VERZANDRA PUTRA

Galing kay Norvielus

2.9K 182 30

"Tokoh istimewa di masa putih abu-abu" '•──────────────────────'• Namanya Putra Seorang laki-laki berbadan t... Higit pa

1. ⎙ Awal baru ⌕
2. ⎙ Pertemuan ⌕
"Pengenalan Visual tokoh?"
3. ⎙ Ke UKS aja ⌕
4. ⎙ Confess ⌕
5. ⎙ APOTIK ⌕
BUKAN BAB 6
6. ⎙ Pacaran? ⌕
7. ⎙ Putra DISPEN ⌕
8. ⎙ Elus kepala kamu ⌕
9. ⎙ Ambigu ⌕
10. ⎙ Lambang V3 ⌕
11. ⎙ Konflik 1 ⌕
12. ⎙ Konflik 2 ⌕

13. ⎙ Hari Kartini ⌕

113 2 0
Galing kay Norvielus

BAB 13.

"The Level of pain adalah, ketika mendengar cerita bahwa orang yang kita cintai sedang mencintai orang lain"

✎ Tritania Salsabila
(Intan Tri Kurniati)

Setibanya dirumah, Putra langsung melempar tas nya sembarangan. Ia merogoh ponselnya cepat, dan membuka aplikasi WhatsApp miliknya. Sampai saat ini pun Nela belum mengirimkan pesan apapun, begitu juga dengan Arul.

Sebenarnya apa yang mereka berdua bicarakan tadi? dan kenapa Nela tidak menceritakan apa-apa?
Jika putra ingin bertanya sendiri, pasti sudah ia lakukan dari tadi. Tapi entah kenapa dia tidak ingin melakukan itu sekarang. Perasaan nya masih dibalut rasa kesal.

Ting!

Ia melihat 1 pesan masuk dari grub kelas nya. Itu pesan dari bendahara mereka, Bella.

Oh iya,

Sebentar lagi hari kartini, tapi kenapa mereka para Osis belum ada arahan dari Pak Jon?

Sepertinya setelah ini, Putra harus mendiskusikan hal ini bersama Camelia dan rekan Osis nya yang lain.

Muncul satu pesan lagi dari Bella

Gak habis pikir - Putra

Tapi kalo ada band sekedar buat hiburan sih lumayan. Mungkin nanti dia bisa diskusikan hal itu juga dengan Pak Jon.

Sementara itu Putra mengabaikan kericuhan teman-temannya di grub, ia makin tidak sabar antara menunggu Nela atau dia sendiri yang bertanya langsung. Ia sudah bertanya ke Arul, tapi sesuai janji Arul pada Nela ia tidak akan memberi tahu Putra tentang masalah itu.

Ya sudah mau gimana lagi...

Akhirnya Putra mengalah dan bertanya langsung pada Nela.

>>>

Nela saat ini tengah di kamarnya, dirinya stress memikirkan permintaan Nabila yang tiba-tiba menyuruhnya ikut serta dalam lomba baca puisi.

"Nel, katanya lo bisa baca puisi?"
"Kalo gitu lo aja deh yang ikut lomba! Oke?"

Begitulah pesan dari Nabila.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi, Ada pesan masuk dari Putra. Saat melihat pertanyaan yang di ajukan Putra dari pesannya, Nela mengerti bahwa Putra menginginkan penjelasan nya

Lah?

Nela mengerutkan keningnya, apa Putra tidak percaya? Padahal dia sendiri sudah melihat percakapan Nela dan Arul saat itu.

Nela kembali mengetik, memberikan penjelasan lebih lengkap.

Aduh, susah ini - Nela

(note) : versi AU WhatsApp nya bisa di liat di ig @norvielus ya!

Mereka berdua menyudahi obrolannya. Dan Nela sekarang sibuk dengan pikirannya sendiri. Siapa yang
harus ia percaya? Ucapan Tania yang iming² soal "mba pacar" itu masih terngiang di telinganya, tapi penjelasan Arul juga telah menyangga pernyataan itu. Wajar jika Putra marah kalau begitu memang alasannya kan?

Apa masalah ini perlu di bahas lebih lagi? Atau Nela harus melupakan seakan tidak terjadi apa-apa demi perdamaian hubungan nya? Apa cara itu benar?

Hmm

Entah lah, baginya sesuatu yang masih terasa janggal tidak semudah itu untuk di biarkan. Tapi begini lah yang harus ia hadapi jika sekali lagi di bahas dengan Putra, seakan tidak ingin di perpanjang lagi oleh nya.

Jam sudah menunjukkan pukul 20.40, Nela sedari tadi sedang mengerjakan Pr Bahasa Inggris nya yang sedikit tertunda karna chat dari Putra, juga karna terlalu banyak memikirkan masalah ini. Hanya sisa dua nomor lagi.

Baiklah, kita coba untuk melupakan hal ini sementara. Mungkin perlahan, dirinya bisa memberikan kepercayaan nya pada Putra

"SIAP!"
Nela menutup bukunya tanda ia sudah selesai. Sekarang ia tinggal memikirkan jenis puisi seperti apa yang akan ia bawa nanti.
Aduh.. Nabila ada ada saja. Mana mungkin mental nya sekuat itu dengan status nya yang masih sebagai murid baru.

Pasti nanti banyak pasang mata yang tersorot pada Nela. Belum lagi bisikan para tetangga di belakang yang mempertanyakan soal dirinya.

Nela kembali melihat grub kelasnya, List yang sebelumnya kosong itu kini sudah terisi oleh beberapa nama temannya yang ikut serta dalam perlombaan.

Tentu saja bukan murni kemauan mereka, namun ada sedikit penekanan oleh Bu Sari. Lomba cipta puisi oleh Ayara Juliana, Story telling oleh Kayla Vallencia, dan Lomba baca puisi oleh Nela sendiri.

Secara bersamaan, Bu Sari tiba-tiba mengirimkan pesan japri pada Nela. Sedikit kaget, karna Bu Sari ternyata sudah menyiapkan 2 puisi untuk Nela dan keduanya tampak bagus, plus videoklip cara membawakan intonasi yang bagus saat membaca puisi tersebut. Bu Sari memintanya memilih salah satu dari puisi itu.

"Huaa! akhirnya.." Nela merasa lega karna telah mendapat bahan untuk ditampilkan, seakan semua bebannya terangkat begitu saja. Terimakasih kepada ibu wali kelas nya.

"Kalo begini sih gampang! Sehari mah udah beres!" Ucap Nela bersemangat, tapi..

Rasa semangat nya langsung ambyar. Ia sampai lupa memikirkan sesuatu yang penting!

Yang benar aja! Gimana nanti kalau gak boleh bawa teks saat tampil? Masalahnya puisi yang diberikan oleh Bu Sari lumayan panjang, apa lagi dibaca dengan intonasi yang wah! Bisa-bisa ia lupa dan mentok diatas panggung mendadak bisu.

Nela sudah bertanya pada Bu Sari mengenai hal ini, namun Bu Sari belum tau pasti seperti apa rinciannya. Yang jelas, semua sudah di atur oleh anggota OSIS dan Pak Jonathan selaku pembimbing OSIS.

Ya ampun

Berarti Nela harus bertanya pada Putra.

Selaku anggota inti dan wakil sekretaris dia pasti tau rincian mengenai lomba-lomba ini. Suatu hari sebelumnya, Putra pernah sibuk membuat suatu proposal. Nela sudah bertanya proposal apa itu, tapi Putra tidak memberitahu dan bilang "Rahasia" sambil tertawa.

Mungkin proposal yang dimaksud mengenai perlombaan di hari Kartini nanti.

Nela kembali membuka ruang chat Putra, dan bertanya soal boleh atau tidaknya membawa teks saat lomba nanti. Dan balasan yang Nela dapat sangat melegakan hati nya, ternyata boleh membawa teks tapi hanya bisa sesekali di lihat. Nela paham maksudnya

Namun, ia kembali penasaran. Dress code mereka nanti diharuskan memakai kebaya bagi perempuan, dan kemeja batik bagi laki-laki. Andai ada warna yang serasi, apa Putra mau memakai warna yang sama dengan nya?

Tapi bukankah Putra saat ini masih marah padanya?

Ah mana tau kalau belum di coba kan? Siapa tau marah nya udah reda.

Nela pun kembali mengirim pesan. Dan saat itu Putra menjawab kalau ia akan mengenakan batik hitam, alasannya biar ga gampang kotor katanya. Sementara punya Nela kebaya biru dongker. Sebenarnya masuk aja warna nya, tapi kurang serasi. Jadi Nela kepikiran bagaimana kalau warna merah?

Untung nya Putra juga punya warna yang serupa. Tapi yang bikin kaget adalah, Putra menyadari niat Nela yang sebenarnya ingin memakai warna yang sama dengan nya.

"Mau couple ya?" Begitu kata nya.

Dih kebaca banget ya anjir, jadi malu:"
-Nela

Alhasil mereka berdua berdebat soal pakaian yang mau di pakai nanti.

Putra sekarang benar benar stay pada ponselnya, karna ini cukup menarik perhatian nya. Sedari tadi mereka berdua sibuk melontarkan pendapat, sebenarnya ia juga ikut bingung kalau mengenai soal pakaian ia tidak ahli.

Kalau di pikir pikir, mau couple sesekali gak masalah untuk acara ini. Setidaknya hal itu bisa membuat Nela senang, pikirnya.

Ia belum melakukan apa-apa untuk gadis itu, mungkin ini sebagai permintaan maafnya untuk perihal tadi, kesannya ia seperti memarahi Nela. Padahal Putra tidak bermaksud seperti itu.

Ia hanya masih ragu, tapi mungkin setelah ini ia bisa perlahan-lahan terbuka. Berhubung beberapa teman-teman mereka sudah ada yang tau soal kedekatannya dengan Nela.

"HAHAHA" Pecah tawa nya saat Nela berkata mau pakai baju renang. Di tambah dirinya mengada-ngada soal ke sekolah pakai kolor dan Nela menyebut hari kartini cosplay tuyul.

Ada satu hal yang ia sadari. Hubungan nya dengan Nela selama ini sangat kaku di depan semua orang. Mereka tidak banyak berinteraksi, sampai-sampai banyak yang tak menyangka keduanya sudah lama dekat. Apa harus seperti ini lebih lama lagi?

Menjauhi pandangan orang-orang selanjutnya mungkin akan sedikit sulit. Dia hanya perlu menghilangkan rasa keraguannya.

"Mungkin perlahan, gue bisa mulai terbuka ke semua orang tentang hubungan kita"

***

Hari pun terus berlalu, hingga akhirnya memasuki hari H dimana acara memperingati hari Raden Ajeng Kartini di selenggarakan.

Seluruh warga sekolah tampil dengan indah pada hari ini dengan memakai kebaya dan batik yang beragam. Nuansanya sudah seperti di era tahun 1990an. Engga sih, lebih tepatnya kalo kata Devan "Kondangan berjamaah"

"Kondangan siapa ini? Kok tidak menyediakan rendang?" Muncul Devan yang baru keluar dari dalam kelas sambil membawa kamera nya. Lalu duduk bergabung dengan yang lain

"Lo gak dapat undangan nya ya?" Reano menyahuti ucapan Devan

Devan bingung "Engga, emangnya ada?"

"Ck, ada! Kan disitu tertulis, yang menyelenggarakan kondangan ga ada dana, miskin. Jadi ga ada prasmanan"
Ucap Reano santai, tak peduli reaksi teman-temannya seperti apa

Devan terkekeh geli "Haha, di korupsi ya?"

"Mulut lo anjir...!"

"Adehdeh.. sshh, sakitt huwaa!" Wajah Devan merengek layaknya anak kecil yang habis di marahi oleh mama nya, sambil mengusap pinggangnya yang sempat di cubit Mora.

"Bukan gue ya yang bilang" Reano berlagak tak tau apa apa

Teman-teman mereka hanya tertawa geli melihat tingkah keduanya yang terlihat realita dalam dunia parenting. Haha

"Btw ini lomba apa dulu yang pertama kali tampil?" Mora menoleh ke arah Bella

Bella mengangkat kedua bahunya
"Ngga tau tuh, kayaknya puisi deh"

"Ohh, yang baca puisi Nela kan?"
Belum sempat Bella menjawab Mora, Nela sudah berdiri di samping nya. Dirinya sedikit kaget

"Kaget gue, nih orang nya yang baca puisi" Bella sedikit menepuk pelan pundak Nela. Walaupun dibalik masker, tampak Nela tersenyum ke arah teman-temannya.

"Panggilan kepada pengurus OSIS! diharapkan menuju ke gazebo sekarang!"

"Arul mana? Ini kok speaker nya kenapa bisa kurang?"

"Mana Abimayu? Sama Putra?"

Suara pak Jonathan menggema dengan mic di tangannya.

Mendengar nama Putra di panggil, semua mata teman kelasnya menjalar kesana kemari mencari keberadaannya.

"Woi Put!! Osis di panggil!" Teriak Bella yang ternyata Putra sedang mengambil air minum nya di kelas.

"TUNGGU BENTAR PAK! PUTRA LAGI MINUM!" Bella kembali sedikit teriak agar pak Jon dapat mendengar nya.

Tak lama setelah melepas dahaganya, Putra keluar dari dalam kelas Menyusul rekan Osis nya, Ia sempat berpapasan dengan Nela, dan tersenyum hangat.

Cantik

Yah pada akhirnya, Putra memakai batik hitam dan membawa batik merah sebagai cadangan. Sementara Nela sendiri memakai kebaya warna merah.


Nela pun juga membalas senyuman itu. Tanpa sadar teman-temannya melirik satu sama lain sambil  ter senyam-senyum. Mereka menyadari eye contact yang Putra buat.

"Enak ya punya doi di kelas" Reano nyeletuk tiba-tiba, Nela menunduk menyembunyikan wajahnya yang hampir merona.

"Iri? Bilang boss!" Mora mengejek, langsung Reano tak merespon nya lagi.

Anak tengah ceritanya ngambek.

"Nel" Tania datang menghampiri Nela

"Kenapa Tan?"

"Foto yuk, sama kita" Tania ternyata juga membawa Ayara, Ersa, dan Zunaya bersamanya.

Nela mengangguk "Boleh tuh"

"Eh tapi, minta Devan aja yang fotoin. Dia kan bawa kamera, hasilnya lebih bagus daripada kamera hp" Jelas Tania, Nela pun mengangguk paham

"Dev, boleh minta tolong?"

Devan yang dipanggil pun menoleh "Tolong apa, Nel?"

"Tolong fotoin kita, boleh?"

"Oh boleh, 1 take 50rb yak, haha"

"Ihh enak aja! Mahal banget!" Suara Tania nyaring saat mendengar ucapan Devan

"Iya enggak dah, gue bercanda. Yaudah buruan atur barisannya"
Devan mulai memposisikan kameranya

"Eh, lo mau ambil foto apa latihan paskib pake acara atur barisan gitu?" Semua tertawa mendengar ucapan Reano.

"Ck, ya bukan! Maksud gue pose nya itu loh di atur"

"Ohh ngomong yang bener dong, kan jadi salto"

"SALFOK! Goblok!" Seru teman-temannya, tak habis pikir bisa-bisanya ada typo jika Reano bicara.

Devan menggeleng-gelengkan kepalanya, akhirnya setelah asik sibuk sendiri dengan berbagai angle dari kameranya. Dua foto berhasil di ambil

"Oke sip! Nanti fotonya gue pindahin ke hp pas udah pulang ya" Ucap Devan, lalu ia kembali ke rombongannya. Nela dan teman-temannya pun setuju.

Tak lama kemudian, acara pun di mulai dengan paduan suara sekolah mereka yang membawakan lagu Ibu Kita Kartini. Dan selanjutnya disambung dengan acara lomba pertama yaitu lomba baca puisi.

Banyak dari siswa/siswi ikut menonton, mengambil kursi mereka dari dalam kelas dan duduk didepan kelas masing-masing. Para guru juga ikut antusias menonton, bahkan beberapa dari peserta berhasil membuat suasana di sekolah terasa menegangkan, bulu kuduk merinding ketika mendengar intonasi yang mereka bawakan, sangat menyentuh hati.

Beda hal nya dengan Nela, bukannya menikmati acara. Ia malah tremor sendiri melihat beberapa peserta dari kelas lain begitu bagus pembawaan puisi dari mereka. Nela gugup, sangat sangat gugup.

"Nel, nomor peserta lo berapa?" Tanya Bella yang habis pulang dari kantin bersama Sheryl dan Mora.

Nela sedikit kaget karna ia sempat melamun, "Em–gue kurang tau, Bell. Nomor berapa ya?"

"Lah, emang gak di kasih tau ya?"
Mora ikut bertanya, Nela hanya menggeleng sebagai jawaban.

Nela melihat dari kejauhan, Putra sedikit berlari kembali menuju ke kelas. Tidak, lebih tepatnya ia berlari menghampiri Nela

Sedikit heran, kenapa seperti terburu-buru begitu?

Mengerti bahwa Putra akan kemari, Bella memberi kode pada Mora, dan Sheryl untuk pergi sedikit menjauh dari Nela. Mereka hanya akan memantau dari jauh

"By, kamu udah siap puisinya? Udah latihan belom?" Suara Putra sedikit pelan saat itu, yang mungkin hanya Nela yang bisa mendengar nya.

"Udah sih tadi baru sekali latihan, kenapa?" Nela agak penasaran

"Kamu nomor urutan ke 11, sekarang peserta nomor 7 yang tampil. Setelah itu Arul, Shenna, Camel, baru kamu"

"Latihan aja lagi biar nanti pas tampil kamu gak grogi, dan jangan lupa nanti maskernya di buka ya"

Penjelasan Putra membuat Nela menganga, Apa katanya barusan? Saat ini Peserta yang ke 7? Berarti sebentar lagi yang ke 8?

HEH??!

Nela langsung berdiri dari tempat duduk nya, dan kembali masuk ke dalam kelas untuk berlatih sekali lagi.

Putra pun ikut menyusul Nela ke dalam

"By? Kamu gapapa?" Putra bertanya karna ia ingin memastikan semua baik-baik saja. Untungnya mereka hanya berdua di kelas.

Nela menggeleng dan tersenyum, "Ngga apa-apa kok"

Seperti nya Nela mendapat serangan demam panggung saat ini.
Namun Putra mengambil inisiatif nya sendiri, ia menggenggam satu tangan Nela dan merasakan tangan itu sedikit basah dan dingin secara bersamaan.

Tapi kemudian Putra sedikit tertawa, ternyata Nela se tremor itu.

"Ih? Kenapa ketawa?" Nela dibikin heran lagi, padahal gak ada yang lucu

"Kamu lucu" Putra menatap gadis yang di hadapan nya sekarang dengan senyum yang semakin merekah di bibirnya.

"Hah? Ih kenapa sih?" Nela semakin bingung, ini entah jaringan nya sendiri yang E atau emang Putra yang aneh.

"Nggak apa-apa" terakhir, Putra mengelus sedikit kepala Nela dan mengacak pelan rambutnya.

"Ihh jangan di berantakin dong! Bentar lagi kan mau tampil" Nela protes karna rambutnya yang sudah di tata rapi jadi berantakan lagi.

"PERMISI! Masuk bentar yak, duit gue ketinggalan" Suara Salim yang datang tiba-tiba membuat Nela maupun Putra kaget.

Nanda,Panji, dan Vanza juga ada di luar sana melihat dari jendela sambil senyam-senyum seakan tak berdosa.

Astaga! Sejak kapan disana??

Bahkan Salim sudah tidak bisa menahan tawanya. Buru-buru setelah mengambil uang ia langsung berlari keluar kelas.

"Teruskan Put! Belajar lebih giat!"
Vanza berteriak dari luar di susul tawa dari Nanda dan Panji.

Nela sedari tadi memalingkan wajahnya, sambil merutuki Salim dalam hati. Dan Putra? Beliau langsung keluar dari kelas saat Vanza berteriak pada nya.

Saat suasana sudah kembali tenang, Nela melanjutkan latihannya sebentar. Di dalam kelas, sendirian ia sampai mondar-mandir untuk mengingat intonasi tiap baris puisi yang dibaca. Dan sampailah saat nama nya di panggil

"Selanjutnya Perwakilan dari kelas 11 IPS 2, Nela Adeana. Kami persilahkan" Mc kembali mengklik turn off pada mic di tangannya

"NELAA! MAJU NEL!" Bella berteriak dari luar.

"Ga perlu teriak juga anjir! Orangnya juga dengar" Sheryl sedikit menutup telinganya, Bella malah cekikikan.

Saat itu Nela berjalan keluar kelas dan yang ia lihat pertama kali adalah deretan teman-temannya sudah berkumpul untuk menonton. Devan juga sudah standby di depan gazebo dengan kameranya atas permintaan Bu Sari. Putra duduk bersebelahan dengan Arul dan beberapa temannya dari kelas lain.

Langkah kaki Nela sedikit tak beraturan karna rasa gugup nya kembali lagi. Tapi tak jadi masalah, karna hanya membaca nya saja dan itu hanya sebentar, ia pasti bisa.

"Itu murid baru ya?" Salah satu teman Arul bertanya pada Putra.

"Iya, baru masuk dua bulan yang lalu" Jawab Putra tanpa menoleh karna ia terus memperhatikan Nela.

"Ohh pantes, cantik"

Kali ini Putra menoleh ke orangnya
"Hah?" Putra menaikan satu alis nya

Maksud lo apa? (ngebatin)

Arul yang menyadari nya, dengan cepat mengalihkan topik kedua temannya itu.

"Anu Put! Kebaya dia cantik yak! Beli dimana dah? Gue pengen beli buat Bunda gue, satu. Bisa gak lo tanyain?"
Celoteh Arul blakblakan, tapi seperti nya percuma saja. Putra terlanjur diam tak merespon ucapannya.

Hemh! Bener bener dah nyari penyakit ini namanya - (Arul ngebatin)

Yasudah, dari pada di ambil pusing lebih baik mereka menikmati acaranya.

Puisi Nela yang berjudul SUARA JIWA DARI MAYONG JEPARA, bergema saat itu. Mungkin bukan yang seperti di harapkan, tapi bagi Nela penampilan nya sudah lebih dari cukup.

Nabila yang saat itu sedang merekam, dan Putra menjadi penonton yang paling depan saat penampilan nya. Arul dan teman-temannya sempat heran Putra meninggalkan tempat duduknya dan berdiri paling depan hanya untuk menonton.

"Gak peduli seberapa banyak orang yang melihat kamu, aku cuma mau pandangan kamu terarah untuk aku"
- Putra

Setelah selesai, semua penonton bertepuk tangan dengan meriah. Nela perlahan turun dari gazebo, dan menghampiri teman-temannya.

"Keren Nel, lumayan lah" Bella mengacungkan jempol nya

Nela tersenyum, syukurlah pikir nya.
Nela kembali lagi ke dalam kelas untuk menyimpan kertas puisinya ke dalam tas. Putra ternyata mengikutinya sampai ke kelas, lagi-lagi kepala nya di usap dengan lembut dari belakang.

"Keren banget, by"

Nela membalikkan badannya, lalu memberikan senyuman manisnya pada laki-laki yang telah menjadi suporter nya selama ini.

"Makasih ya"

Putra ikut tersenyum, merasa lega untuk semuanya berjalan dengan lancar.

"Mau foto bareng?"

Eh? Beneran boleh?

Awalnya Nela agak ragu, tapi kalau itu Putra sendiri yang meminta. Tidak ada alasan untuk menolak kan?

"Ayo ayo cek sound dulu gais"

Bella mengacak rambutnya merasa pusing sendiri
"Astaga Cek kameranya bego! Kok cek sound. Lo mau ngeband??"

Devan cekikikan, ia pun membenarkan kembali posisi kamera nya dan juga meletakkan lensa kamera nya ditempat semula.

"Eh btw minjem bentar dong dev"

"Buat apa?"

Bella melirikkan matanya ke arah Putra dan Nela yang sudah duduk berdua dan siap untuk di foto, Putra sendiri yang memintanya. Devan ikut melirik ke arah yang sama dan ia pun mengerti.

Devan senyum sumringah
"Ohh.. nih ambil" Ia pun akhirnya memberikan kameranya pada Bella

"Jangan lupa ntar kameranya di fokusin, biar hasilnya kek ala ala prewed" Ucap Devan sambil cekikikan

Bella menunjukkan jari jempol nya, menyetujui ucapan Devan.

Bella pun berdiri dihadapan Putra dan Nela dan memposisikan kamera nya untuk mendapatkan angle yang baik.

"Ayok buruan pose yang bagus ya"

Keduanya mendengarkan instruksi Bella dan berpose formal layaknya pasangan baru. Banyak dari teman mereka dan murid-murid yang berlalu lalang melihat mereka berdua yang terlihat serasi saat difoto.

"Senyum aja Nel, ga usah malu"
Sahut Salim yang juga melihat

"Tangannya dipegang dong Put!" Sheryl juga sedikit mengeraskan suaranya

Putra menggeleng keheranan dengan teman-temannya itu. Ada-ada saja mereka.

"Oke sudah, dua kali jepret cukup kan?"

Putra mengangguk dan langsung berdiri dari duduknya.
"Cukup Bel, makasih"

Nela tersenyum saat melihat Putra mengecek kembali hasil foto nya, dan jika dilihat lihat ini adalah foto pertama mereka berdua. Ya, benar juga.

"Bagus nggak hasilnya?" Tanya Nela

"Aduh Nel... Lo meragukan skill gue? Ya jelas bagus lah kalo ditangan seorang Bella"
Bella membanggakan dirinya

Putra terkekeh lalu mengangguk
"Bagus kok"

Bella juga ikutan melihat kembali hasil jepretan nya.
"Jadi cantik ya kebaya Nela disini"

Putra tidak merespon ucapan Bella, ia terdiam sedikit lama melihat foto itu, kemudian tersenyum tipis.

Yang makai lebih cantik (batin nya)

ຊ✏  thank's for reading !
dont forget to support our story dengan mengklik tanda bintang ;)

#VZPTEAM #VERZANDRAPUTRA
#37


Swipe up to the new
story 👆🏼








Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

8.8M 947K 65
[SUDAH TERBIT] Tersedia di Gramedia dan TBO + part lengkap Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tanga...
3.6M 175K 64
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
828K 43.7K 76
The end✓ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] ••• Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...
969K 93.8K 51
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...