[BL] .:: lacuna ::. || JongDok

By ArbiRaven

1.5K 219 29

--Omniscient Reader's Viewpoint Fanfiction-- ❴ lacuna ❵ ❝kekosongan; bagian yang hilang; kekurangan❞ *** ... More

Catatan Arbi
1. Dunia Lain
2. Dunia Lain
3. Dunia Lain
4. Dunia Lain
5. Dunia Lain
6. Dunia Lain
8. Berkelana

7. Dunia Lain

107 19 3
By ArbiRaven

"Apa yang akan terjadi … jika saja kau masih hidup?"

【 … 】

Tentu saja anak itu tidak akan bisa menjawabnya. Walau betapa nyata sosoknya sekarang, tetap saja yang asli sudah tiada. Yang di depannya hanya imajinasi yang ia ciptakan untuk penghiburan diri.

Yoo Joonghyuk tersenyum kecut melihat caranya melarikan diri dari masalah. Andaikata Kim Dokja benar-benar hadir di sini, anak itu pasti menertawai tindakan pengecutnya.

【Jika aku masih hidup … kau tidak akan bisa bertahan sejauh ini.】

Matanya terbelalak atas kata-katanya. Reflek Yoo Joonghyuk menatap anak laki-laki yang masih duduk di depannya ini dengan tatapan tak percaya.

"ーKau … ?"

【Apa kau tidak ingat janjimu padaku?】

Yoo Joonghyuk tentu masih mengingatnya dengan sangat jelas. Janji yang ia buat di bawah pohon tempat pertama kali mereka bertemu. Saat itu, Kim Dokja yang masih berusia lima tahun tiba-tiba datang mendekatinya yang duduk sendirian, mengajaknya untuk menjadi protagonis dalam cerita kehidupannya, dan membuat janji bahwa apa pun yang terjadi protagonis harus tetap hidup sampai akhir cerita.

【Aku seorang pembaca. Tugasku adalah menyaksikan bagaimana protagonis tumbuh sepanjang kisah berjalan.】

Anak itu menunjuk ke arah Yoo Joonghyuk dengan senyum penuh makna.

【Kau adalah protagonis dalam cerita ini. Dan ketika protagonis dalam masalah … saat itulah pembaca bergabung dalam cerita; menjadi karakter figuran.】

Jari telunjuknya bergerak memutar ke arah dirinya sendiri.

【Peran karakter figuran adalah memastikan kelancaran pertumbuhan protagonis. Jadi, kematianku akan membangkitkan semangat protagonis untuk terus melangkah maju tanpa menyerah.】

"Kau … " Yoo Joonghyuk menggertakkan giginya, menahan amarah yang meluap di dadanya. " … Apa kau masih berpikir hidupmu sebagai lelucon? Mengorbankan nyawamu untuk menyelamatkan protagonis?! Kau … !"

Sebelum ia bisa mencurahkan semua emosinya, jari anak itu telah menyegel bibir Yoo Joonghyuk, mencegahnya untuk terus berbicara. Senyum menenangkan terpatri di kulitnya yang pucat tak bernyawa, dan sentuhan dingin di bibirnya membuktikan bahwa sosok di depannya benar-benar sudah tiada.

Merasakan sentuhan itu membuat hati Yoo Joonghyuk terasa perih, seolah-olah diremuk dan dihancurkan secara paksa oleh tangan-tangan tak terlihat. Rasanya ia ingin menangis, tapi ia masih ingat harga dirinya.

"Kim Dokja, kau benar-benar brengsek."

【Ya, aku tahu aku ini brengsek.】

Dengan mudahnya anak itu menerima dirinya dipanggil seperti itu.

【Sekarang, Protagonisku, kau punya tujuan yang harus kau capai, 'kan?】

Yoo Joonghyuk menyingkirkan jari di mulutnya dan menjawab, "Aku tahu."

Anak itu tersenyum senang. Tubuhnya perlahan menghilang seperti asap seiring dengan kata-kata terakhirnya yang menguap ke udara.

【Jangan lupa, aku masih menunggu kunjunganmu tahun ini.】

Ketika sosoknya sepenuhnya menghilang, Yoo Joonghyuk menjatuhkan dirinya ke kursi seakan tubuhnya melemah karena kekurangan energi. Ia menopang kepalanya dengan gusar dan mengembuskan napas kasar sebagai pelampiasan kekesalannya.

Mata hitamnya melirik buku mantra dan sihir yang belum terbaca sama sekali, kemudian memandang ke arah buku-buku yang disimpan di rak.

Sebuah rencana telah dibuat di pikirannya.

***

Sudah sore hari ketika Yoo Joonghyuk keluar dari perpustakaan. Ia telah menghabiskan waktu selama lima jam dengan duduk membaca buku tanpa henti; seperti bukan dirinya saja.

Mungkin Han Sooyoung benar, aku mulai menjadi seperti orang itu. Tapi, Yoo Joonghyuk tidak terlalu mempermasalahkan hal itu sekarang. Bagaimanapun, ia telah mempelajari beberapa mantra dan penggunaan sihir―yang akan ia butuhkan suatu saat nanti―meski ia belum sempat menerapkannya karena terlalu fokus membaca.

Seperti sebelumnya, Dokkaebi Bihyung yang mengantarnya ke ruang makan untuk makan malam. Banyak orang telah duduk menunggu di ruangan, termasuk Han Sooyoung yang entah sejak kapan pergi dari perpustakaan. Untungnya, ia tidak perlu duduk di samping wanita itu lagi sekarang, karena sudah ada Yoo Sangah yang menggantikan posisinya.

Melihat kedatangan Yoo Joonghyuk, Yoo Sangah mengangguk dengan senyum seraya bangkit dari kursinya, namun ditahan oleh Han Sooyoung yang menggelengkan kepalanya. Yoo Sangah menatap Yoo Joonghyuk dengan tatapan pengertian, dan Yoo Joonghyuk hanya melambaikan tangan sebagai gantinya.

Ia mengambil tempat di samping pria letnan satu, Lee Hyunsung, serta pria muda yang mengaku sebagai penggemarnya, Jang Hayoung.

"Ah, idolaku, Supreme King! Senang bisa melihatmu seperti ini!" sapa Jang Hayoung dengan mata semangat―yang tentu saja diabaikan oleh Yoo Joonghyuk.

Di sisi lain, Lee Hyunsung hanya mengangguk singkat sebagai sapaan.

Tepat setelah Yoo Joonghyuk duduk di kursinya, Raja Dokkaebi datang memasuki ruangan, namun kali ini tidak bersama <Abyssal Black Flame Dragon>.

Seakan mengerti apa yang ingin ditanyakan oleh para pahlawan dari dunia lain, Raja Dokkaebi menjelaskan, "Yang Mulia harus kembali ke Jurang Terdalam. Sayang sekali, beliau tidak bisa berkumpul bersama kita dalam acara makan malam ini."

Sudah kembali? Yoo Joonghyuk mengerutkan alisnya dengan tidak nyaman. Ia masih ingin mendapat lebih banyak informasi dari naga hitam, tapi sepertinya niat itu harus dibatalkan.

Masih tetap pada rencana awal. Hadir tidaknya naga hitam tidak mengganggu rencana yang telah disiapkan. Lagipula, <Abyssal Black Flame Dragon> pasti bukan satu-satunya makhluk yang pernah bertemu <Oldest Dream>, harus ada makhluk lain di dunia ini yang pernah menjumpainya.

Yoo Joonghyuk berencana untuk menemui mereka untuk mendapatkan lebih banyak informasi. Sebenarnya, bisa saja ia bertanya pada Raja Dokkaebi, tapi pengalaman sebelumnya―di mana Raja Dokkaebi banyak menyembunyikan sesuatu―membuatnya tidak bisa percaya dengan apa yang pria tua ini katakan. Daripada memberikan informasi yang akurat, Raja Dokkaebi lebih mungkin untuk memberikan informasi palsu dan menyesatkan.

Menu makan malam hari ini untungnya bukan hanya sayur. Sepertinya, Yoo Sangah berhasil membuat koki Dokkaebi untuk memasakkan makanan yang sedikit akrab di lidah manusia bumi.

Makan malam berlangsung dengan cepat. Usai keluar dari ruang makan, Yoo Joonghyuk menghampiri Dokkaebi Bihyung dan bertanya, "Apa ada alat untuk menyimpan sesuatu di dunia ini?"

Biasanya, dalam game maupun cerita fiksi, akan ada alat penyimpanan―seperti tas atau kantong kain―yang mampu memuat berbagai barang di dalamnya dengan kapasitas tertentu. Jika sihir eksis di dunia ini, maka barang semacam itu juga harus ada.

Benar seperti dugaannya, karena Bihyung mengangguk membenarkan pertanyaannya. "Ada alat semacam itu."

Sebuah kantong yang terbuat dari semacam kulit diperlihatkan pada Yoo Joonghyuk. Tangan kecil Bihyung masuk ke dalam, kemudian menarik keluar sebuah pedang bermata dua. "Kami, para Dokkaebi, sering melakukan transaksi jual-beli pada ras lain. Kantong ini adalah tempat untuk menyimpan barang-barang yang kami jual."

Mungkin karena telah banyak menghabiskan waktu bersama Yoo Joonghyuk, Bihyung paham mengapa pahlawan di depannya menanyakan perihal ini. "Anda butuh kantong penyimpanan baru? Saya memilikinya di sini." Ia mengeluarkan kantong sejenis dengan warna yang berbeda. Itu warna hitam yang sesuai dengan selera Yoo Joonghyuk. "Kantong ini masih kosong. Bisa menyimpan sebanyak lima ratus benda, tapi tidak bisa menyimpan makhluk hidup."

"Berapa harganya?" Yoo Joonghyuk tidak yakin apakah won berlaku di dunia ini, tapi ia bersikeras untuk tetap membayar.

Bihyung dengan panik menolak. "Tidak perlu, Tuan Pahlawan! Saya sediakan gratis untuk Anda!"

Tangan yang merogoh dompet berhenti. Tiba-tiba, sebuah ide licik melintas di benak Yoo Joonghyuk. "Kau memberikannya gratis untukku?"

Kepala Dokkaebi itu mengangguk dengan sangat cepat seperti ayam mematuk nasi. "Sungguh! Saya tidak berani menerima uang Anda, Tuan Pahlawan."

Seringai tercetak di sudut bibir Yoo Joonghyuk. "Kalau begitu … aku butuh beberapa perlengkapan seperti pedang dan pakaian baru, serta mata uang dunia ini."

" … Eh?"

Sepuluh menit kemudian, Yoo Joonghyuk pergi ke perpustakaan dengan senyum puas di wajahnya, meninggalkan Dokkaebi yang terpuruk di sudut koridor.

Sepertinya perpustakaan tidak pernah tutup, karena pintunya masih terbuka untuk menyambut siapa pun yang datang berkunjung. Memegang kantong penyimpanan Dokkaebi, Yoo Joonghyuk mengambil buku sejarah yang sebelumnya telah ia baca, serta buku mantra dan sihir yang telah ia pelajari, kemudian dimasukkan ke dalam kantong. Bukan hanya kedua buku itu, ia juga mengambil buku-buku yang dirasa akan ia butuhkan saat ini dan suatu saat nanti.

Sekilas, ia melihat dua novel bertema apokaliptik yang pernah ia baca sinopsisnya. Setelah menimbang sejenak, ia memutuskan untuk menyimpannya juga untuk dibaca sebagai hiburan dalam perjalanan nanti. Bagaimana pun, nama kedua protagonis itu seperti namanya dan temannya yang sudah mati, jadi anggap kedua novel ini sebagai penghiburan diri terhadap dirinya yang hidup di dunia paralel lain.

Pada akhirnya, Yoo Joonghyuk hampir mengosongkan seperempat perpustakaan Dokkaebi. Semua buku yang ia ambil (baca: rampas) masuk ke dalam kantong penyimpanan Dokkaebi. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, ia segera keluar dari perpustakaan dan menuju pintu keluar. Ia telah bertanya pada Dokkaebi tentang lokasi pintu keluar rumah ini, jadi Yoo Joonghyuk tidak butuh bantuan arahan lagi dan bergegas ke sana.

Namun, setiap kali tujuan akan tercapai, pasti akan ada halangan dan rintangan yang menghadang. Yang berdiri di depannya adalah sosok yang paling tidak ingin ditemui; Raja Dokkaebi.

"Pahlawan terkasih, apakah Anda berniat untuk pergi seperti ini?" Pria tua itu memasang wajah sedih, seolah keputusan yang dibuat Yoo Joonghyuk membuat hatinya terluka.

Yoo Joonghyuk sudah menduga hal ini akan terjadi. Lagipula, bukankah pria itu 'Raja Dokkaebi'? Pria itu seharusnya tahu apa yang telah ia lakukan selama di rumah ini.

"Ini bukan urusanmu," katanya dengan dingin. Tangannya memegang erat kantong penyimpanan Dokkaebi, waspada jika pria di depannya berniat untuk mengambil kantong yang telah menyimpan segala kebutuhannya di luar nanti.

"Tentu ini urusan saya. Anda adalah pahlawan yang saya panggil. Dan jika Anda pergi seperti ini, bagaimana dengan pahlawan yang lain?" Raja Dokkaebi masih berusaha untuk membujuknya untuk tidak pergi.

Tapi, tekad Yoo Joonghyuk sudah bulat.

"Ada Yoo Sangah yang bisa memahami situasi, Lee Hyunsung yang terbiasa dengan medan tempur, dan Han Sooyoung yang bisa memimpin mereka." Ia telah mengamati setiap orang dari bumi dan menemukan karakteristik mereka masing-masing. Poin utamanya terletak pada Han Sooyoung. Ia telah mengenal wanita itu sejak dulu dan tahu bagaimana perangainya. Karena itu, ia bisa menyerahkan orang-orang ini pada Han Sooyoung.

Dan yang paling penting … .

"Juga, denganmu di sini, tidak akan terjadi sesuatu yang buruk pada mereka."

Itu benar. Seperti Raja Dokkaebi yang berusaha menghentikannya untuk pergi, Raja Dokkaebi juga pasti akan berusaha untuk menjaga orang-orang bumi lainnya. Walau pria tua ini cukup menipu, tapi orang ini masih berdedikasi pada tujuannya.

Seakan tidak menyangka dengan perkataan Yoo Joonghyuk, Raja Dokkaebi tampak terkejut untuk beberapa saat, lalu senyum bisnis terukir di wajahnya.

"Maka saya mengharapkan keselamatan Anda sepanjang perjalanan."

Dengan sihir teleportasi―yang ia ketahui namanya dari buku mantra dan sihir―sosok Raja Dokkaebi menghilang di tempatnya.

Tanpa sadar, ia menghela napas lega melihat Raja Dokkaebi tidak mempertahankannya lebih keras lagi. Sayangnya, tepat setelah ia berpikir semua ini berakhir, ada satu rintangan lain yang harus ia lewati.

Han Sooyoung berdiri di sana, seakan telah menunggu dirinya datang melalui jalan ini.

"Kau benar-benar akan pergi?" Entah darimana Han Sooyoung mengetahui rencananya untuk pergi dari rumah ini; mungkin saja Bihyung, atau bisa jadi Raja Dokkaebi yang memberitahunya. Yang mana pun itu, Han Sooyoung yang telah berada di sini menyatakan fakta bahwa ia tahu niatnya.

"Jangan hentikan aku, Han Sooyoung." Yoo Joonghyuk tahu bagaimana sifat temannya yang satu ini. Selama tiga belas tahun, gadis kecil yang galak tidak pernah berubah; masih keras kepala dan susah diatur, sampai-sampai Kim Dokja sering dibuatnya lelah setiap kali menghadapinya.

Tapi, karena sifatnya itu yang membuat Yoo Joonghyuk bisa menyerahkan orang-orang bumi di bawah sayapnya. Han Sooyoung tidak akan mudah dipengaruhi oleh orang lain dan akan terus berjalan sesuai dengan keyakinannya. Bahkan jika Raja Dokkaebi merencanakan sesuatu di belakang layar, Han Sooyoung lebih mampu untuk mengatasinya.

Dan Yoo Joonghyuk yakin Kim Dokja akan membuat keputusan yang sama.

"Bagaimana dengan yang lain? Kau akan meninggalkan mereka? Kau meninggalkanku di sini?" Han Sooyoung menanyakan hal yang serupa dengan Raja Dokkaebi. Namun, pertanyaan bukan mewakili sebagai penduduk dunia ini, melainkan sebagai 'Han Sooyoung' yang berasal dari bumi; sahabatnya semasa kecil.

"Kau bisa menjaga mereka." Yoo Joonghyuk tidak banyak membuang waktu dan langsung ke intinya. "Kau lebih mampu untuk memimpin mereka bertahan hidup di dunia ini."

"Kenapa aku? Kau juga bisa!" Wanita itu tidak terima dengan perkataan Yoo Joonghyuk. Dengan keras ia mengungkapkan semua emosinya. "Tidak sepertimu, aku selama ini hanya tahu melarikan diri! Aku juga ingin menjadi seperti Kim Dokja! Jika itu dia, Kim Dokja pasti akan―"

"Han Sooyoung," potong Yoo Joonghyuk dengan dingin. Mata hitamnya memandang wanita di depannya dengan pandangan rumit. Ia ingin memberitahunya bahwa ia juga melarikan diri seperti seorang pengecut, tapi harga dirinya masih harus dipertahankan; jadi Yoo Joonghyuk mengurungkan keinginan itu. Alih-alih membalas kalimat pertama, ia membalas  kalimat kedua yang terpotong. "Kau ingin menjadi seperti Kim Dokja? Han Sooyoung, aku balik kata-katamu tadi siang. Sekarang, kau bersikap seolah-olah kau adalah dia."

Seperti tersambar petir, Han Sooyoung menyadari apa yang telah ia lakukan. Dengan mulut tergagap, ia meracau, "Aku … Aku hanya ingin … ."

"Aku tahu. Aku juga ingin kembali merasakan hal itu." Yoo Joonghyuk tidak berbohong. Ia benar-benar ingin kembali ke masa lalu … kembali merasakan hangatnya kebersamaan mereka bertiga. "Karena itu, aku akan berjalan dengan caraku sendiri."

Mulut Han Sooyoung terbuka dan tertutup beberapa kali, namun pada akhirnya ia tidak mengatakan apa pun. Kakinya mengambil langkah ke samping, menyaksikan pria di depannya melewati matanya.

"Kau harus kembali, Yoo Joonghyuk."

Langkah Yoo Joonghyuk terhenti sejenak ketika mendengar itu. Ia tetap berjalan maju menuju pintu keluar tanpa menoleh ke belakang, tapi tangannya terangkat sebagai salam perpisahan.

"Aku pasti akan kembali."

Mulai sekarang, hidupnya di masa depan tidak pasti dan banyak jalan berduri yang menghalang. Tapi, seperti yang dikatakan Kim Dokja, dirinya adalah protagonis dalam cerita ini. Jalan yang dilalui memang rumit, dan tidak ada pembaca yang akan datang menolongnya.

Selama Yoo Joonghyuk terus menapakkan kakinya di jalan ini, tubuhnya akan terus terluka.

Meski begitu, ia telah membuat janji baru dengan Kim Dokja. Untuk menepati janji itu, ia harus terus melangkah melalui rasa sakit ini.

Dan agar janji itu terlunasi, ia harus tetap hidup sampai akhir, selayaknya protagonis dalam cerita.

•••

Continue Reading

You'll Also Like

627K 18.3K 14
LAPAK BROTHERSHIP ✔️ NOT BOYS LOVE...❌ SUDAH END TAPI TETEP VOTE + FOLLOW PROSES REVISI Kamu tahu obsessi? Ya apa saja bisa dilakukan bahkan bisa m...
42.4K 3.5K 76
#taekook #GS #enkook "Huwaaaa,,,Sean ingin daddy mommy. Kenapa Sean tidak punya daddy??" Hampir setiap hari Jeon dibuat pusing oleh sang putra yang...
80K 16.1K 176
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
405K 4.3K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...