Monster's Wife [Gabrielle's S...

By StyllyRybell_

233K 18.5K 4.1K

πŸ”ž WARNING CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASA DAN ADEGAN DEWASA! HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN! BAGI YAN... More

Prologue
Chapter 1 : Swapped Dresses
Chapter 2 : Handcuffs
Chapter 3 : The Beginning
Chapter 4 : Gabrielle's Threat
Chapter 5 : She
Chapter 6 : Enough
Chapter 7 : Whatever He Wants
Chapter 8 : Disobedience
Chapter 9 : Undesirable
Chapter 10 : The Party
Chapter 11 : Unwanted Woman
Chapter 12 : Mad Man
Chapter 13 : Afraid
Chapter 14 : All For You
Chapter 15 : Diamond
Chapter 17 : Honey Moon
Chapter 18 : Pregnancy Programme
Chapter 19 : Vermiglio
Chapter 20 : Under Control
Chapter 21 : Favorites
Chapter 22 : Betray
Chapter 23 : Yes
Chapter 24 : Monster
Chapter 25 : Sinner
Chapter 26 : Fooled
Chapter 27 : Madness
Chapter 28 : Tragedy

Chapter 16 : Kids

7.2K 649 117
By StyllyRybell_

L'hotel Rosa Nera | Turin, Italy.
07.07 PM.

"Omong kosong macam apa ini? Perbaikan apa yang menyentuh 100 juta Euro setiap bulannya?" bentak Letizia membanting kertas di tangannya. "Siapa yang mengusulkan perbaikan?"

"Signore Elio dan Signore Luca. Mereka sedang perjalanan kemari."

Letizia memutar matanya, mendapati seorang pria yang berlari ke arah mereka dan meminta maaf, "Maafkan saya Signora, Signore Elio tidak bisa datang karena kunjungan mendadak ini beliau berada di Hawaii."

Letizia mengerutkan dahi, apa katanya? Hawaii? Apa yang dilakukan seorang manajer hotel di Hawaii saat Letizia sama sekali tidak memberikannya cuti? Ia sudah kesal karena kedua orang itu membuatnya menunggu, ditambah lagi manipulasi anggaran, dan sekarang seorang manajer tidak bisa hadir untuk memberikan keterangan.

"Berikan perincian pendanaan anggaran perbaikan setiap bulan," minta Letizia.

"Saya akan menyiapkannya lusa-"

Letizia memutar mata muak. "Kau dan Elio dipecat. Diego akan menjadi manajer dan Teodora menggantikan posisimu."

Pria bernama Luca itu terlihat panik. "Saya bisa memberikan laporan-"

Letizia langsung beranjak keluar dari ball room. Merasa kesal karena mereka berhasil membuang-buang waktunya untuk menunggu. Namun, ia terkejut mendapati seorang bocah bermata biru yang mengingatkannya dengan Gabrielle kecil. Bocah itu terlihat sangat menggemaskan, memetik bunga dekorasi hotel lalu memberikan pada ibunya. Ah, sial, ia ingin sekali seorang anak menghiasi rumahnya dan Gabrielle.

"Mamma" ucapnya pada sang ibu begitu melihat Letizia. "Lei è bella [Dia cantik]." Letizia tersenyum gemas mendengar bocah itu berbicara. Sementara sang ibu terlihat panik dan mengembalikan bunga dekorasi yang diberikan anaknya ke tempat semula.

"Maafkan anakku-" ucapnya terpotong lantaran Letizia langsung bersuara.

"Kau punya anak yang sangat pintar, kau membesarkannya dengan sangat baik," pujinya dan sedikit menunduk agar memudahkan sang bocah menatapnya untuk tidak terlalu mendongak. "Siapa namamu?"

"Ernest."

"Ernest, kau akan menjadi gentleman ketika kau dewasa," puji Letizia tersenyum lebar.

"Aku akan menjadi gentleman untukmu. Maukah kau menikah denganku?" tanya sang bocah dengan mata berbinar.

"Sayang sekali dia sudah menikah, ragazzo." Suara Gabrielle dari belakang Letizia disertai sebuah jas melingkari pinggangnya-Ace mengikat jas pria itu di pinggulnya. Ia berbalik, menatap Gabrielle yang menarik tangan Letizia, menunjukkan cincin pernikahan mereka dengan gerakan pelan seolah pamer, lalu mencium punggung tangan Letizia dengan tatapan tenang tidak beralih pada bocah yang terlihat sedih itu, seakan-akan menekankan ialah pemenang mutlak tanpa perlu memulai kompetisi.

Letizia tersipu dengan perbuatan Gabrielle, namun bisa-bisanya ia membuat seorang bocah cemburu seperti itu! Bukankah lebih baik mengatakan hal-hal baik dibanding pamer seperti itu? Letizia menahan senyuman salah tingkah, memukul pelan Gabrielle, kehabisan kata-kata.

"Kalian sangat cocok," puji wanita itu tersenyum, lalu menatap anaknya. "Suatu saat kau akan menemukan tuan putrimu, sayang," bujuknya yang diangguki Ernest. "Kami permisi," pamit wanita itu membawa anaknya yang terlihat masih sedih.

Gabrielle menghadap Letizia dengan kesal berucap, "Jangan menunduk dengan rok sependek itu." Ia menarik pinggang istrinya. "Seeing it makes me want to put my cock inside you and fuck you hard and harder," ucapnya dengan suara pelan dan menyiksa. Ia mengerutkan dahi. "What if anyone else think the same thing?" Gabrielle menepikan surai istrinya ke belakang telinga, mengedarkan pandangan untuk mengecek pria mana saja yang berani melirik bokong Letizia dengan tatapan seolah siap mencongkel mata siapa saja yang berani mengarah pada istrinya. "Aku menunggumu pulang sejak tadi. Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya kembali menatap Letizia.

"Menunggu koruptor yang tidak kunjung datang," jawab Letizia dengan nada kesal.

"Kau akan melaporkannya pada polisi?"

"Tidak, aku akan menyuruh orang kita untuk memerasnya, mengembalikan uang yang dia rampok dariku." Letizia mengedarkan pandangan, melirik restoran hotel. "Dan sekarang aku lapar," ucap Letizia melangkahkan kaki yang diikuti pria itu ke restoran hotel.

Keduanya duduk dan memeriksa buku menu untuk dipesan, tidak butuh waktu lama mereka sudah memesan hidangan pembuka, utama, dan penutup. Setelah memesan, Gabrielle terlihat mengedarkan pandangan, bahkan Ace dan Massimiliano menatap beberapa titik dengan tatapan tajam.

Letizia ikut mengedarkan pandangan, mendapati anggota kelompok lain tengah menyantap makanan mereka. Itu musuh kecil La Righello di kota Turin. Ia memutar mata kesal. "Aku sudah lelah hari ini, jangan ada baku tembak, ok?"

Gabrielle tidak mengalihkan pandangannya pada Nardo anak dari ketua kelompok Canossa. Ia kembali melirik Letizia dengan tenang. "Tidak akan ada baku tembak sampai kau menyelesaikan makananmu."

Massimiliano terlihat gelisah. "Bagaimana jika mereka yang memulainya, Tuan?"

Ace menyentuh dada bidang Massimiliano untuk menjauh dari bosnya dan jangan mengganggu. "Mereka tidak akan berani."

Bermenit-menit berlalu, Nardo terlihat takut dan gelisah, ia dan anak buahnya memutuskan pergi dari sana. Hal itu membuat Massimiliano menoleh pada sang bos, di mana Gabrielle hanya meliriknya, memberikan isyarat untuk menghabisi mereka jauh dari sini. Massimiliano langsung pergi bersama anak buahnya untuk mengejar musuh kelompok mereka.

Tidak lama setelahnya, hidangan disajikan, membuat Letizia segera menyantap makanannya. Wanita itu termenung akan keadaan Maria, apa sahabatnya baik-baik saja? Letizia sudah memerintahkan lima anak buahnya untuk menjaga Maria beserta semua pelayan pribadi. Letizia mendadak tidak nafsu makan padahal ia belum menghabiskan hidangan utama dan tidak menyentuh hidangan penutup. Ia ingin cepat-cepat pulang dan melihat keadaan wanita itu. Letizia melap mulut.

"Aku sudah selesai, kita pulang sekarang."

Gabrielle seolah tuli menusuk daging ke garpu lalu menyuapi istrinya. Letizia menerimanya, namun pria itu kembali menyuapinya lagi.

"Gabrielle, aku sudah selesai."

Gabrielle menatap tenang sosok wanita cantik di depannya. Tatapan itu begitu dingin. "Karena wanita itu lagi?" Melihat Letizia tidak menjawab, ia menajamkan netra biru laut seolah kesal. "Rasanya aku ingin mencekiknya sampai mati."

Tatapan Letizia tidak kalah tajam. "Jangan coba-coba kau merangkai skenario untuk membunuhnya, jika itu sampai terjadi aku sampai mati pun tidak akan pernah percaya lagi padamu. Bahkan jika sesuatu menimpa dirinya kau adalah orang pertama yang aku curigai, Gabrielle."

Gabrielle mengalihkan pandangan seiring membanting garpu di tangannya ke atas meja, mencoba menahan amarah. Atmosfer berubah mencekam, seolah-olah sang penguasa neraka sedang menahan ledakan api untuk membakar habis tempat itu. Ia kembali menatap Letizia dan berucap dengan suara mematikan, "Kau sedang bersamaku tapi kau memikirkan orang lain. Aku bersumpah akan membunuhnya jika kau terus menentangku karenanya."

"Ciao bello," suara bocah perempuan tiba-tiba terdengar yang terlihat mendekati meja mereka. Ace dan ibu dari bocah itu buru-buru menyingkirkannya dari Gabrielle, namun Letizia mengangkat tangannya pada Ace pertanda tidak perlu. Letizia tersenyum menatapi bocah cantik itu. Sementara Gabrielle pura-pura tidak melihat dan meminum minumannya, nampaknya pria itu masih marah karena Letizia.

"Apa kau Gabrielle Stone?" tanyanya pada Gabrielle yang masih tidak mengheraninya. Dengan mata berbinar ia melirik hidangan penutup Letizia di atas meja sebagai tanda bahwa itu yang ia inginkan dari mereka sejak awal menyapa Gabrielle. "Boleh aku minta Panna Cottamu, Tuan?"

Ibu dari bocah itu terlihat tersenyum canggung. "Ibu akan memesankan untukmu-"

"Enyahlah," ketus Gabrielle tajam pada bocah perempuan itu kembali meminum minumannya.

Letizia refleks menendang kaki Gabrielle di bawah meja, membuat pria itu melirik tajam ke arahnya. Letizia tersenyum dan mengambil hidangan penutupnya lalu memberikan pada bocah perempuan itu. "Ini dia, Panna Cotta untuk putri cantik."

Bocah itu tersenyum senang, lalu menoleh pada Gabrielle menjulurkan lidahnya. "Dasar pelit!" ucap bocah itu kembali menjulurkan lidah dengan liurnya yang berhamburan. "Tuan Gabrielle Stone pelit!"

Letizia tidak mampu menahan tawa, suaranya pecah sementara ibu dari bocah itu buru-buru pamit pergi dengan perasaan canggung. Letizia terus tergelak sampai menitikkan airmata dan menyekanya. "Astaga dia menggemaskan sekali!"

Gabrielle yang awalnya kesal mengendurkan otot-otot wajahnya, menatap tenang Letizia yang masih berusaha menetralkan tawanya. "Kau mengatakan dia menggemaskan karena dia orang pertama yang berani kurangajar padaku."

Letizia semakin tergelak karena perkataan Gabrielle. "Tidak, dia memang menggemaskan," alibinya berusaha menahan tawa.

Entah mengapa melihat tawa lepas Letizia menular pada Gabrielle, membuatnya tersenyum simpul, seolah-olah gelakan wanita itu menuntun otaknya untuk berpikir. "Melihatmu sekarang mengingatkanku saat pertama kali menemukanmu di panti itu," ucap Gabrielle tersenyum dan menyentuh wajah istrinya. "Tertawa lepas tanpa beban."

Letizia tersenyum kecil. "Mengapa kau tidak mau punya anak?"

Senyum Gabrielle pudar. Ia mengedarkan pandangan, lalu menatap istrinya lagi. "Aku tidak ingin kita bertengkar karena seorang anak. Menambahkan seseorang di kehidupan kita akan menambah masalah."

"Apa maksudmu?" tanya Letizia mengerutkan dahi.

"Aku tidak suka kau menentangku karena Maria, Kelsey, dan apalagi anak kita nantinya."

"Jadi maksudmu kau tidak akan pernah ingin punya anak?"

Gabrielle menenggak minumannya, menatap Letizia dan tersenyum. "Melihatmu versi kecil kedua kalinya adalah impianku, tapi tidak semua impian itu baik untuk diwujudkan."

Letizia mengerutkan dahi. "Apa setakut itu kau berdebat denganku?"

"We lost our control, Lily. You know it. Sometimes me or you give in, but what if one day we have a big fight because of that child and neither of us relent?" Gabrielle menarik dagu Letizia dengan tatapan serius. "I'd be a deadman if I lost you."

Letizia melepas tangan Gabrielle dari dagunya perlahan. "Alasanmu tidak masuk akal, L."

"Jika kau berjanji padaku untuk tidak akan pernah marah padaku bagaimana aku mendidik anak kita, aku tidak akan keberatan kita punya anak."

Letizia menahan napas mendengarnya. Anak mereka? Gabrielle yang mendidik? Seluruh dunia hitam tahu segila apa Gabrielle mendidik prajuritnya hingga tidak takut apa pun selain bos mereka. Ia tahu Gabrielle memang orang yang seperti itu, persyaratan itu juga ia ajukan pada ayahnya untuk mengelola La Righello dan perusahaan mereka, Gabrielle benar-benar tidak suka dipertanyakan dengan apa yang ia lakukan.

Gabrielle menyentuh tangan istrinya bertujuan menenangkan wanita itu dari pikirannya sendiri. "Memilikimu sudah cukup untukku."

Letizia menatap Gabrielle, apa yang perlu ia takutkan? Tidak mungkin Gabrielle menyiksa anaknya sendiri, bukan? Terlebih lagi anak mereka yang berarti bukti cinta mereka. Ia meneguk saliva. "Aku berjanji tidak akan marah padamu bagaimana kau mendidik anak kita, tapi aku tidak berjanji aku tidak akan mempertanyakannya."

Gabrielle tersenyum kecil. "Apa pun itu, jangan di depan anak kita dan para Mafioso."










To be Continue...





080723 -Stylly Rybell-
Instagram: maulida_cy

Continue Reading

You'll Also Like

925K 27.8K 24
Ini adalah versi revisi!! Hidupku hancur setelah hari itu tiba, kehidupan yang awalnya selalu di landasi dengan keceriaan kini telah hilang ditelan o...
32.6K 562 4
2nd Stone Books ●DILARANG KERAS MENCURI SECUIL PUN IDE DARI CERITA INI! PLAGIAT JAUH-JAUH!● Lizy Ghustavno alias Lucy Setya Febriana adalah gadis yan...
381K 28.6K 52
(Sinopsis lengkap terdapat di dalam) Find book trailer here https://youtu.be/Xu3i_Y0teYs πŸ”ž WARNING: This story is mature content. There are strong a...
371K 34.9K 43
SEQUEL DARI LIMERENCE Wajib membaca buku pertama untuk mengerti jalan cerita. (The Dark Series #4) ⚠️ Explicit Dark Story (21+) ⚠️ DON'T PLAGIARISM...