Become Stepmother

By Inidetsara

68.1K 4.1K 178

Area transmigrasi Jadi ibu tiri?! Woah daebak sekali jinja! Bahasa kasar๐Ÿ™ Apakah itu artinya aku sudah me... More

Proloug
CHAPTER 1
Chapter 2
chapter 3
chapter 4
Chapter 5
chapter 6
Chapter 7
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25(End S1)

chapter 8

2.5K 130 23
By Inidetsara

Happy Reading 💜

•••••••
••••••
        •••••       
          ••••         
•••
••
💜
••
•••
••••
•••••
••••••
•••••••
••••••••

Eh?! Kenapa... Aku disini? Kenapa aku sedang mengetik?

"COK! ZAYDEN GUE! ZAYDEN GUE!"

"Kenapa lagi lu?"

Zayden? Mereka lagi ngomongin Zayden? Siapa ya, mereka? Kok kayak kenal suaranya.

"ZAYDEN GUE LAGI SKARAT BUTUH NAFAS BUATAN GUE! HUHUHU"

"Mesum lu ye! Kagak baik begitu lu, udah nanti aja galau nya. Kalau bos denger ngamuk ntar! Gue juga kena imbas nantinya!"

"OMAIGAT! ADA CHAPTER BARU NIH BARU LIRIS LAGI!"

"Emang dasarnya cerita fiksi ya, masa ada nama bunga Vrecella, sih. Aneh, deh"

"Ya namanya juga cerita, lah. Gitu aja dianggap serius, sih. Baperan lu, mah!"

"Yeee sembarangan! Ih sweet banget gak sih! Cowoknya lindungin si tuan putri eh tuan putrinya juga nyelamatin pangerannya aaaaaa... Iri gue cok!"

"Hadeh... "

Rasanya aku tidak asing dengan percakapan ini. Percakapan saat aku sedang bekerja dikantor. Mereka berdua memang sering bergosib. Ditambah mereka bekerja berdampingan. Serunya punya teman yang bisa diajak berbagi cerita. Eh? Apa aku ngiri? Bentar-bentar...

Kenapa tubuhku terus bergerak sendiri, sih? Kenapa juga aku tiba-tiba balik kemasa ini? Kepalaku berdenyut lagi. Bangke emang!

"Arabell... "

Suara apa tu? Macam hantu je.

"Arabell... "

Arabell...

Arabell..

Arabell







"HAH!?"

Matanya terbuka lebar saat tubuhnya seakan ada yang menarik paksa untuk bangun. Ia terengah-engah dengan wajah yang dibasahi oleh keringat dingin.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya seseorang dengan raut yang bingung. Pasalnya sudah sedari tadi ia menyaksikan Arabella terus mengingau tidak jelas. Jadi dia mencoba terus untuk membangunkannya tadi.

"Aku udah wisata masa malu... Rasanya sangat membagongkan... " Gumamnya dengan menundukkan kepala. Ia merasa kepalanya masih berdenyut sakit. Seperti tertusuk-tusuk jarum, anjay.

"Ehm... " Orang itu bergumam pelan seakan menahan ucapannya yang hendak ia ungkapkan.

"Ah tuan Duke! Bagaimana keadaan Zayden? Dia udah mendingan belum?" Tanyanya di sela-sela keheningan.

Duke terdiam beberapa saat sebelum ia menjawab dengan lesu. "Ya, keadaannya tidak ada yang berubah. Dia bahkan, semakin cukup parah..." Katanya dengan sorot mata yang sendu. Ia tak bisa berbohong untuk perasaannya saat ini.

Arabella menghela nafasnya pelan lalu merebahkan tubuhnya lagi. Ia termenung memikirkan mimpi yang tadi. Apakah mungkin mimpi itu sebuah petunjuk?

"Em... Tuan Duke, apa anda tau bunga Vrecella?" Tanyanya.

Wajah Duke yang tadinya sedikit datar berubah menjadi terkejut. Ia menatap Arabella dengan tatapan tajam tak percaya. "Apa maksudmu?! Darimana kau tau soal bunga itu?!" Katanya dengan ekpresi yang sulit diartikan.

"Hah? Apa sih ga jelas malah masang muka ngambek" Arabella meringis ketika ia mencoba untuk duduk.

"Apa kepalamu terus-menerus merasa sakit?" Tanya Duke lalu menetralisirkan mimik wajahnya datar lagi.

"Mana Ath?" Arabella balik bertanya ketika ia merasa aneh Athlano tidak berada disampingnya seperti biasa.

"Dia sedang berlatih pedang"

"Oh"

"Arabell... "

"Naon?"

"Ah... Hm" Duke terdiam dalam tak mengerti. Ia hanya menatap Arabella dengan sorot mata yang lurus.

"Kamu kenapa? Sini-sini cerita" Arabella mempersilahkan Duke duduk dipinggir kasurnya. Duke pun menurut. Namun ia masih terdiam.

"Gapapa, aku dengerin kok. Gak usah malu-malu" Arabella mencoba menghangatkan suasananya yang dirasa canggung.

"Aku hanya... Ingin... Kita... Ehmm... " Duke menghentikan ucapannya. Ia merasa pipinya memanas namun ia mencoba menahanya. "Berlaku seperti suami istri sungguhan" Ucapnya dengan wajah yang berusaha tetap datar. Arabella mengedip-ngedipkan matanya heran.

"Hah?"

"Tidak! Maksudku, jika kamu ada sesuatu yang mau dibicarakan denganku, maka bicaralah dengan jujur. Begitu... Bukankah suami istri harus saling terbuka satu sama lain?" Duke menutupi pipi merahnya malu dengan tangan memijat pelipis. Ia tidak sanggup jika harus melihat reaksi Arabella saat ini.

"Hm... Oke" Jawab Arabella santai membuat Duke semakin malu karena ia merasa sudah bertingkah bodoh dihadapannya.

"O-ke?" Duke bingung dengan jawaban Arabella. Ia kemudian menoleh menatapnya dengan perlahan.

"O-KE! Iya!" Arabella menganggukkan kepalanya dan tersenyum lebar dengan jempol tangan terangkat didepan wajahnya membuat Duke reflek mengikuti gerakannya juga.

"Ah... O-oke... "

Arabella terkekeh geli melihat Duke yang kaku mengikuti gerakannya.

"J-jangan tertawa! A-aku hanya tidak sengaja menirumu!" Ucap Duke gelagapan.

"Cieee salting om" Goda Arabella. Ia semakin ingin tertawa. Namun ia sedikit menahannya ketika melihat wajah Duke yang memerah.

"Waduh... "

"Aku keluar dulu. Kamu diam saja disini. Aku akan memanggilkan pelayan untuk mengatarkanmu sarapan. Dan... Katanya dayang kesayanganmu akan kembali dalam beberapa hari lagi, cutinya sudah mulai berakhir" Duke pun melenggang pergi keluar dari kamar Arabella dengan cepat.

"Singkat, padat, jelas. Verry simple" Arabella pun bangun menuju balkonnya. Seketika angin yang cukup besar menerpa wajahnya.

"Woaah segar dingin sekali" Ucapnya dengan tubuh sedikit menggigil. Ia berjalan menuju pagar balkonya dan melihat hal-hal yang ada dibawah sana.

"Wah! Itu Ath! Beneran lagi latihan pedang dong! Eh... Tapi... Kenapa? Apa mungkin... " Pikir Arabella.

"Masa iya bocil disuruh lawan monster gede, ah ngaco!" Arabella pun menatap sekitaran lagi.

'IBU!'

Tak disangka Athlano yang tengah berlatih memanggilnya dari kejauhan tanpa menghentikan latihanya.

"Eh? Ath! Awas!" Teriak Arabella ketika ia melihat lawanya hendak menyerang Athlano. Dan ya benar saja, Athlano kena sebuah serangan itu hingga latihan pun diberhentikan.

"Waduh... Ga bahaya ta?" Arabella bingung. Perutnya lapar, tapi dibawah sana anaknya tengah menangis. Alhasil, sebagai seorang dewasa sekaligus ibu, Arabella pun harus mengalah dan turun ke bawah dimana Athlano berlatih.

"Maafkan saya Duchess! Saya tidak sengaja!" Ucap sang pelatih dengan menundukkan kepalanya sangat rendah. Arabella pun menatap Athlano yang sedang berkaca-kaca dengan keningnya yang terluka. Ia sedang diobati pelayan yang kebetulan ada disana.

"Ath, kamu gapapa?" Tanya Arabella. Athlano mengangguk.

"Sir, anda seharusnya meminta maaf kepada tuan muda juga, bukan hanya saya" Katanya dengan sedikit tegas.

"B-baik! Tuan muda kedua! Mohon maafkan ketidak telitian saya!" Ucapnya dengan wajah tertekan. Mungkin karena ia merasa harga dirinya terluka karena harus meminta maaf kepada seorang anak kecil.

"Tapi ini sepenuhnya bukan hanya salah saya Duchess, kalo tuan muda kedua fokus hal ini tidak akan pernah terjadi" Lanjutnya lagi seakan ia memberi nasihat yang paling baik. Dan sebenarnya ia tak mau terlalu disalahkan.

"Sir, Ath masih kecil. Seharusnya anda tidak terlalu memukulnya dengan keras saat berlatih"

"Maaf Duchess, saya hanya melakukan hal yang biasa"

"Biasa? Apa kau juga melakukan hal itu pada Zayden?!" Kini Arabella mulai emosi. Ditambah kondisi perutnya yang sedang lapar.

"T-tidak... Maksud saya bukan begitu... Tolong jangan salah faham menilai saya Duchess!" Ucapnya dengan menundukkan kepalanya lagi.

'Dasar Duchess tidak tau diri! Tau apa kau soal latihan pedang?! Kau saja dulu sering menyiksa anakmu! Sekarang kau marah-marah pada kami?! Dasar Duchess gila!' Batinya dengan aura penuh dendam. Ia memang cukup membenci Arabella karena sikapnya dahulu sangat semena-mena padanya.

Kruuuuyuk

"Ah... Perut sialan!" Gumamnya menahan malu.

"Ibu belum makan?" Tanya Athlano dengan mata, hidung dan pipi merah karena sudah menangis.

"Hm... Mari temani ibu makan" Ajaknya. Athlano pun segera menghampirinya dan menggenggam tangan Arabella dengan kembali ceria.

"Sir, lain kali, tidak usah terlalu menyalahkan orang lain juga. Dan terlepas dari sikapku dulu padamu, tolong jangan melampiaskannya pada anaku mulai sekarang, saya permisi"

'Apa katanya?! Dia benar-benar gila! Meskipun aku memaafkanmu, luka dihatiku takan pernah sembuh walau kata maaf keluar dari mulut busukmu! Dasar Jalang sialan!' Batinya cukup emosi namun ia menahannya.

"Aku benci wanita licik itu" Ucapnya pelan pada pelayan yang menyimak tadi.

"Tidap apa-apa, ada banyak orang yang membencinya. Jika kita ingin menyingkirkannya, bisa dilakukan dengan mudah dan cepat" Jawab pelayan itu dengan tersenyum miring.

"Lalu... Kenapa tidak dipercepat saja? Aku mulai muak!"

"Bersabarlah... Kami tengah merencanakan sesuatu untuk keluarga Duke ini... Hihihi" Pelayan itu terkikik pelan seperti mbak kun. Ia terlihat sangat begitu senang.

"Apa kau yakin?"

"Seharusnya berjalan sesuai rencana" Pelayan itu menatap kastil Duke dengan tatapan dalam dan tajam seakan seseorang yang dipenuhi dendam yang sangat mendalam. Sedalam samudra.

"Tunggu, kau bilang keluarga Duke?! Ingat ini, aku hanya tidak menyukai perempuan itu, jadi jangan pernah macam-macam kau pada tuan Duke!" Ancamnya ketika melihat ada yang tidak beres dengan pelayan itu.

Macam tak betul je budak ni

••••••

"Ibu?"

Arabella kemudian menoleh cepat pada seorang anak laki-laki yang berada didepanya. "Ah, iya? Kenapa?" Tanyanya. Anak laki-laki itu hanya menggelengkan kepalanya dengan bibir cemberut.

'Apa ibu masih memikirkan Zayden? Padahal aku juga sama-sama sedang terluka. Aku harus segera membuat Zayden bangun agar ibu berhenti memikirkannya.' Batinya sembari diam-diam memperhatikan Arabella.

Disamping itu, Arabella terus teringat pada luka yang didapat Zayden. Perutnya terkoyak seperti digigit oleh monster yang ganas dan brutal. Lukanya cukup besar dan lebar. Belum lagi luka dibagian tubuh lainya. Arabella hanya bisa terus meringis ngilu ketika mengingatnya.

'Ini salahku... Mungkin bukan juga, sih... Tapi, jika saja aku sedikit memperingati mereka... Apa bakalan ada yang berubah? Belum tentu! Aku harus fokus pada pengobatannya aja sekarang! Pasti ada sesuatu dibalik mimpi bunga Vrecella itu! Aku harus cari tau tentang bunga itu!' Batinya sembari makan.

"Tapi.... Bukanya... Niskala ya, yang bawain bunga itu mungkin?" Gumamnya. "Ho! Kejadian epic ini langsung aku saksikan?! WAW! SANGAT DAEBAK!" Arabella tak sengaja mengatakannya dengan cukup lantang membuat orang-orang yang berada disana kebingungan bukan main.

"Ah haha... Maaf haha.... Hehehe" Arabella tertawa kikuk lalu mulai melanjutkan makanya lagi dengan berusaha tenang.

'Kenapa ibu bersikap aneh lagi, ya?' Batin Athlano sembari terus memperhatikannya. Arabella yang sekarang terlihat cukup senang karena ia terus-menerus tersenyum sendiri padahal beberapa saat yang tadi ia terlihat begitu murung. Perubahan suasana hati yang begitu cepat bagi Athlano.

Yah... Begitulah perempuan

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

805K 84.1K 57
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
760K 72.4K 42
๐‘ซ๐’Š๐’•๐’†๐’“๐’ƒ๐’Š๐’•๐’Œ๐’‚๐’ J. Alexander Jaehyun Aleron, seorang Jenderal muda usia 24 tahun, kelahiran 1914. Jenderal angkatan darat yang jatuh cinta ke...
90.6K 12.8K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
285K 22.1K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...