NAVYA: Secreet Wife

By admla_

73.5K 5.8K 1.6K

-Don't forget follow, vote, and comment! -Don't copy my story! Jangan jadi plagiat kalau ingin mempunyai kary... More

PROLOG
NSW: Teman Lama
NSW: Permintaan Agnes
NSW: Bersama Papa
NSW: Samuel Marah
NSW: Sorry
NSW: Hilang?
NSW: Kembalinya Queen Of Darkness
NSW: Keluarga Psikopat
NSW: Tuan Samuel
NSW: Navya Cemburu?
NSW: Family Time
NSW: Teman Lama (2)
NSW: Kecurigaan Sean
NSW: Kedatangan Amberly
NSW: Klinik
NSW: Don't Leave Me
NSW: Sick
NSW: Malam yang indah
NSW: Apapun Untuk Keluarga
NSW: Tingkah Konyol Regal
NSW: Kedatangan Cegil
NSW: Sebuah Informasi
NSW: Duo Spy
NSW: Pilihan Yang Berat
NSW: Wait For Me
NSW: Terungkap
NSW: Terasa Asing
NSW: You're Still My Princess
NSW: Peace
NSW: The Best Parents
NSW: Jangan Hina, Camila
NSW: Samuel vs Dua Ipar
NSW: Posesif Dad
NSW: I Hated That Incident
NSW: Shinning Day

NSW: I'm Here

1.7K 182 54
By admla_

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen! Kalau 100 vote, 70 komen lebih aku cepet update. Kalau belum sampai target aku nda mau update...

Kalau komennya ngga sesuai target aku undur lagi up-nya.

*****

Navya membuka pintu kamarnya dengan membawa nampan yang berisikan makan malam untuk anak dan suaminya. Kening Navya mengerut tak melihat keberadaan suaminya. Pandangan Navya tertuju kepada kamar mandi yang terbuka, tidak mendengar suara air atau apapun.

Navya meletakkan nampan tersebut diatas nakas. Ia menghela nafas panjang, sudah pasti Samuel berada di ruang kerja pria itu. Navya melirik sekilas kearah putrinya yang masih tertidur nyenyak, merasa bisa ditinggal sebentar ia pun pergi ke ruangan Samuel.

Di ruang kerja Samuel sedang berkutat dengan laptop-nya. Pria itu memijat keningnya yang terasa sangat pusing. Pekerjaannya sangat numpuk, belum lagi besok dia harus terbang ke Surabaya untuk melihat perkembangan proyek.

Pintu ruangan Samuel terbuka dan menampilkan Navya dengan berkacak pinggang. "Samuel! Siapa yang suruh kamu kerja?" celetuk Navya dengan raut wajah dan nada yang garang.

Samuel melirik kearah sang istri. "Sebentar, sayang. Ini pekerjaan aku numpuk banget, besok harus terbang ke Surabaya juga," kata Samuel.

"OKE. KERJA AJA TERUS, NANTI KALAU TAMBAH SAKIT JANGAN CARI, NAY!" Pekik Navya lalu pergi dari ruangan suaminya.

Brakk!

Navya membanting pintu ruangan dengan kencang yang membuat Samuel terlonjak kaget. Pria itu mengepalkan kedua tangannya, emosinya tidak stabil. "Sabar, jangan marah. Dia istri lo, Sam," gumam Samuel.

Samuel mematikan laptop miliknya lalu bangkit dari duduk. Samuel menyusul istrinya yang kembali ke kamar. Di dalam kamar Navya sedang memeluk putrinya. 

"Nesa, mam dulu ya? Mama udah buatin bubur buat kamu," kata Navya lembut.

Anak itu menggeleng pelan. "Dingin mama," lirih Agnes.

Navya menatap sendu anaknya. Ia tidak bisa melihat keadaan Agnes yang seperti ini. Itu terlalu sakit untuk dirinya. "Mam dulu. Nanti mama peluk, ya?" bujuk Navya.

Samuel menghampiri istrinya. "Nay," panggil Samuel yang tidak di gubris oleh istrinya.

Navya mengecek suhu tubuh putri mereka yang tambah tinggi. Navya bangkit dari duduknya dengan raut wajah yang panik. "Sam, panggil dokter. Nesa tambah tinggi demamnya," lirih Navya.

Mendengar hal itu Samuel terkejut. Ia memegang kening putrinya, dan benar. Demam Agnes semakin tinggi. "Langsung bawa ke rumah sakit. Aku siapin mobil dulu, kamu pakein jaket ya." Samuel mengambil kunci mobilnya diatas nakas.

Navya mengangguk pelan. Ia membuka lemari dan mengambil jaket putri mereka yang dia simpan di lemarinya. Dengan perlahan Navya memakaikan Agnes jaket. Anak itu bergumam tidak jelas.

Dibawah Samuel buru-buru menyiapkan mobilnya. Bi Ira yang melihat wajah Samuel yang begitu panik pun bingung. "Tuan, ada apa?"

"Nesa demamnya tambah tinggi. Mau saya bawa ke rumah sakit," ucap Samuel kepada Bi Ira.

Bi Ira terkejut mendengar ucapan atasannya. "Bibi ikut ya, Tuan. Biar bibi bantu nyonya," kata Bi Ira dengan nada memohon.

Samuel mengangguk pelan lalu pergi keluar untuk menyiapkan mobilnya. 

Tidak lama Navya turun ke bawah dengan Agnes yang berada di dalam gendongannya. Bi Ira yang melihat itu menghampiri Navya. "Biar bibi aja yang gendong."

"Gapapa emangnya, bi?" tanya Navya yang takut merepotkan Bi Ira.

"Tidak apa-apa, Nyonya. Sini." Bi Ira pun mengambil alih Agnes dari dalam gendongan Navya.

Navya tersenyum tipis, dia memegang tas yang berisikan baju-baju putrinya. Karena Navya yakin, kalau Agnes akan di rawat. "Ayo bi. Samuel pasti udah menyiapkan mobil." Bi Ira mengangguk pelan.

Skip...

Kini Navya dan Samuel berada di perjalanan menuju rumah sakit. Bi Ira yang ikut dengan mereka duduk dibelakang seraya memeluk tubuh Agnes. Navya tidak berhenti menoleh ke belakang untuk melihat keadaan anaknya.

Samuel pun sama khawatirnya dengan sang istri, tetapi dia tidak mau ikutan panik karena akan membahayakan diri mereka.

"Sayang, tenang ya? Nesa pasti gapapa," celetuk Samuel lembut.

"Gimana bisa tenang, anak kita sakit seperti ini. Dia demam tinggi dari pagi hingga sekarang," ujar Navya.

"I know, tapi kita ngga boleh panik. Sebagai orang tua kita harus bisa tenang, serahkan semuanya ke Tuhan ya," tutur Samuel lembut.

Bi Ira yang mendengar percakapan majikannya tersenyum tipis. Samuel memang selalu bisa menenangkan suasana kalau Navya sedang di landa panik seperti sekarang.

Dua puluh menit kemudian mereka tiba di rumah sakit. Agnes yang langsung dibawa ke ruang IGD oleh perawat. Samuel menggenggam tangan istrinya yang terasa dingin. Keduanya menunggu di depan ruang IGD bersama dengan Bi Ira.

Samuel mengusap wajahnya dengan kasar. Tidak pernah anaknya sakit separah ini. Walaupun hanya demam, tetapi dia panik. Demamnya Agnes tidak turun-turun.

Seorang Dokter keluar dari ruangan IGD yang membuat Samuel dan Navya langsung menghampiri sang Dokter. "Bagaimana keadaan anak kami?"

"Putri kalian terkena tipes. Demamnya juga masih tinggi, jadi saran saya untuk dirawat inap saja dulu sampai keadaannya membaik," kata sang Dokter.

Samuel dan Navya saling melemparka tatapan. "Lakukan yang terbaik, Dok. Berikan kamar yang paling terbaik juga." Sang Dokter mengangguk pelan lalu berpamitan kepada mereka berdua.

Samuel membawa istrinya ke dalam dekapannya. Navya menangis di dalam pelukan suaminya. "Anak kita, Sam..." lirih Navya.

"Nay, udah. Jangan sedih. Nesa pasti sembuh, oke? Kamu jangan terlalu banyak pikiran. Ingat, kamu lagi hamil sekarang. Kita berdo'a saja untuk kesembuhan anak kita, sayang," bisik Samuel lembut.

Navya mengangguk pelan. Pelukan keduanya terlepas ketika dua perawat keluar dengan menarik brankar Agnes. Samuel dan Navya menatap anak mereka yang terbaring diatas brankar dengan tangan yang di infus untuk pertama kalinya.

Hati keduanya tersentil melihat keadaan anak mereka. Samuel mengelus punggung istrinya. Keduanya saling menguatkan di depan banyak orang, terutama di depan anak mereka.

"Bibi ikutin mereka saja, ya. Saya mau ajak istri saya makan dulu. Navya belum makan, takut dia dan kandungannya kenapa-napa nanti," kata Samuel lembut.

Bi Ira mengangguk seraya tersenyum. "Nyonya hamil?" Navya tersenyum tipis. "Iya, bi. Baru tahu kemarin," ucap Navya.

"Selamat ya, tuan dan nyonya. Non Agnes jadi punya teman deh." Samuel dan Navya tersenyum sebagai jawabannya.

Mereka pun berpisah. Bi Ira mengikuti perawat ke ruang inap Agnes. Sedangkan Navya dan Samuel pergi ke salah satu cafe yang ada di rumah sakit. Samuel mengajak istrinya untuk makan, walaupun sebenarnya Navya tidak ada selera makan.

Di cafe mereka duduk di dekat jendela. Samuel menatap istrinya yang tidak menyentuh sama sekali makanan dan minuman. Pria itu menghela nafaas panjang. "Nay, makan," kata Samuel lembut.

Navya menggeleng pelan. "Ngga nafsu."

Samuel menatap datar istrinya. Dengan kesal Samuel membanting sendok dan garpu yang membuat Navya terkejut. "Bisa jangan egois? Kamu ngga nafsu makan setidaknya ingat yang ada di perut kamu. Kamu lagi hamil, Navya! Jangan egois dengan diri kamu sendiri, itu akan mengakibatkan hal fatal kepada janin yang ada di perut kamu!" tegas Samuel.

Navya yang mendengar itu terdiam. Wanita itu menundukkan kepalanya yang membuat Samuel tersadar akan perbuatannya barusan kepada sang istri.

Samuel pindah tempat duduk menjadi disebelah istrinya. Pria itu membawa Navya ke dalam pelukannya. "Maaf, sayang. Aku ngga bermaksud bikin kamu sedih. Aku cuma ngga mau terjadi sesuatu kepada kalian," bisik Samuel.

Karena banyak hal yang terjadi hari ini membuat Samuel sulit mengontrol dirinya. Merasakan mual, pusing, pekerjaan yang menumpuk, dan ditambah karena anaknya yang sakit hingga masuk rumah sakit.

"Nay juga minta maaf. Maaf udah egois," ucap Navya pelan.

Samuel menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. "Iya, aku maafin. Sekarang makan, ya?" Aku suapin," tawar Samuel yang langsung disetujui oleh Navya.

"I'm here. Jangan takut sendiri ya? Kita hadapi semuanya bersama. Kita harus kuat di depan anak kita, oke, sayang?" lanjut Samuel dengan lembut.

Navya tersenyum dan mengangguk setuju.

*******

Jangan lupa follow:

@ameliandhra
@wp.ayananadheera
@navyabeatarisa_
@samuelnarendra_

See you next part!

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 35K 31
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
1.4M 120K 85
𝐒𝐄𝐐𝐔𝐄𝐋 𝐃𝐀𝐑𝐈 𝐃𝐎𝐒𝐄𝐍𝐊𝐔 𝐌𝐀𝐍𝐓𝐀𝐍𝐊𝐔 [ BUDAYAKAN FOLLOW DULU AKUN SEBELUM MEMBACA! ] ⚠️ Welcome to Toxic Relationship ⚠️ Tentang per...
1.1K 281 7
[ACTION - ROMANCE] [FRIENDSHIP - LOVE] Arunika sebatang kara, hanya ditemani dua Adik laki-lakinya. Dan dua teman yang hanya dianggap sebagai rekan b...
PRICELESS By sannn__

Teen Fiction

972K 48.1K 47
⚠️17+ Arrion artinya mempesona. Kedatanganya sebagai siswa baru pernah menggemparkan sekolah pada masanya. Nyaris semua cewek disekolah menyukai dan...