That's OkA!

By Camamello

1.5K 1K 1.1K

[Jangan lupa follow dulu sebelum membaca] _____ "Ini diluar kendaliku, aku hanya bisa menunggu dan melepaskan... More

[Chapter 1] Cowok dan Coach
[Chapter 2] Muka Kamu Tuh!
[Chapter 3] Dibawah Pohon Ameline
[Chapter 4] Lovey Dovey dan HTS
[Chapter 5] Ke Tempat Kak Jo
[Chapter 6] Bimantara dan Oka
[Chapter 7] Kamu Masih Marah?
[Chapter 9] Masalah Orang-orang Brengsek
[Chapter 10] Laptop, Sekolah, Busuk?

[Chapter 8] Gavarato

104 57 72
By Camamello

There's no one like us ... Gavra, Invato, Socrato in omnia paratus!


Bel sekolah yang berbunyi dengan kencangnya itu membuat Oka CS berlarian kocar kacir dari warung Bu Dodot saat melihat satpam sekolah—Pak Barjo—yang sudah menutup gerbang belakang sekolah dengan rapat.

"Woi Gavarato! Masuk gerbang!" Oka bepaling dari tujuannya dan berbalik sambil melambaikan tangannya dengan mantap.

Gavarato, terdiri dari angkatan Gavra dari kelas duabelas, Invato dari kelas sebelas, dan Socrato dari kelas sepuluh—yang menyatu dalam satu kesatuan pada Gavarato. Solidaritas ini telah berlangsung tak lama sejak SMA Bina Nusantara berdiri. Tujuan awal dibuatnya Gavarato ialah untuk mempertahankan SMANATARA dari pengaruh paham penjajahan pada masa itu.

Namun kini, Gavarato masih tak beralih fungsi meskipun 'solidaritas' ini lebih berfokus pada hal yang 'lain'.

"Sialan!"

Entah kenapa hari ini bel tidak berbunyi tepat pada pukul 07.00 untuk menandakan pada murid-murid SMANATARA bahwa kegiatan belajar mengajar sudah dimulai. Biasanya gerbang di tutup pada pukul 07.30—karena bel sekolah rusak atau apa, tetapi Oka CS juga tidak ada yang mengecek jam pada ponselnya.

"Lo semua gimana sih?!" Oka berlari kalang kabut setelah mengabari anak-anak yang masih ada di warung Bu Dodot saat gerbang itu telah ditutup rapat oleh Pak Barjo.

"SALAHNYA DAMAI!" tukas Mario yang tak ingin disalahkan. "Sa sudah suruh dia cek jam berapa."

"NGIBUL SI MARIO!"

"EMANG BENER EGE!" Davin tak serta-merta membela Damai. "Gue lihat Lo malah nge-like konten tiktok cewek!"

Oka mendengus dengan kesal lalu menendang gerbang sekolah itu dengan kaki kanannya hingga besi-besi tua itu berderit dan menciptakan suara menggelegar.

"Ayolah, Pak Barjo ... Kita udah sampai di gerbang," ujar Oka sedikit memohon.

"Et dah bocah," Pak Barjo menyodorkan tongkat rotan panjangnya ke luar gerbang untuk melepaskan tangan Mario dan Damai yang mengguncang-guncangkan gerbang sekolah. "Telat mah lima sepuluh menit ... Lo pada terlambat tigapuluh menit."

"Emang niat bolos aja mereka, Pak." Davin berpangku tangan dan berpindah dari berdiri disebelah Oka CS, kini berdiri di sisi Pak Barjo.

"Lo pihak mana sih, tolol!" Mario menjitak kepala Davin cukup keras hingga Davin mengaduh dan berjalan kembali ke sisi mereka.

"Sok-sokan challenge sehari tanpa HP, malah jadi telat gara-gara Damai lupa ngecek jam," ujar Mario kembali menyalahkan Damai.

"Gue lagi, gue lagi ... Emang gue tempatnya salah dan khilaf." Damai mendengus dengan wajah melas yg membuat Davin ingin memukulnya.

"Anak Gavra kita-kita doang?" tanya Oka yang diberi anggukan oleh Mario.

"Anak Invato?"

"Gue nggak lihat satupun anak Invato di warung Bu Dodot," Damai berbicara dengan akrab pada Oka tetapi seolah baru menyadari jika beberapa hari lalu ia bermasalah dengan Oka, Ia langsung berdehem dan sok menggunakan nada sinis pada Oka. "Gue denger angkatan mereka lagi persiapan penilaian pentas seni."

"Oh! Pantes gue lihat anak Invato berangkat pagian!" tambah Davin dengan antusias.

"Anak Socrato gimana?"

"Ada sih Ka, tadi gue lihat mereka juga nongrong dan beberapa sarapan di warung Bu Dodot." Mario mencoba melirik kembali warung Bu Dodot meskipun sudah terlihat sangat sepi disana seolah-olah anak-anak kelas 10—anak-anak Socrato—menghilang begitu saja.

Oka CS terus mondar-mandir di gerbang belakang sekolah sambil terus memikirkan cara untuk masuk. "Ini ada yang lihat Dodot?" tanya Oka saat ia menghitung bahwa mereka semua hanya ada 4 orang-dimana seharusnya hari ini ada 5 orang.

"Paling telat lagi-" Belum selesai Davin berucap, tiba-tiba ada motor Bobber yang melesat disebelahnya seolah hampir menyerepet Davin dan langsung memarkirkan motornya di pinggir jalan. Pengemudinya langsung melepaskan helmnya lalu menitipkannya ke warung Bu Dodot dan terburu-buru berlari menghampiri mereka.

"WOI!"

Mereka semua—kecuali Davin—langsung menengok kearah cowok yang berteriak itu. Menggunakan seragam batik hari Rabu yang begitu kusut seolah baru diambil dari laundry dan begitu melepaskan helmnya, rambut cowok itu tak kalah kusut dan berantakan seperti seragamnya.

"Gue telat ya?" ujar Dodot yang langsung memegang bahu Oka sambil ngos-ngosan dan mengipasi dirinya dengan buku yang ia keluarkan dari tasnya sebagai kipas. Dadanya kembang kempis dan tangannya masih gemetaran setelah menggeber motor Bobber nya melintasi Jakarta dengan kecepatan 100 km/jam.

"Nggak usah sekolah sekalian Lo." kesal Oka sambil melirik Dodot dengan tajam.

"Gue lupa ambil seragam gue yang dipinjem adek kelas anjir-" Dodot mengeriyit saat melihat teman-temannya yang menggunakan baju putih abu-abu. "LOH? Kok Lo semua salah seragam?"

Mario dan Damai tertawa terbahak-bahak saat melihat penampilan Dodot. Tak hanya seragam, ternyata sepatu yang Dodot gunakan juga keliru karena ia menggunakan sepatu berwarna merah menyala yang seharusnya digunakan hari Rabu saat sekolah mengizinkan menggunakan sepatu bebas—sedangkan hari Senin harus menggunakan sepatu hitam.

"Lo yang salah ege!"

Dodot mendecak kesal sambil melihat ke sekitar. Wajah masamnya berubah seketika saat pandangannya berhenti pada sosok Oka. "Ka, Lo selalu bawa celana abu-abu lebih hari ini, di jok, 'kan?"

"Oh iya tuh, Selasa kan Si Oka latihan basket, jaga-jaga kalau kotor," ujar Davin yang membuat Dodot lega.

"Ya tapi ukuran gue gedean dikit-"

"Sabodo teuing aing, yang penting gak ketangkap atau dilihat Koh Rauf udah syukur banget gue, Ka!"

Oka mengangguk setuju, tangannya merogoh sesuatu dari dalam tasnya untuk mengeluarkan celana abu-abu yang bersembunyi di suatu tempat didalam tasnya. Baru saja Oka mengeluarkan celana itu, Dodot langsung menyambar tangan Oka dan memakai celana itu saat itu juga tanpa melepas celana putih khas hari Rabu yang sedang ia pakai saat ini.

"Aduh ... Tinggal kemeja gue ..."

Saat sedang mengeluh, Damai menepuk pundak Dodot sambil melirik Pak Barjo dengan tatapan konyol Damai.

"Pak Barjo!"

Dodot langsung menghela nafas dengan syukur saat melihat seragam satpam Pak Barjo yang berwarna putih dan mirip dengan seragam mereka—meskipun memiliki dua kantong di dada kanan dan kirinya.

"Ape?"

"Pak, saya tahu Pak Barjo suka 'kan sama Bu Dodot ... Janda geulis pisan euy!" Dodot berucap sambil mengacungkan jempolnya dan membuat Pak Barjo sedikit gusar.

"Emang Pak Barjo nggak tau kalau alasan Bu Dodot dipanggil Bu Dodot karena apa?" Dodot melambai hingga ahirnya Pak Barjo mendekat. "Ya karena Dodot favoritnya Bu Dodot Pak ... Jadi kalau saya bilang ke Bu Dodot, Bu Dodot pasti bakal pertimbangin lagi soal Pak Barjo ..."

"Ck ... Bocah sedeng ..."

***

"LO SEMUA HARUS BERTERIMA KASIH KE GUE!" Sambil berlari, Dodot mengancingkan seragam satpam yang ia 'pinjam' dari Pak Barjo.

Mereka semua berlari kocar-kacir kebelakang parkiran sekolah-setelah berhasil mensabotase Pak Barjo-sambil mengecek apakah ada Pak Rauf disekitar kantin karena biasanya guru tua itu berkeliaran disekitar daerah rawan bolos—apalagi hari Selasa ialah hari piket guru yang selalu mengalungi peluit kemana-mana itu.

"Gimana, Ka? Aman?" tanya Mario sambil menunduk dibalik motor saat Oka memantau keadaan kantin yang sepi.

"Aman."

"Damai, aman?" tanya Mario pada Damai yang mengintai dari arah parkiran kalau-kalau Pak Rauf muncul begitu saja dari sana.

"Aman cincay!"

Saat Damai mundur beberapa langkah untuk menghampiri Mario, tiba-tiba ada sesuatu yang menabrak Damai cukup keras hingga ia terpental dan kepalanya mengenai standar motor—tempat Oka CS bersembunyi.

"ADUH!"

"Shhh!" desis semua orang disana dengan kesal pada Damai.

"Waduh, maaf bang!" ujar salah satu cowok-cowok yang menabrak Damai-yang ternyata itu adalah Poco bersama dengan Abby, Dana, dan Ael.

"Tunanetra ya Lo pada?!" pekik Damai dengan berbisik.

"Darimana Lo pada?" tanya Oka sambil menatap mereka semua.

"Puter balik," ujar Ael sambil menunjuk kearah parkiran dengan dagunya. "Abis ketemu Kokoh segala umat."

"What?! Koh Rauf disana—"

"Cuma ke toilet, paling gara-gara toilet guru penuh," potong Abby dengan cepat saat menyadari kepanikan Davin.

"Ini emang boleh anak OSIS join Gavarato?" Mario dengan bingung menghampiri Dana dan menunjuk ke arah Dana seolah mencoba memastikan bahwa ingatan Mario tak salah—bahwa Dana ialah anak OSIS.

Beberapa waktu lalu, semenjak masalah supporter Bimantara yang merusuh saat Bimantara membawa golden ticket, Gavarato tak lagi diizinkan beroperasi karena kebanyakan perusuh itu berasal dari Gavarato-terutama Invato. Semua bendera, stiker, atribut, atau bahkan jaket yang mengandung unsur Gavarato akan disita oleh sekolah.

MPK dan OSIS selaku pemegang kekuasaan siswa tertinggi, tentunya telah diperingatkan sekolah untuk segera membersihkan sesuatu yang berbau 'Gavarato' dan sudah menjadi rahasia umum jika organisasi penegak disiplin seperti MPK dan OSIS menjadi musuh bebuyutan Gavarato.

Maka dari itu, mereka semua terkejut saat melihat Dana-yang merupakan anggota OSIS-masih berani bergabung dengan Gavarato.

"Yaelah, bang ... OSIS ya OSIS, gue ya gue ..." ujar Dana dengan santainya sambil mengedikkan bahunya dengan cuek. "Lagian Felix juga OSIS tapi Bang Mario selaw aja tuh."

"Felix dari awal masuk OSIS emang niatnya mau jadi mata telinganya Gavarato, lah Lo gimana?"

"Biarin aja Mar, paling nanti di kick dari OSIS doang," ujar Dodot dengan gelak tawa.

"Wuish! Ya jangan lah, Bang! Susah masuknya."

"Ya Lo juga maruk ... Udah tau OSIS sama Gavarato nggak akur."

Saat Dodot dan Dana sibuk mendebatkan soal OSIS dan Gavarato, mata Mario menangkap seseorang yang berdiri dibelakang Oka dalam diam sambil menatap 'pertengkaran' kecil mereka.

Seorang cewek berambut panjang dengan poni yang dibelah tengah lengkap dengan bando polos berwarna putih sebagai aksesorisnya. Cewek itu menggunakan rompi berwarna biru tua dengan simbol OSIS di dada kirinya sambil membawa papan dada berwarna biru lengkap dengan pena dipelukannya.

"Loh? Bukannya itu si Berryl? Cewek yang Oka ceritain?" tanya Mario dengan sumringah.

Mario langsung menghampiri Berryl dan meninggalkan teman-temannya yang menatap Berryl dengan horor.

"Oh ... Ahirnya Oka ngajak OSIS gabung ke Gavarato lagi selain Felix sama Dana." Mario merangkul Oka dengan mantap dan dilengkapi gelak tawa tentunya.

Sedangkan Berryl masih menatap mereka semua salam diam dan kebingungan.

Dodot yang awalnya panik bahwa Berryl akan melaporkan Gavarato yang ketahuan terlambat, ahirnya bisa bernafas lega. "Oka emang seneng bikin kita jantungan ya ... Bisa-bisanya nyuruh Berryl Dateng bantuin kita tapi nggak info ke kita ..." kata Dodot dibarengi gelak tawa penuh percaya diri.

"Iya juga! Ini temennya ayang Viviane waktu itu kan?" Davin ikut bergabung disebelah Oka yang masih diam mematung. "Kaget banget ketemu OSIS, mana ketemunya langsung sama anggota sie wawasan kebangsaan dan kedisiplinan."

"Eh taunya anak Gavarato," lanjut Davin.

"Yakin Lo semua Berryl masuk Gavarato?"

Pertanyaan Damai, membuat mereka semua terdiam.

"Oka ..." ujar mereka semua dengan kompak sambil menatap Oka dengan lirikan mata yang horor.

"Sumpah, gue nggak ngajak Berryl."

Seolah petir di siang bolong, mereka semua menatap Berryl yang sedang mencatat sesuatu sambil memperhatikan nametag yang berada di seragam masih-masing dari mereka—kecuali Dodot yang saat ini meminjam seragam Pak Barjo.

"Terlambat?" ujar Berryl dengan nada sedikit mencemooh pada Oka yang mendecak kesal.

"Berryl—"

"Berryl!" pekik Dana yang memecah kerumunan untuk menemui Berryl. "Please ... Kita temen sekelas dan seorganisasi, 'kan?"

"Jangan laporin kita-kita, ya?"

Berryl meringis dan sedikit menimang keputusannya karena bagaimanapun jika Dana ketahuan, maka nama baik OSIS akan tercoreng. Namun, Berryl menjadi yakin saat melihat CCTV yang berada di ujung parkiran dan di lorong tempat mereka bersembunyi.

"Tapi nggak gue laporin pun ..." Berryl menunjuk kedua CCTV itu dengan pena nya dan sontak membuat cowok-cowok itu bersorak 'woo' dengan kompak.

"Apes gue berganda mulu perasaan," ujar Dodot sambil melempar tasnya ke tanah meskipun ahirnya ia memungutnya kembali.

Abby yang juga merupakan teman sekelas Berryl, melirik Berryl lalu sedikit mendekat ke arahnya dengan angkuh. "Abis ini kita dibawa kemana?"

Suara Abby begitu datar dengan lirikan mata yang tak tertarik sama sekali. Mulutnya memang berbicara pada Berryl tapi tubuhnya menolak membalikkan punggung untuk lebih mencurahkan atensinya saat mengobrol dengan cewek setinggi 160 cm itu.

Berryl mengedikkan bahu dengan cuek. "Tumben banget mau bicara sama gue," ujar Berryl dengan nada angkuh yang sama.

"Woo! Nggak ditangkap Koh Rauf, malah dipergokin OSIS sie kedisiplinan," ujar Poco dengan kesal sambil mengikuti teman-temannya.

"Udah gitu ketangkap CCTV," Ael menendang-nendang batu yang ada disepanjang jalannya. "Sejak kapan coba ada CCTV disitu ..."

Mereka semua berjalan menuju lapangan dan sudah terlihat dari kejauhan ada beberapa siswa yang didominasi laki-laki sedang berdiri di pinggir lapangan bersama Pak Rauf yang sudah memulai 'khotbah'nya.

Namun, Berryl menyaut tangan Oka sehingga cowok jangkung itu menghentikan langkahnya saat tanpa sadar jika ada seseorang yang mendengar pembicaraan mereka.

"Kak Oka, ikut sama saya."

"Keluar Lo."

Continue Reading

You'll Also Like

3.8M 88.7K 141
Soon to be Published under GSM Darlene isn't a typical high school student. She always gets in trouble in her previous School in her grandmother's pr...
Riptide By V

Teen Fiction

331K 8.4K 118
In which Delphi Reynolds, daughter of Ryan Reynolds, decides to start acting again. ACHEIVEMENTS: #2- Walker (1000+ stories) #1- Scobell (53 stories)...
Lucent By ads ¡¡

Teen Fiction

181K 4.2K 18
lucent (adj); softly bright or radiant ✿ ✿ ✿ My brother's hand traces the cut on my right cheek for some minutes. I have no idea how a cut can b...
83K 285 13
As the title says