PRINCE TRISTAN (Modern Kingdo...

Por zennyarieffka

51.1K 8K 286

BLURB : Pangeran Tristan mengenal Aurora sejak masih kanak-kanak. kini, Aurora sudah menjadi salah satu staf... Más

PROLOG
Bab 1 - Sang Pangeran
Bab 3 - CEMBURU SETENGAH MATI
Bab 4 - CINCIN KAYU
Bab 5 - Sarapan Pagi
Bab 6 - CIUMAN PERTAMA
SPOILER --- READY di PLAYBOOK...
Bab 7 - Social Media
Bab 8 - Makanan Favorite
Bab 9 - Kau Istriku
Bab 10 - PESTA
Bab 11 - Peraturan di Andora
Bab 12 - MELAMAR AURORA
Bab 13 - PENOLAKAN AURORA
Bab 14 - HARI PERNIKAHAN
Bab 15 - Pesta Dansa
Bab 16 - Pulau Tropis
Bab 17 - BELUM SIAP
Bab 18 - Penyerahan

Bab 2 - Cincin Lamaran

2.7K 509 16
Por zennyarieffka

Bab 2 – Cincin Lamaran

Sepanjang pertemuan tadi, Pangeran Tristan seolah-olah tak bisa berpikir jernih bahkan hingga kini pertemuan telah berakhir. Pikirannya lagi-lagi berakhir pada Aurora, yang tadi sempat mengatakan bahwa perempuan itru sudah tidur bersama dengan kekasihnya.

Jadi, sejauh itukah hubungan antara Aurora dengan si bajingan Liam?

"Apakah ada masalah? Saya lihat sepanjang pertemuan tadi, Pangeran Tristan kurang fokus dengan jalannya pertemuan," pertanyaan tersebut datang dari seorang pria yang berjalan di sebelahnya. Itu adalah kakak iparnya, Letnan Andreas yang kini sudah berpangkat menjadi seorang Jenderal.

Pangeran Tristan menatap sekilas pada kakak iparnya tersebut. "Ah tidak." hanya itu jawabannya.

Hubungannya dengan Andreas dulu memang kurang baik, namun sekarang, hubungan mereka sudah sangat baik. Apalagi ketika Pangeran Tristan sering berkunjung ke rumah kakaknya bahkan menginap di sana.

"George dan Catherine sering menanyakan Pangeran, karena dua bulan terakhir Pangeran belum berkunjung ke tempat kami."

"Hari ini aku datang ke sana. Mereka pasti senang."

"Apa Pangeran akan menginap?" tanya Jenderal Andreas lagi.

"Entahlah..." hanya itu jawaban Pangeran Tristan.

Sesungguhnya, saat ini suasana hatinya benar-benar sedang tidak baik. Dia tak suka memiliki suasana hati seperti ini. Kakaknya pasti bisa menilai bahwa dirinya sedang ada masalah.

Sampai di dekat mobilnya, pangeran Tristan memberikan isyarat pada Aurora hingga perempuan itu yang sejak tadi berjalan di belakangnya kini segera menghadap sang Pangeran.

"Batalkan semua janjiku hari ini. Aku akan tinggal di rumah kakakku," ucap Pangeran Tristan pada Aurora dengan ekspresi wajah muramnya.

"Baik, Pangeran," Aurora mengangguk patuh.

"Kau dan yang lain tak perlu ikut. Aku akan mengendarai mobil ini sendiri," ucap Pangeran Tristan lagi hingga membuat Aurora menatapnya dengan ekspresi wajah bingungnya.

Bukan hanya Aurora, bahkan semua yang ada di sana juga merasa kebingungan. Pangeran Tristan tak pernah pergi sendirian, bahkan tanpa Richard, pengawal pribadinya yang merangkap sebagai sopirnya juga. Semua itu termasuk dalam protokol kerajaan.

"Mohon maaf, Pangeran. Tapi Pangeran Tristan tidak bisa pergi sendiri," sebagai sekretaris pribadinya, Aurora jelas mengingatkan hal itu pada sang pangeran. "Richard harus tetap mengikuti Pangeran Tristan."

Pangeran Tristan bersedekap seketika, "Memangnya kau siapa berani mengaturku?"

"Saya adalah orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan Pangeran dan apa yang Pangeran Tristan lakukan," Aurora menjawab dengan tegas.

"Oh! Jadi semua ini karena tanggung jawab? Bagaimana jika aku membebaskanmu dari semua tanggung jawabmu?" tanya Pangeran Tristan kemudian.

"Mohon maaf, maksud Pangeran?"

"Pergilah sesuka hatimu. Kau diberhentikan," ucap Pangeran Tristan sembari meminta kunci mobil dari Richard lalu dia memasuki mobilnya dan mengemudikannya meninggalkan tempat tersebut.

Aurora menelan ludah dengan susah payah, tak menyangka bahwa sang pangeran akan memperlakukannya seperti itu, seolah-olah pria itu sengaja mempermalukannya di depan umum. Benarkah jika Pangeran Tristan memecatnya?

****

Putri Theona sedang mempersiapkan makan siang di dapurnya, ketika sang suami, datang dan mendekatinya, memeluk tubuhnya dengan mesra dari belakang.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Jenderal Andreas pada sang istri.

"Baik. Kau sendiri bagaimana?" tanya Putri Theona.

"Sangat baik. Kupikir, lebih baik kau menemani Pangeran Tristan saja. Kupikir, suasana hatinya sekarang ini sedang buruk. Biarlah masakannya diselesaikan oleh para pelayan," ucap sang Jenderal.

"Ada masalah dengannya? Kupikir dia baik-baik saja, karena sejak datang, dia segera mencari George dan Catherine. Meski sebenarnya aku sedikit terkejut melihatnya datang sendiri tanpa Richard atau Aurora."

"Dia bersikap aneh sepanjang pertemuan tadi. Dan lebih anehnya, dia memecat Aurora di depan semua orang."

"Kau bercanda?" Putri Theona tertawa lebar. "Adikku itu tidak mungkin mau memecat pujaan hatinya. Kau tahu, dialah yang meminta Ayah untuk merekrut Aurora menjadi salah satu stafnya."

"Faktanya. Dia melakukan hal itu tadi."

Putri Theona mengerutkan keningnya, kemudian dia memilih mencuci tangannya dan bersiap pergi menemui adiknya itu. "Baik, akan kucoba mendekatinya," ucapnya sebelum dia pergi meninggalkan sang suami.

Putri Theona mendapati Pangeran Tristan duduk di sebuah kursi santai yang berada di pinggiran kolam renang. Sedangkan putra dan putrinya, George dan Catherine, kini sedang asik bermain di dalam kolam renang.

Biasanya, Pangeran Tristan akan ikut bermain dengan para keponakannya tersebut karena sang pangeran sangat menyayangi semua keponakannya. Namun kini, Pangeran Tristan malah memilih duduk merenung di sebuah kursi santai di pinggiran kolam renang.

"Ada yang mengganggu pikiranmu, Pangeran?" tanya Putri Theona pada adiknya itu.

Pangeran Tristan sempat teralihkan dari lamunannya. Menatap sang kakak yang mendekatinya secara kepayahan dan duduk di kursi sebelahnya.

"Aku baik-baik saja," jawabnya pendek. "Bagaimana kabar Edward kecil?" tanya Pangeran Tristaan sembari menatap perut kakaknya yang sudah membuncit karena kehamilan ketiganya. "Aku masih tak percaya bahwa Kakak akan menamakan dia dengan nama Pangeran dari Lamezia," Pangeran Tristan sedikit tersenyum miring dan menggoda kakaknya itu.

"Husshh! Namanya diambil dari nama kakek buyut kita. Bukan dari nama orang yang sempat ingin menikahiku," gerutu Putri Theona.

"Tetap saja, bagiku, dia mengingatkanku dengan Pangeran Edward," pangeran Tristan tersenyum menggoda.

Putri Theona menggelengkan kepalanya. Pangeran Tristan memang selalu usil dan kekanakan, meski begitu, ada satu sisi dimana adiknya tersebut memiliki sikap serius dan tegas yang membuatnya yakin bahwa di masa depan, adiknya ini akan mampu memimpin kerajaan mereka.

"Kakak tahu tidak, aku senang melihat Kakak bahagia dengan sang Jenderal," lagi-lagi kalimat tersebut diucapkan Pangeran Tristan dengan nada sedikit mengejek. "Dia telah membuktikan bahwa dia pantas mendapatkan Kakak," lanjut Pangeran Tristan lagi.

Putri Theona tersenyum dan menghela napas panjang. "Sembilan tahun usia pernikahan kami, membuatku menjadi semakin mengenalnya. Pun dengan Andreas yang juga semakin mengenalku. Semakin kami saling mengenal satu sama lain, membuat kami menyadari satu hal, bahwa kami tidak akan mampu hidup tanpa satu sama lain."

Pangeran Tristan menganggukkan kepalanya. "Kakak membuatku iri," ucap Pangeran Tristan dengan spontanitas.

"Kau sendiri bagaimana, Pangeran? Kapan kau akan melamar Aurora?" tanya Putri Theona kemudian.

Ekspresi wajah Pangeran Tristan yang tadinya ikut damai melihat kehidupan sang kakak yang bahagika, kini berubah seketika menjadi suram karena mengingat tentang Auroira yang otomatis membuatnya teringat dengan kalimat perempuan itu tadi pagi.

"Kami sudah tidur bersama..."

Kalimat Aurora itu seolah terputar lagi dan lagi dalam ingatan Pangeran Tristan, membuat sang pangeran seolah-olah enggan mengingat tentang Aurora lagi. Untuk pertama kalinya semenjak dia mengenal Aurora, Pangeran Tristan tak ingin mengingat nama perempuan itu.

"Ada apa, Pangeran? Kalian benar-benar sedang memiliki masalah?" tanya Putri Theona lagi.

"Aku hanya tak ingin mengingat namanya."

Putri Theona mengerutkan keningnya. "Kenapa?"

Pangeran Tristan menatap kakaknya dan tersenyum lembut padanya. "Memangnya salah jika aku tak ingin mengingat tentang dia lagi?"

"Well. Itu tak seperti dirimu, Pangeran. Aku bahkan tahu bahwa selama ini pangeran Tristan sudah menyiapkan sebuah cincin untuk melamar Aurora, dan cincin itu selalu berada di dalam saku Pangeran," ucap Putri Theona dengan sungguh-sungguh.

Dia masih menunggu jawaban dari adiknya itu, bahwa adiknya itu pasti memiliki masalah hingga tak ingin dihubungkan lagi dengan nama Aurora.

"Kupikir... dia serius dengan kekasihnya," ucap Pangeran Tristan sembari menunduk frustrasi.

Putri Theona menatap adiknya itu lekat-lekat, dia melihat bahwa sang adik tampak seperti seorang pria yang sedang patah hati. Pasti perasaan yang dirasakan Pangeran Tristan pada Aurora sangat dalam dan begitu nyata hingga mampu membuat adiknya menjadi seperti itu.

Putri Theona tersenyum lembut dan menepuk-nepuk pundak sang Pangeran. "Jadi inikah Pangeran Tristan calon raja masa depan dari kerajaan Andora? Beginikah sikapnya yang pengecut dan seolah-olah kalah padahal belum berperang?" tanya Putri Theona.

"Apa maksud Kakak?" Pangeran Tristan menatap kakaknya itu dengan ekspresi wajah bingungnya.

"Pangeran. Bukankah mereka belum menikah? Selama Aurora belum memiliki seorang suami, maka selama itulah Pangeran masih memiliki kesempatan untuk mengubah takdir kalian. Takdir ada di tangan kita, apa kita berusaha merubahnya, atau berdiam diri menerima semuanya?" ucap Putri Theona dengan lembut dan penuh arti.

Pangeran Tristan meresapi perkataan dari kakaknya itu. "Jadi, apa aku masih memiliki kesempatan untuk merebut Aurora?"

Putri Theona tersenyum lembut, "Aku lebih suka menyebutnya 'membuat jatuh hati pada Pangeran'. Dan ya, Pangeran Tristan masih memiliki kesempatan itu," ucap Putri Theona dengan sungguh-sungguh.

Tiba-tiba saja Pangeran Tristan tersenyum senang. Ada sebuah suntikan semangat dari kakaknya untuk memperjuangkan perasaannya dan keinginannya lagi pada Aurora. "Jadi menurut Kakak, aku harus menemuinya dan menyatakan perasaanku padanya?"

"Mungkin itu bagus. Atau lebih bagus jika Pangeran mendekatinya secara alami. Astaga... kupikir selama ini cara Pangeran mendekatinya itu salah."

"Benarkah?"

Putri Theona menganggukkan kepalanya. "Bahkan jika boleh aku berkomentar, Pangeran Tristan seolah-olah tak menunjukkan bagaimana perasaan Pangeran Tristan padanya."

Pangeran tristan menganggukkan kepalanya. Memang, selama ini, dia tak menunjukkan hal tersebut pada Aurora. Jelas, karena Pangeran Tristan tahu bahwa Aurora memiliki seorang kekasih. Karena itulah, Pangeran Tristan tak bisa menunjukkan perasaannya secara gamblang pada perempuan itu.

"Jika... aku benar-benar mendekatinya, apa Kakak setuju jika aku berakhir menikahinya? Maksudku, dengan statusku di masa depan yang akan menjadi seorang raja, Aurora masih pantas menjadi ratu di sisiku, bukan?" tanya Pangeran Tristan kemudian.

"Tentu iya. Ingat, Ayah sudah menghapuskan peraturan kuno kerajaan Andora yang menyangkut pasangan Sang Raja atau sang pewaris takhta. Pangeran bisa memilih perempuan mana yang Pangeran cintai dan akan Pangeran nikahi," ucap Putri Theona dengan sungguh-sungguh.

"Benar Paman! Ayo rebut bibi Aurora!" seru George dari dalam kolam renang.

"Paman Tristan pasti bisa!" kali ini giliran Catherine yang menyemangati Pangeran Tristan.

Putri Theona dan Pangeran Tristan tersenyum menatap kedua bocah di hadapannya tersebut. Pangeran Tristan bahkan merasa mendapatkan suntikan semangat dari supporter pribadinya, yaitu kakaknya, dan kedua keponakannya itu.

Ya, seharusnya dia berusaha mendapatkan Aurora. Selama perempuan itu belum menikah, masih ada kesempatan untuknya, dan masih ada waktu baginya untuk merebut perempuan itu agar menjadi miliknya seorang... Pangeran Tristan akan berusaha dan melakukan segala cara untuk mendapatkan perempuan itu lagi di sisinya....

-TBC-

Nantikan Bab 3 - CEMBURU SETENGAH MATI... Bagi yang pengen baca cepat silahkan merapat ke karyakarsa yaahhh....

Seguir leyendo

También te gustarán

2.7M 132K 58
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
552K 22.9K 38
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
1.2M 119K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
1.9M 27.8K 44
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...