aku masih di kantor," peringat Gwenn kesal yang disambut dengusan geli Akiro.

"Tenang saj, untuk sekarang mereka tidak ada."

Gwenn menaikkan alis kanannya, "Bagaimana kau tahu?"

"Lihat ke jendelamu."

Gwenn mematung untuk sesaat sebelum benaknya memproses dengan cepat kalimat Akiro. Gwenn bangkit dari duduknya kemudian menyibak gorden jendelanya, menampakkan pemandangan parkiran depan toko yang sudah sepi. Cahaya kuning dari lampu jalan berhasil memperjelas pandangan Gwenn untuk terpaku pada sebuah mobil hitam yang menyala di bawah sana.

"Kau ke sini?" Tanya Gwenn, tak mampu menutupi keterkejutannya.

"Aku kebetulan lewat, jadi aku memutuskan untuk berhenti dan mengecek. Kau tahu kadang manusia yang marah bisa bertindak di luar nalar."

Gwenn tersenyum pahit sebelum menangguk setuju dengan kalimat pria itu, "Kau benar Akiro."

"Aku memang tidak pernah salah," ujar Akiro kemudian pria itu menertawakan kalimatnya sendiri. Pasti Akiro sendiri juga menyadari alau kalimat yang barusan ia ucapkan itu snagat menggelikan.

"Kau sendiri, bagaimana harimu belakangan ini?" Tanya Gwenn, masih setia memperhatikan mobil Akiro dari balik kaca jendelanya. Jarinya terangkat ke atas dan hingga pada permukaan kaca, menggambar pola-pola abstrak disana sebagai reaksi dari rasa canggungnnya. Awalnya Gwenn gengsi untuk bertanya, tetapi akhirnya ia mengucapkannya.

Akiro lagi-lagi tertawa kecil membuat Gwenn bingung, memangnya apa yang lucu dari pertanyaannya?

"Aku mengalami hari yang buruk."

Kalimat Akiro membuat gerakan tangan Gwenn terhenti, "Benarkah? Kalau begitu kita sama."

"Berarti itu tandanya kita berjodoh?"

Pertanyaan Akiro berhasil mengndang Gwenn untuk tertawa, daripada sebuah tawa bahagia itu lebih ke sebuah tawa meremehkan.

"Hei, tolong simpan rasa percaya dirimu itu untuk pekerjaan modeling mu saja," kesal Gwenn sebelum menggeleng dan tersenyum kecil.

"Lebih bagus tertawa daripada bersedih seperti tadi Gwenn, kau lebih cantik saat tersenyum."

Kalimat Akiro lagi-lagi berhasil mematikan fungsi kerja otak Gwenn, sejak kapan pengaruh Akiro terhadap dirinya sebegitu besarnya? Hanya dengan kalimat asal dari Akiro mampu membuat jantung Gwenn berdetak kencang sekarang.

Gwenn membersihkan tenggorokannya sekali sebelum berujar, "Bagaimana kau bisa tahu? Kau bahkan tidak melihatnya sekarang," ujarnya dengan nada sok jengkel guna menutupi perasaan berdebarnya beberapa saat lalu.

"Aku sedang membayangkannya."

"Ini gara -gara komentar para fans fanatikmu," balas Gwenn cepat.

"Iya, aku tahu. Makanya aku akan sering-sering berkunjung seperti ini mulai besok."

Gwenn tak mampu menyembunyikan senyumnya lagi, toh tidak ada Akiro disana jadi pria itu tidak akan bisa meledeknya kan? Masa bodoh, Gwenn benar-benar senang dengan kalimat Akiro yang barusan.

Tiba-tiba sebuah pertanyaan terlintas dalam benak Gwenn, "Ngomong-ngomong kenapa kau meneleponku? Hanya untuk bertanya kabarku?" 

"Besok, di taman Greenwich, jam enam pagi."

"Untuk apa?"

"Berkencan."

Continue Reading

You'll Also Like

330K 18.7K 49
[PRIVATE RANDOM] Yang Anya tau pria itu hanya satu, Azka. Satu-satunya pria yang menjadi alasan di setiap tindakan yang Anya lakukan. Yang Azka tau...
1M 52.2K 40
Semua orang mengenal Pedro Ramiro, pengusaha drone dan pemilik real estate dengan wajah tampan dan tubuh kekar. Tapi tidak banyak yang tau, siapa seb...
246K 9.2K 40
(Follow terlebih dahulu sebelum baca) Book 1 of Johnson's #2 Billionaire (18 Februari 2020) #11 Billionaire (21 Februari 2020) #10 Billionaire (23 Fe...
355K 65.7K 36
Sejak bertemu dengan dia, hidup Claire menjadi tidak tenang karena terus diganggu. Dan parahnya tidak ada yang bisa menolong Claire, hanya Claire sen...