Jadi Antagonis Dalam Novel [E...

By Mamiyaki0907

364K 28.8K 359

Dalam sebuah cerita, antagonis selalu menjadi pihak yang salah dan protagonis selalu menjadi pihak yang benar... More

Episode 1 : Novel
Episode 2 : Arabella
Episode 3 : Drama
Episode 4 : Rumah Sakit
Episode 5 : Surat Perjanjian
Episode 6 : Merobek Buku
Episode 7 : Makan bersama
Episode 9 : Kebenaran
Episode 10 : Panggilan Video
Episode 11 : Angelia
Episode 12 : Pindah
Episode 13 : Menantu
Episode 14 : Bu Bos
Episode 15 : Konflik
Episode 16 : The King
Episode 17 : Kantin
Episode 18 : Murid Baru
Episode 19 : Kembaran
Episode 20 : Rumor
Episode 21 : Kunjungan mengejutkan
Episode 22 : Ketemu Bu Bos 1
Episode 23 : Mengobrol
Episode 24 : Waktu yang Tersisa
Episode 25 : Manusia Biasa
Episode 26 : Dua Bulan
Episode 27 : Keluar
Episode 28 : Teman baru
Episode 29 : Masalah Lagi
Episode 30 : Katakan Pada Papa
Episode 31 : Awal
Episode 32 : Bertemu
Episode 33 : Rapat
Episode 34 : Pesta Part 1
Episode 35 : Pesta Part 2
Episode 36 : Kau Bukan Protagonis Lagi
Episode 37 : Persiapan
Episode 38 : Dia Tidak Membencimu
Episode 39 : Hukum Sebab Akibat

Episode 8 : Ketahuan

10.9K 930 2
By Mamiyaki0907

Beberapa hari telah berlalu sejak Arabella berkenalan dengan teman teman Alrescha.

Setelah kejadian itu, mereka kadang akan mengobrol jika bertemu. Memakan bekal buatan Arabella bersama sampai kadang kadang mengerjakan tugas bersama walau beda kelas. Tenang saja, kan ada bos Alrescha yang serba bisa.

Keseharian Arabella sendiri selalu di awali dengan memuntahkan beberapa teguk darah, mandi, merias wajah untuk menutupi kulit pucatnya, memasak dan sarapan lalu berangkat sekolah.

Di sekolah, Arabella entah kenapa selalu terjerat masalah dengan Angelia sebanyak apapun dia coba menhindar. Selain itu, ia akan bertemu dengan Alrescha dan kawan kawan, kadang mampir ke kamar mandi karena ingin muntah, terus duduk di bangkunya karena pusing dan tanpa sadar pingsan.

Untung saja orang lain mengira dia sedang tidur dan untung saja tidak ada yang berani duduk di dekatnya. Kalau tidak maka mereka akan menemukan hal yang mencurigakan dari dirinya.

Hari ini, kelas Arabella ada pelajaran olahraga tepat sebelum istirahat kedua. Arabella sendiri enggan untuk mengikutinya. Baru berjalan sampai kantin saja dia sudah lelah apa lagi aktivitas yang menguras banyak tenaga seperti olahraga. Mana dilapangan pula.

Jadi, setelah Arabella yakin tubuhnya akan segera mencapai batas ia diam diam pergi menuju uks sekolah. Bukan karena apa, tapi karena uks adalah tempat yang selalu kosong kapan pun itu. Di uks ini tidak ada penjaganya entah karena malas atau karena walau dijaga pun tidak ada yang datang.

Karena ini adalah sekolah elit, mayoritas muridnya adalah anak orang kaya, para nona muda dan tuan muda. Jika mereka sakit, mereka cenderung langsung pergi ke rumah sakit ketimbang pergi ke uks. Jadilah ini uks selalu sepi seperti kuburan.

Brakk! Ceklek

Arabella menutup pintu uks dengan kasar, menguncinya dari dalam lalu segera merosot ke lantai.

"Uhuk uhuk uhuk! " Arabella membekap mulutnya dengan kedua tangan. Namun darah merah segera meluncur turun dari sela sela jarinya dan menetes di atas lantai putih susu.

Gadis itu meraih tisu di atas meja penjaga dengan susah payah dan membersihkan seluruh darah yang ada di bibir, tangan dan lantai lalu membuangnya ke tempat sampah.

Ia juga mengambil beberapa lembar tisu lagi untuk mengelap darah yang masih terus keluar karena batuk dan bersandar di kaki meja dengan lemah. Dia sama sekali tidak punya tenaga umtuk bergetak walau sekecil apapun.

Baru setelah batuk berdarahnya berhenti dan tenaganya telah pulih sedikit, Arabella berjalan tertatih tatih ke ranjang dan ambruk di atasnya kemudian pingsan. Dibawah pengaruh ketidaksadarannya, semua rasa sakit dan lelah menghilang digantikan ketenangan yang jarang terjadi.

Arabella benar benar pingsan, tanpa tahu ada orang lain yang berbaring di ranjang sebelahnya. Ranjang itu ditutup sempurna oleh gorden, jadi tak heran jika gadis itu tidak tau. Masalahnya, laki laki yang kini berbaring di atas ranjang itu mendengar dengan jelas apa yang terjadi.

Alrescha menatap langit langit ruang uks sebentar, mendudukkan dirinya di tepi ranjang lalu menyugar rambutnya yang agak panjang ke belakang.

Perlahan tapi pasti, ia turun dari ranjang. Menyibak gorden berwarna putih susu yang menghalangi untuk memperlihatkan pemandangan seorang gadis yang tengah menutup matanya dengan tenang.

Alrescha berjalan mendekat, menatap sebentar wajah Arabella yang masih tampak pucat walau tertutup make up lalu menghapus noda darah di sudut bibir Arabella dengan ibu jarinya.

Melihat darah di ujung jarinya, Alrescha segera menyimpulkan. "Ini darah asli. "

Alrescha mengambil tisu untuk menghilangkan noda darah dan membenahkan posisi Arabella. Jika tidak, ia takut gadis itu akan jatuh.

Tanpa di sengaja, Alrescha melihat segumpal tisu berwarna merah yang kini lolos dari genggaman tangan Arabella. Ia menatapnya dengan tidak suka, lalu ia berjalan menuju tempat sampah dan melihat ada gumpalan tisu berwarna merah lain yang cukup besar di dalam. Laki laki dingin itu mengernyitkan alisnya membuat dia yang aslinya memang sudah dingin dan menyeramkan menjadi tambah menyeramkan.

Alrescha segera kembali ke sisi Arabella. Membelai ringan pipinya yang pucat dan berkeringat, bibirnya membuka celah kecil. Ingin berbicara tapi tidak tahu apa yang ingin dia katakan.

Pada akhirnya, Alrescha mengamati Arabella sampai wajahnya membaik lalu kembali ke posisi semula. Tak lupa juga ia menyibak kembali gorden tanpa membuat banyak suara.

Entah telah berapa lama waktu berlalu Arabella akhirnya membuka mata, menatap sekeliling yang masih terlihat sama seperti sebelum dia pingsan lalu turun dari ranjang dengan perlahan.

Arabella membuang tisu yang ia genggam ke tempat sampah, menatap jam dinding yang menunjukkan waktu istirahat kedua telah tiba lalu beralih menatap pantulan wajahnya di cermin kecil yang tergantung di dinding berwarna biru muda.

"Oke udah ga pucet lagi." Arabella tersenyum, membuka pintu dan berjalan menuju kantin tanpa menyadari bahwa posisinya saat bangun berbeda dengan posisinya saat pingsan.

Setelah kepergian Arabella, Alrescha bangkit dari ranjang dan ikut meninggalkan ruang uks.

.
.
.
.
.

"Batu Kertas Gunting! "

"Yak! Gue yang menang! "

"Eh curang lo! Ulang ulang ulang! " protes Alexe.

"Kalo ga mau neraktir gue ngomong aja, banyak alesan lo! " ejek Arabella.

"Iye gue ga mau, mau apa lo?! " tantang Alexe.

"Ya udah sih, gue juga ga kekurangan duit. " Arabella segera mengabaikan Alexe dan memilih makanan yang akan ia beli.

"Buahahaha. " Alexe menatap ketiga temannya yang malah sibuk menonton dengan kesal. "Ketawa lagi gue sleding tu kepala satu satu! "

"Eh liat tuh, nenek lampir lagi caper ke cowok! "

"Tumben tumbenan bukan si Nathan. "

"Lagi nyari korban lain mungkin. "

"Suer, kenapa juga tu jalang bisa sekolah di sini?! Bikin kesel aja deh. "

"Eh tapi itu cowok lumayan ga sih? "

"Iya, ga kalah sama rombongannya si Nathan? Btw mereka dari kelas apa? "

"Kagak tau gue. "

"Jijik gue di banding bandingin sama komplotannya Nathan. " cibir Shailendra menyerahkan uangnya pada ibu kantin.

"Hooh, gantengan juga kita. " sahut Aidan.

"Al? Dari mana aja lo? " tanya Karlen ketika melihat Alrescha yang datang mendekat.

"Ih si bos bolos kelas ga ngajak ngajak. " protes Shailendra.

"Baru nyampe Cha? Lo dari mana? Bisanya juga berlima mulu, lengket banget kayak prangko. " sapa Arabella begitu ia melihat Alrescha.

"Ada urusan."

"Owh, ya udah gue duluan ya. Takutnya lo malah pada di gosipin karena bicara sama gue depan mereka. Ti ati jangan makan banyak banyak, ntar jadi babi loh! " Arabella tersenyum jahil, melambaikan tangannya dan berjalan pergi meninggalkan mereka.

"Di bilang bukan babi! " kesal Alexe.

"Lo ada urusan Al? Bukannya lo cuma bolos? " bingung Karlen.

"Mungkin maksudnya ada urusan bolos. "

Alrescha mengabaikan keempat orang yang terus berkicau di sekitarnya. Ia mengambil sebotol soda dari dalam lemari pendingin, memberikan uang pada ibu kantin dan berjalan pergi di ikuti keempat bawahannya.

.
.
.
.

"Hallo, ada apa nak? " tanya Della di ujung telepon.

"Bu, apa Arabella memiliki penyakit bawaan? " tanya balik Alrescha sambil berjalan menuju parkiran.

"Tidak, kenapa kau tiba tiba bertanya? Apakah ada sesuatu yang terjadi? " jawab Della dengan khawatir.

Alrescha terdiam sebentar, lalu kembali bicara. "Tidak, aku hanya ingin tau kesehatan orang yang menjadi istri ku. Terimakasih ibu. "

Hembusan nafas lega segera terdengar dari seberang. "Ku kira ada apa. Pulanglah dengan cepat, kami menunggu mu untuk makan malam bersama. "

Alrescha membuka pintu mobilnya dan masuk ke dalam. "Tidak, aku harus melakukan sesuatu. Kalian bisa makan terlebih dahulu. Aku mungkin akan pulang terlambat. "

"......... Oke, jangan lakukan hal hal berbahaya dan cepatlah pulang. " ucap sang ibu dengan pasrah.

"Oke. " Alrescha memutus panggilan telepon, menyalakan mesin mobil dan pergi menuju rumah sakit.

"Si Alrescha buru buru banget. Mau kemana dia? " bingung Aidan.

"Kalo lo nanya ke gue terus gue nanya ke siapa? " kesal Alexe.

Aidan menatap Alexe dengan polos. "Ya lo kan bisa nanya ke Shailendra sama Karlen. "

"Kok rasanya deja vu. " gumam Shailendra.

Continue Reading

You'll Also Like

357K 27.3K 37
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
1.6M 133K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
6K 185 25
Bayangkan saja jika deretan para mantanmu minta balikan Itulah yang dialami Icha Cahya Dimitra Mau tau ceritanya?baca aja:)
190K 14.9K 33
Story#1 (Bukan Novel Terjemah) •••••••• Melisya adalah seorang pelayan sekaligus tokoh antagonis dalam Novel "A Pr...