Sepupu Cinta

By bundackid

168K 4.9K 251

Tidak mudah bagi Shabrina untuk menerima Karel sebagai suami. Nama belakang mereka yang sama karena memang me... More

Sepupu Cinta
Sepupu Cinta 2
Sepupu cinta 3
Sepupu Cinta 4
Sepupu cinta 5
Sepupu Cinta 7
Sepupu Cinta 8
Sepupu Cinta 9
Sepupu Cinta 10
Epilog Sepupu Cinta

Sepupu Cinta 6

13.4K 424 16
By bundackid

Aku merasa punya alasan untuk benar-benar menunda menginap bersama Karel di sini. Di tempat yang ratusan kilometer jauhnya dari ayah ibuku dan puluhan kilometer dari ayah ibu Karel. Masih menganggap tawaran pacaran Karel jauh lebih tepat. Aku bahkan menganggap bahwa tawaran Karel untuk tetap pacaran pasca menikah berhubungan erat dengan cerita mereka sebagai sweet couple itu. 

Tuhanku..ampuni aku..

Aku benar-benar hanya bisa mengeluhkan ini pada Dia yang selalu mengerti aku. Hanya Dia satu-satunya dan aku percaya bahwa apapun keputusanNya, itulah yang terbaik. Kepasrahan itu membuat hatiku menjadi lebih lega dan itu membawa kepada sebuah pencerahan.

Aku tiba-tiba memiliki sebuah keputusan yang berbeda dari sebelumnya ketika kami masih dalam perjalanan sebelum sampai masuk ke gang menuju tempat kost ku. Ada minimal 2 alasan yang melatarbelakangi keputusanku. Pertama, Karel benar-benar sah sebagai suami dan aku memiliki kewajiban untuk taat kepadanya asalkan itu bukan sebuah ajakan untuk berbuat menyekutukan Tuhan atau berbuat keburukan. Sekarang dia memintaku untuk menginap bersamanya, jadi kenapa tidak? Hanya menginap kan?  Kedua, kalau memang apa yang akan Karel ceritakan kepadaku adalah sebuah permasalahan, maka aku fikir lebih cepat selesai jelas lebih baik.

Karel perlu bicara dan aku perlu mendengarkan. Lagi pula alasanku untuk tidak memberitahukan mengenai pernikahanku di mall tadi hanya karena aku kuatir akan reaksi sahabat-sahabatku di tengah keramaian. Aku sebenarnya tidak bermaksud menyembunyikan status pernikahanku sama sekali.

Aku menepuk bahu Karel perlahan.

“Ke tempatmu aja…”ujarku mantap.

“Maksudnya?” teriaknya  sambil membuka kaca helmnya.  

“Aku menginap di tempatmu saja. Biar kamu bisa lanjutin ceritamu...”balasku  berusaha mengatasi suara lalu lintas yang masih cukup ramai di sekitar kami.

“Oh ya?,.. .teman-temanmu?”

Karel terlihat senang dengan keputusanku.

“Nanti aku sms..”jawabku pendek sambil berusaha mengambil ponsel di saku jaketku. Tiba-tiba kurasakan Karel berbelok ke arah mini market. “Kok ke sini?” tanyaku ketika Karel turun dari motor. Aku mengikuti. “Kost mu di sini?”tanyaku merasa aneh.

“Nggak lah…beli snack sama minuman. Di kamarku  “gersang”. Belum ada apa-apa.”jawabnya sambil melangkah ke dalam mini market yang logonya bertebaran di mana-mana dan di jalur-jalur utama biasanya buka 24 jam.

Aku mengangguk mengerti. Karel kan memang baru hari ini tiba di kota ini.

Tidak lebih dari 20 menit kemudian di sinilah aku. Di sebuah kamar “cowok”. Ini bukan yang pertama aku tidur dalam kamar yang sama bersama Karel tapi dua-duanya ada di rumah  bersama seluruh keluarga. Di Palembang ataupun di Temanggung. Maka memasuki kamarnya membuatku merasa berbeda. Ada semacam rasa bersalah-tak beralasan-mengingat selama ini hal ini tidak mungkin aku lakukan. Berkunjung ke kamar kost milik seorang laki-laki. Sebuah paviliun tepatnya. Masing-masing dengan akses pintu  kunci sendiri.

Sebuah ruangan berjendela dan berpintu warna coklat, dinding berwarna gading sehingga nampak bersih. Ada satu kamar mandi, satu meja kecil, satu almari buku, satu busa ukuran queen (seperti di kamarku) dan…setumpuk buku serta dua tas punggung yang kelihatan padat isi. Inilah kamar “cowok” yang sudah resmi menjadi suamiku.

Sembari menunggu Karel beraktivitas di dalam kamar mandinya, aku membuat sms untuk sahabat-sahabatku.

“Girls, Aslmkm. Aku nginep di tempat Karel. Mf terlambat ngasih tahu, sejak 9 Sept kmrn aku sudah sah jadi istrinya.  Cerita menyusul. Jgn sms or telp. ”

Kutekan tombol send sambil berharap semua baik-baik saja. Semoga kata-kata singkatku mewakili semua yang harus aku sampaikan pada mereka dan tak lupa aku berdoa semoga mereka bisa mengerti setelah aku ceritakan semua prosesnya.

Karel keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah dengan air wudhu.

“Sekalian wudhu aja kalau belum isya…”ujarnya sambil lalu. Tangannya meletakkan handuk di hanger.

“Aku lagi nggak sholat..”jawabku juga sambil lalu. Karel menoleh ke arahku.

“Ya…tertunda lagi nih..”ujarnya sambil nyengir bandel. Aku tertawa.

“Jangan bilang kamu punya agenda tersembunyi ngajak aku nginep ya…”olokku sambil melempar bantal ke arahnya.

“Ya..usaha kan boleh…”sahutnya masih bandel.

“Bukannya tawaran pacarannya masih berlaku…?”ejekku sambil berdiri menuju kamar mandi.

“Aku lebih seneng kalau udahan…”jawabnya pelan dan langsung takbir untuk sholat sehingga aku tidak punya kesempatan menjawab lagi. Aku hanya bisa tersenyum geli melihat keluhannya. Siapa suruh nawarin pacaran, aku kan juga mau aja kalau jadi istri beneran…Pikiran itu membuatku jengah beberapa saat kemudian.

“””

“Jadi..aku harus percaya kalau kamu jatuh cinta pada pandangan pertama gitu?”tanyaku sambil melirik ke arahnya. Tidak yakin dengan apa yang diungkapkannya barusan. Saat ini dia dalam posisi bersandar dan duduk di lantai dekat almari bukunya.

“Ya haruslah. Memang kamu berharap alasan apa lagi?, cuman..yang membuat aku yakin bahwa kamulah orang yang pantas aku percaya untuk melahirkan anak-anakku baru  beberapa hari kemudian setelah beberapa hari kita banyak ngobrol. Interaksi kamu sama Ibu dan ayahku, itu juga masuk dalam hitungan. Aku harus yakin  bahwa orang yang menjadi isteriku harus orang yang benar-benar bisa menyayangi ayah ibuku secara tulus.” jelasnya panjang lebar. Aku manggut-manggut mendengar uraiannya.

“Tapi aku tetep aja penasaran kenapa semua orang bisa berpikiran kalian pasangan sih?” tanyaku sambil mengambil kacang yang ada di depannya. Jam sudah beranjak malam tapi kami masih ngobrol ditemani beberapa botol yoghurt, juice buah dan beberapa kantong snack.

“Kamu bukannya lagi cemburu kan?”olok Karel sambil meraih tanganku.

“Trus kalau aku cemburu, kamu jadi bangga atau gimana?”

Karel mengacak rambutku gemas.

“Kamu kan udah dinasihatin tante Avi buat berbakti sama suami. Masak membuat hati suamimu seneng aja nggak mau sih?”ajuknya.

“Nggak gitu sih. Aku cuma kepengen yakin saja bahwa kita nggak menimbulkan luka di hatinya. Pernikahan ini maksudnya…”

“Aku sih nggak pernah tahu gimana hatinya ya?, tapi aku kan nggak pernah juga bermaksud memberi harapan atau apa ke dia. Masalah orang-orang yang sering mengira kami pacaran kan bukan urusan kita…”elak Karel lagi.

“Bentar Rel. Kembali ke hal itu. Menurut kamu apa yang membuat orang yakin bahwa kalian itu bener-bener seperti pasangan. Nggak mungkin kan ada asap kalau nggak ada api.”cecarku lagi.

“Kalau menurut kamu apa?”

Karel malah balik bertanya kepadaku.

“Ya nggak tahu lah…”sahutku pelan. Sepertinya aku mulai mengantuk.

“Mungkin karena di antara kami memang pernah ada sesuatu..”

Suara Karel yang cukup pelan tiba-tiba membuatku melek lagi.

“Apa??”

“Aku menyimpan salah satu rahasia terbesarnya. Dan aku selalu merasa terbebani dengan itu..?”

Nah…ini mungkin yang justru bikin aku cemburu. Aku mendadak kehilangan kantukku.

            “Apa itu?”

            “Ayahnya dan ayahku dulu pernah satu kantor. Saat mereka sama-sama masih muda. Ayahnya lebih senior dari ayahku. Ada kasus penggelapan uang kantor dan ayahku terseret kasus itu. Hampir masuk penjara padahal ayah sama sekali tidak menggunakan uang itu. Itu seperti membuat luka yang cukup dalam antara mereka. Kau pikirkan saja. Dalam kondisi hamil tua ibu terus menerus gelisah ketika beberapa kali ayah harus menghadiri persidangan atas kasus yang sama sekali bukan kesalahannya. Ayah  hanya diminta menandatangani sesuatu oleh atasannya yang ternyata tega menjerumuskannya pada permasalahan yang begitu berat. “

Karel  meneguk  yoghurt yang masih digenggamnya sebelum melanjutkan bicara. 

“Ayah dan ibu khusus meminta bicara denganku dan memberitahukan ini waktu aku terlihat semakin akrab dengan Anin. Aku tahu,  Anin sama sekali tidak salah dalam hal ini tapi sekaligus aku tahu ayah dan ibuku tidak mungkin tidak kecewa jika aku memiliki hubungan yang lebih jauh dari sekedar pertemanan dengannya. Ayah ibuku tidak mungkin sampai merasa perlu memberitahukanku mengenai luka di masa lalu jika beliau tidak memiliki satu tujuan. Beliau berdua memang tidak pernah melarangku akrab dengan Anin tapi aku cukup tahu diri untuk tidak lebih dari sekedar berteman…”

            Karel terdiam beberapa saat. Suara kendaraan di jalanan depan gang masih terdengar sayup-sayup namun di sekeliling kami terasa lengang. Benar-benar lengang.

“Syukurlah akhirnya aku bisa benar-benar jatuh cinta pada orang lain..dan ketika itu adalah kamu, aku tahu ayah ibuku begitu lega. Tidak harus memiliki hubungan yang lebih mendalam dengan orang yang pernah membuat hidup mereka hampir porak poranda di masa lalu.”

Karel seperti orang yang tuntas mengangkat beban yang menggelayuti jiwanya. Semoga penglihatanku benar, ia tampak lebih lega setelah mengungkapkan apa yang menurutnya selama ini menjadi beban beratnya. Aku mulai bisa mengerti situasi yang dihadapinya.

“Rel...kamu yakin bahwa pernikahan ini tidak akan membuat Anin terluka?”tanyaku pelan-pelan. Aku masih memikirkan jika aku dalam posisi Anin atau Dokter Dita. Duh..bahkan Karel memiliki panggilan yang tidak sama dengan yang lainnya.

“Bisa saja…tapi bisa juga tidak. Jujur, dalam persahabatan kami yang mungkin sudah lebih dari 20 tahun, aku tidak pernah tahu Anin yang sesungguhnya. Dia tidak pernah mengungkapkan apa yang dirasanya. Kami lebih kepada hubungan pertemanan yang saling menjaga saja sebenarnya.”

Aku mengangguk mengerti.

“Rel…”

“Hem…”

‘Tadi kamu bilang, kamu pengen istri kamu bisa jadi sahabatmu. Tapi aku harus bilang bahwa aku mungkin nggak akan pernah bisa sebaik Anin…aku mungkin  tidak akan pernah bisa tidak marah seperti halnya dia kepadamu…Aku mungkin tidak akan selalu sabar menghadapi semua situasi yang akan kita lewati..”bisikku pelan. Aku merasa harus memastikan ini di saat aku menganggap bahwa ini situasi yang tepat  untuk membicarakan salah satu  di antara sekian banyak kelemahanku.

Karel tersenyum dan meraihku  dalam pelukannya.

“Kamu tahu bahwa akupun tidak akan sesempurna itu menjadi suamimu. Hanya aku tahu kalau kita berpikir kita akan bisa maka Allah pasti akan kasih kita jadi bisa. Kamu bisa setuju dengan pendapatku?” ujarnya sambil mempererat pelukannya. Aku mengangguk. Aku mengerti apa yang diinginkannya dan aku setuju untuk merasa bisa bersamanya melampaui semua peristiwa yang akan kami hadapi. BersamaNya yang selalu mengerti kami.

===\

            Aku terbangun tergeragap ketika mendengar suara bacaan Qur’an dari masjid kejauhan. Biasanya terdengar beberapa saat sebelum subuh. Aku cukup sadar untuk ingat bahwa malam ini aku menginap di kamar Karel. Mengingat bahwa aku tidak menginap dengan persiapan apapun aku merasa harus memintanya mengantarku ke kost pagi-pagi. Aku harus mandi di rumah.

            Aku tersenyum kecil mengamati posisi tidur kami. Entah jam berapa akhirnya kami bisa tertidur. Semalam itu tiba-tiba saja Karel punya ide konyol yang membuatku terus tersipu-sipu bahkan hingga pagi ini. Kuamati wajahnya yang kelihatan nyaman dalam tidurnya sebelum beranjak menuju kamar mandi yang ada di sudut kamar.

Aku ingat semalam Karel juga membelikanku  sikat gigi.  Satu hal kecil yang membuatku merasa diperhatikan. Sikat itu sudah terpakai semalam sebelum akhirnya kami benar-benar tidur dan kini, melihat posisi sikat gigi kami yang berdampingan di gantungan kecil di kamar mandinya membuatku terpikir bahwa mungkin kami memang harus mencoba untuk mengakhiri masa pacaran kami. He..he..aku kembali tersipu mengingat permintaan Karel.

“Brin…”panggilnya ketika aku masih di kamar mandi. ‘Ya..?” jawabku masih sambil menggosok gigi.  Aku lantas heran karena tidak ada lagi kata-kata lain sesudahnya. Ketika kulihat Karel masih nyenyak dalam tidurnya, aku jadi berpikir bahwa tadi itu aku hanya salah dengar atau mungkin Karel mengigau dalam tidurnya.

“Jadi pulang pagi-pagi?”tanyanya tiba-tiba setelah aku mulai mengenakan kembali jaket dan baju luarku. Suaranya serak khas orang bangun tidur. Aku mengangguk dan tersenyum.

“Iya. Aku harus melakukan personal hygiene  yang nggak mungkin kulakukan di sini kan?”tanyaku tak butuh jawaban.

“Mestinya kamu pindah aja ke sini. Kan aku kontraknya sampai satu tahun ke depan…”ujarnya sambil menguap dan duduk. Tangannya menggosok-gosok matanya. Kelihatan sekali masih mengantuk.

“Hehe…maunya…”sahutku pendek yang akhirnya membuatku berpikir lebih jauh. Bisa jadi itu ide yang lebih baik. Pindah ke sini dan tinggal bersamanya mengingat Karel memang berada dalam kontrak internship ini selama 1 tahun. Delapan bulan di rumah sakit dan 4 bulan sisanya di puskesmas.

Karel menguap lagi dan tanpa komentar segera beranjak menuju kamar mandi. Dia segera bersiap untuk segera mengantarku pulang. Oh, ingatan tentang rumah kost membuatku terkesiap beberapa saat. Saatnya menghadapi kenyataan bahwa mereka akan bertanya lebih banyak mengenai pernikahan kami. Semoga mereka semua bisa mengerti mengapa aku terlambat memberi tahu mereka mengenai hal ini.

===/

Akhirnya tepat setelah Karel selesai sholat subuh kami beranjak menuju tempat kostku. Hanya butuh waktu tidak lebih dari 10 menit. Karel memutuskan langsung pulang   karena harus mempersiapkan untuk dinas pagi. Dia juga paham kalau aku pelru privasi untuk menyelesaikan masalahku dengan teman-teman kostku.

Baru saja kukeluarkan kunci depan ketika pintu tiba-tiba terbuka dari dalam. Meta yang sudah rapi dalam baju seragam praktiknya. Putih dengan pita biru di sepanjang sisi jilbabnya. Wajahnya nampak segar karenanya aku yakin dia cukup istirahat. Dia yang paling rapi di antara kami semua, dan aku bahkan yakin ia pula yang paling siap jika harus diterjunkan langsung menjadi seorang bidan. Wajahnya selalu ramah dan penuh senyum. Begitu pula pagi ini di saat aku sedikit menduga kalau wajahnya mungkin akan terlihat keruh melihatku turun dari boncengan motor Karel.

Meta membuka lengannya lebar bermaksud memelukku. Aku yang merasa belum mandi  merasa sambutan itu cukup berlebihan sebelum akhirnya aku sadar bahwa Meta bermaksud mengucapkan selamat atas pernikahanku dan mendoakanku dengan doa untuk pengantin yang sudah sangat dihafalnya.

“Amiin..Makasih Met..”bisikku mendadak terharu. Aku rasa aku kepengen nangis melihatnya  bisa sepengertian itu menerima kenyataan bahwa aku terlambat  memberitahunya  mengenai pernikahanku. Rupanya Rida dan Siwi pun sudah bersiap dengan seragamnya masing-masing. Saat aku masuk keduanya masih menghabiskan sarapan paginya dan kini keduanya antri di belakang Meta untuk memberiku pelukan.

“Maafin aku ya…”ucapku pelan setelah acara hug n kiss selesai.

“Iya..pasti kita maafkan…,tapi bukan berarti itu membebaskan dirimu dari kewajiban bercerita Nyonya Karel..”jawab Siwi pedas. Aku terkikik mendengar  ancamannya. Aku pasti akan ceritakan sobat..aku pun sangat ingin berbagi pada  kalian.

Hampir 30 menit aku menceritakan kronologi pernikahan kami ketika akhirnya Rida mengucapkan ini.

“Trus..kita juga mau minta maaf..karena…he..he..kita malah sibuk mengira si dia adalah pasangan dokter Anindita…he..he..”

Aku hanya meringis. Itu sudah bagian dari konsekuensiku. Menyaksikan entah masih akan berapa banyak lagi orang yang mengira mereka adalah pasangan. Menurut Karel, semua akan mereda sendiri seiring waktu terutama ketika aku sudah benar-benar berperan menjadi istrinya. Huwaa…kapan itu?

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 162K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
679K 4.6K 20
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
437K 17.7K 34
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
410K 7.6K 19
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...