SCANDAL CONTRACT

By ThIsGiRlAw

6.9K 154 20

[COMPLETED] Sepuluh tahun yang lalu, Gwenn mengira hubungannya dengan Akiro benar-benar sudah selesai. --- Se... More

-PROLOG-
1. Dendam Masa Lampau
2. Akiro's Life
3. Gwenn's Life
4. Finding Soulmate
5. Finding Soulmate pt.2
6. How Are You?
7. Flashback
8. Taruhan
9. Taruhan pt.2
10. Musuh kehidupan glamor
11. Hari yang berat
12. Tarik Ulur
13. Hutang Dendam
14. Panggilan Misterius
15. Eric
16. Bisikan Dibelakang
17. Celah Pertama
18. Drama di Pesta
19. Obrolan Panas
20. Prinsip Hidup Gwenn
21. Konsekuensi Yang Harus Ditanggung
22. Nomor Teleponmu?
23. Penjilat handal
24. Pesona Tak Terduga
25. Trending
27. Scandal Contract
28. Mrs.Fratt
29. Perbuatan Si Iblis
30. Konferensi Pers
31. Berkencan
32. Berkencan pt.2
33. Kemenangan
34. Pemimpin Baru
35. Dingin kemudian Panas
36. Janji
37. Penolakan
38. Calon Mertua
39. Pertanyaan Intens
40. Double Date?
41. Sensasi Aneh
42. Sabrinna Spencer
43. Sejarah Masa Lalu
44.Paket Misterius
45. Video Singkat
46. Kesempatan Penembusan Dosa
47. Berapa Peluru yang kau Punya?
48. Puncak Acara
49. Peluru Terakhir
50. Titik Balik
51. Rumah Sakit
52. Perang Dimulai
53. Plester untuk hari yang kacau
54. Kembali Padaku
Epilog

26. Akun Anonim

89 2 0
By ThIsGiRlAw

[Postingan terbaru dari akun @ secret_admire0901]

#trending #skandal #kencan #akiro

Komentar :

@ born.being.rixx : Berita ini benar?

@ Livyxx : Aku tidak salah lihat kan? Mereka berpegangan tangan? 

@ Akiro_gfxx :Beraninya dia memegang tangan pangeranku...huh.

@ Jess7xx : Selamat untuk Akiro, beritahu kami wajahnya juga ^^

... Siapa wanita itu?...Apa dia seorang j*lang, kenapa mereka bertemu di sebuah kelab malam?... Aku mendukungmu Akiro... Dia tidak pantas untuk Akiro-ku... Dia seorang pria dewasa, dia bisa mengurus hidupnya sendiri... Dia model pemula, tapi sudah berkencan? ...

Gwenn membuka pintu apartemennya, dengan gerakan yang cenderung lamban layaknya orang  banyak pikiran, ia melepas sepatu hak tingginya dan masuk ke dalam. Selama ini Gwenn tinggal disebuah apartemen dengan ayahnya. Memiliki sebuah dapur, ruang tv, dua buah kamar berikut dengan balkon luar. Bereda dari rumahnya dulu yang luas dan penuh dengan kemewahan, apartemen itu berada dalam ruang yang terbatas dan cukup. Mau tidak mau, perlahan mereka beradaptasi dengan kehidupan baru mereka walau sebenarnya Gwenn juga terkadang lebih sering menginap di kantor daripada pulang ke apartemennya sendiri.

Gwenn menjejalkan pandangannya ke sekitar, Grace tak terlihat ke sana. Gwenn mengecek ponselnya sekilas dan menemukan pesan dari Grace yang mengatakan kalau ia kembali duluan karena ada hal yang harus ia urus.

Gwenn dapat melihat Jacob sedang berdiri di balkon luar seraya sibuk memandangi pot-pot tanaman yang belakangan ini menemani kesehariannya di apartemen.

"Daddy, kau membeli tanaman baru lagi? Sepertinya apartemen kita akan berubah menjadi hutan sebentar lagi," ujar Gwenn seraya meletakkan laptopnya ke atas meja.Perlahan tapi pasti ia berjalan ke arah balkon.

Masih dengan posisi membelakangi Gwenn, Jacob berujar, "Iya, bahkan aku berniat memecat Bartino untuk membeli tanaman baru lagi."

Gwenn refleks menggeleng setelah mendengar kalimat Jacob itu.  Setelah perusahaan ayahnya bangkrut dulu, sebab tidak terbiasa berpergian tanpa dikawal, Jacob memutuskan untuk tetap menggaji Bartino dengan sisa kekayaan mereka yang masih ada. Tetapi belakangan ini Jacob terobsesi dengan tanaman, bahkan ia menjual mobil terakhirnya untuk membeli alat bercocok tanam.

"Sepertinya apartemen ini terlalu kecil untuk tanamanku," ujar Jacob lagi seraya memandangi pot-pot yang berjejer di lantai balkon apartemen mereka.

"Aku tidak punya uang, kita tidak sekaya dulu lagi daddy."

Jacob berbalik menghadap Gwenn, "Aku tahu, makanya aku berniat memecat Bartino." Rautnya berubah sedih, tidak menyangka akan mengorbankan pengawal yang sudah setia kepadanya puluhan tahun itu demi sebuah pot tanaman. Jacob masih ingat dulu, pertama kali Bartino bekerja dengannya adalah saat Bartino baru sekolah mnengah atas. 

Kemudian hening melanda mereka berdua, Gwenn yang tidak tahan dengan keadaan canggung itu berakhir menggigit bibirnya gugup. 

"Tidak ada yang ingin kau tanyakan kepadaku?"

Tidak mendapat jawaban dari Jacob, Gwenn memberanikan diri untuk bertanya lagi.

"Daddy, kau tidak marah aku pergi ke kelab malam itu?"

"Awalnya aku marah, bagaimana kalau kau diculik, dibius dengan sapu tangan kemudian..."

"Dad,"potong Gwenn cepat seraya memutar bola matanya malas.

"Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa menjaga diriku sendiri," ujar Gwenn dengan nada meyakinkannya. Ia tahu Jacob hanya khawatir dengannya makanya pria itu bersikap berlebihan seperti ini.

Jacob menangguk tanpa berniat membalas tatapan Gwenn, pria itu berusaha menampakkan bahwa dirinya sedang kesal.

"Benar, kau bukan putri kecil daddy lagi. Dan bahkan kau sudah punya pacar sekarang," ujar Jacob sembari mendudukkan diri ke sofa.

Gwenn refleks mengatupkan bibirnya sebelum ikut duduk, "Benar, karena aku sudah punya pacar, daddy tidak perlu menjodohkanku dengan orang lain lagi bukan?" Tanya Gwenn, wajahnya berubah sumringah dengan tatapan penuh harapnya yang ditujukan ke arah Jacob.

"Daddy menjodohkanmu karena tidak ingi kau terus-terusan bekerja di tokomu itu, setidaknya dia orang yang daddy kenal baik dan dia bisa memberimu hidup yang lebih baik daripada ini," terang Jacob sambil menatap ke bawah, masih ak berniat membalas tatapan Gwenn.

Gwenn tahu betul alasan Jacob menjodohkannya adalah karena tidak ingin Gwenn hidup menyedihkan seperti ini lagi, sebagai seorang ayah, Jacob bertugas untuk memanjakan Gwenn bukan membuatnya bekerja untuk menghidupinya seperti sekarang ini. Apalagi alasan kebangkrutan perusahaan mereka dulu adalah karenanya, Jacob pasti merasa bersalah.

"Memangnya kehidupan kita yang sekarang ini kenapa? Walaupun tidak bisa berendam di bathub lagi, belanja setiap minggu, naik mboil mewah, tinggal bersama maid yang siap sedia dua puluh empat jam, tapi yang penting aku bisa bersamamu . Dulu daddy sibuk bekerja, sekarang kau siap menemaniku setiap aku pulang bekerja. Itu sudah lebih dari cukup untukku," uajar Genwn tanpa sadar air matanya turun membasahi pipinya yang langsung ia usap dengan punggung tangannya.

Jacob menoleh dan melihat ke arah Gwenn, "Sini daddy peluk," ujarnya semabri merentangkan tangannya yang langsung disambut Gwenn dengan senang hati.

"Ternyata putri kecil daddy ini sudah dewasa," ujar Jacob tulus.

Gwenn hanya tersenyum mendengar kalimat Jacob sebelum pria itu meepaskan pelukan mereka dan berkata.

"Kalau begitu perkenalkan kepadaku lain kali. Aku perlu meliaht sifatnya dulu bukan. Kapan kita akan bertemu?"

Gwenn hanya tersenyum canggung sebagai tanggapan.

—-

Akiro menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung ketika renannya berhenti pada tulisan 'Vee' yang terpasang secara jelas di atas pintu masuknya. Untuk beberapa saat, Akiro terus memperhatikan gedung itu saat ponselnya kembali bergetar. Sejak kemarin, sudah ada ratusan pesan dan panggilan baik dari James maupun Bella. Kalau untuk akun media sosialnya, Akiro sudah menghapusnya dan menyerahkan sisanya keapda pihak agensinya.

Akiro akhirnya turun dari mobilnya kemudian berjalan masuk ke dalam. Area lantai satu terbilang cukup besar untuk ukuran sebuah toko pemula. Baik dari banyaknya pegawai yang berjaga untuk menyambut pelanggan, area toko yang dibagi menjadi dua bagian, untuk pria disebelah kanan dan wanita disebelah kiri. Toko Gwenn cenderung memproduksi gaun pesta dan satu set pakaian jas beserta kemeja untuk para pria. Cenderung terbatas dalam garapan konsepnya namun mereka berhasil memberi kesan 'mahal' pada setiap pakaian yang mereka sajikan disana.

Keadaan toko hari ini cukup ramai yang membuat Akiro menyadari suatu hal. Cara para pegawai Gwenn menyambut pelanggannya, dilakukan dengan penuh privasi, seolah mereka sudah melakukan janji temu beberapa hari sebelumnya. Akiro juga mendapati beberapa orang yang ia kenal disana, kebanyakan dari mereka adalah istri para pembisnis berikut dengan gadis-gadis muda yang memang sudah terlahir kaya raya. Akiro dapat melihat hal itu dari cara mereka berbicara, gaya pakaian dan interaksi mereka yang seolah ingin di hormati dan diagung-agungkan oleh pegawai Gwenn. Dan tampaknya Gwenn berhasil menerapkannya kepada mereka.

Akiro refleks berbalik cepat saat pintu masuk toko kembali terbuka. Tangannya terangkat dan berakhir menyusuri sebuah meja kaca yang menampilkan deretan dasi dengan berbagai motif dan warna dibawahnya. Menampakkan seorang pria prauh baya yang berjalan masuk dengan langah tegapnya. Seolah sudah terbiasa dan tahu apa yang harus mereka perbuat, seorang pegawai wanita langsung menghampirinya dengan mengambil satu set  jas kantor untuknya sebelum diterima baik olehnya dan ia masuk ke dalam ruang ganti.

"Motif garis berwarna biru langit itu adalah keluaran terbaru kita mister."

Sebuah suara berhasil merenggut perhatian Akiro, refleks dia kembali berbalik cepat dan menemukan pegawai pria disana sedang berbicara dengannya.

Akiro mengusap lehernya sejenak, tampak berpikir sebelum menatap pegawai itu dan berujar, "Aku ingin memintamu untuk melakukan sesuatu untukku."

Akiro menginjak tangga terakhirnya yang mengantarkannya pada lantai tiga gedungi itu, renanya sibuk menyusuri setiap sudut ruangan, memindai dengan cepat keadaan didepannya itu sebelum berhenti tepat tiga langkah meninggalkan anak tangga dibelakangnya.

Di depan sana terlihat Gwenn sedang berbicara dengan dua orang pria yang sibuk memindahkan kotak-kotak dalam jumlah banyak dan menyusunnya ke area sudut agar terlihat rapi. Sembari memegangi sebuah kertas, Gwenn terus mengintruksi mereka untuk mengecek apa yang ada di tumpukan kardus itu.

"Untuk kardus-kardua sisa set pakaian terakhir kita, bawa saja ke...bawah," nada bicara Gwenn memelan diakhir saat ia berbalik dan meemukan Akiro berdiri tegap disana sembari menatap ke arahnya.

Tubuh Gwenn membeku sempurna, mendadak konsentrasinya buyar saat melihat Akiro dengan rasa tidak bersalahnya tiba-tiba melempar senyum ke arahnya.

"Bagaimana kau bisa sampai kesini?" Tanya Gwenn masih dengan raut terkejutnya.

Akiro mengangkat alis kanannya sebelum melihat sekilas ke arah dua pegawai di belakang sebelum kembali fokus kepada Gwenn.

"Sepertinya banyak yang harus kita bicarakan Mrs. Victoria."

Continue Reading

You'll Also Like

209K 26.8K 37
SELESAI ✔️ "Kalau aku hamil?" Arandra memandang Orlando dengan ragu. Orlando tersenyum menenangkan. "Aku bakalan tanggung jawab." copyright, 2021.
2.4M 126K 33
Aku cuma perempuan biasa yang gak begitu terburu-buru dengan masalah cinta. Sampai akhirnya atau lebih tepat sialnya aku bertemu dengan Devan. Pria y...
246K 9.2K 40
(Follow terlebih dahulu sebelum baca) Book 1 of Johnson's #2 Billionaire (18 Februari 2020) #11 Billionaire (21 Februari 2020) #10 Billionaire (23 Fe...
10.4K 570 45
-Elvina Allya Cewek tomboy yang biasa dipanggil El sedang menghadapi kasus friendzone. Dia selalu mengorbankan apapun demi kedua sahabatnya yang s...