Bima Sakti

By bundalidiii

18.7K 1.8K 187

[ FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA ] Galang adalah korban dari pembantaian satu keluarga 8 tahun silam. Dirinya... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Cast
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
maaf

Bab 20

574 44 8
By bundalidiii

Bima dan Kevin saling berpandangan, mereka terdiam cukup lama hingga akhirnya Kevin berjalan mendekati Bima. Hingga sampailah ia di depan Bima. Kevin tersenyum pada Bima, ia menepuk pundak Bima dengan bangga.

"Apakah ini akhirnya?" tanya Kevin.

"Kamu tidak perlu mengotori tanganmu untuk membunuh orang-orang di sini Galang." Kevin berjalan ke arah bunga krisan lalu memetik bunga tersebut dan diberikan ke Bima.

"Mau kerja sama?" tanya Kevin.

Bima tak paham dengan ucapan Kevin, ia melihat bunga krisan di tangannya dengan serius.

"Sebelumnya, apakah kamu tau jika ayahmu itu sebenarnya saya?" tanya Kevin.

Bima tak terkejut sedikitpun, ia melihat ke arah Kevin lalu membuang bunga krisan tersebut.

"Anda ayah terburuk." ucap Bima.

"Jangan sampai kamu mengira jika saya membuang kamu Galang." Kevin terlihat serius.

Bima mengerutkan keningnya, ia tak suka dengan panggilan Galang sejak tadi. Tapi ia mencoba untuk menahan amarahnya karena bisa saja akan mengundang banyak orang.

"Saya tidak tahu jika kamu memiliki dua kepribadian seperti ini, hingga akhirnya saya bertemu dengan orang yang menyelamatkanmu. Pak Harto, dia masih hidup dan aktif menjadi penjaga sekolah."

Beberapa jam sebelum Kevin berada di pulau, ia dan Vino sempat mengunjungi sebuah sekolah di desa Jati. Mereka bertemu dengan salah satu penjaga sekolah yang tak lain adalah pak Harto. Karena takut dan terkejut, pak Harto sempat akan pergi hingga akhirnya ditahan oleh Kevin.

"Menyembunyikan anak 8 tahun lalu adalah perbuatan penghianat bukan?" lirih Kevin tapi masih bisa terdengar.

Pak Harto nampak ketakutan dengan menelan salivanya. Ia memandangi Kevin dan Vino bergantian tanpa tau harus berkata apa. Hingga akhirnya ia mau membuka suara.

"Anak itu bukan anak yang dulu di kenal, dia memiliki 2 kepribadian. Satu Galang dan satu lagi Bima." ucap pak Harto yang masih membekas jelas di kepala Kevin.

Bima yang mendengar penjelasan tersebut langsung tersenyum. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu melihat sekelilingnya dengan seksama.

"Jadi untuk apa anda menceritakan hal seperti itu?" tanya Bima.

"Ayah, sekali saja bisakah kamu memanggil saya ayah?" tanya Kevin.

Bima kembali menatap Kevin, "tidak dan tidak akan pernah!" jawabnya.

"Galang! Saya selalu melihat perkembangan kamu dari kecil sampai insiden tersebut belum terjadi. Kamu sekolah, kamu bermain atau hobimu saya tau. Tapi saya juga marah karena ternyata Pandegas menjadikanmu bahan percobaan dia. Saya membantai mereka tapi kenapa kamu malah dendam dengan saya!" hardik Kevin.

Bima menatap Kevin nyalang, ia mengepalkan kedua tangannya bersiap untuk menonjok Kevin detik itu juga.

"Salah siapa? Jangan membenarkan hidup anda sendiri padahal anda juga salah karena membuang saya!" kesal Bima.

"Ayah hanya ingin melindungi kamu." lirih Kevin.

Bima terdiam cukup lama, ia muak tapi juga tak bisa memukul laki-laki tua di depannya.

"Saat itu saya bertugas di BIN, saya bertemu dengan salah satu agen BIN yang membelot dan berusaha mengebom kantor sekretariat. Saya khawatir dengan kamu Galang, saya pikir dengan menitipkan kamu sementara di sana bisa membuatmu aman. Hari itu saya dan ibumu berasa di TKP, agen itu ternyata sudah memasang bom dan ayah terjebak di sana beserta rekan ayah. Hanya ayah yang selamat dan setelah itu ibumu bercerai dengan ayah." Kevin menarik nafas dalam-dalam.

"Ayah selalu mengunjungi kamu, ayah melihat kamu tumbuh bersama adik perempuan yang sangat cantik. Hingga ayah memutuskan untuk membunuh kedua orang tuamu dan mengambil kamu kembali, tapi kamu malah terjun ke jurang Galang. Ayah kacau saat itu, ayah tidak bisa memaafkan diri ayah sendiri."

"Beberapa hari setelah kamu masuk ke dalam pengawal Sanjaya, Audrey memberitahu ayah jika Bima itu Galang anak ayah. Dia mengancam ayah agar tidak membunuhmu, ayah tidak pernah bisa membunuh anak ayah sendiri Galang." jelas Kevin.

Bima terdiam dengan menunduk, ia tak tau harus berkata apa. Jujur dia bukan tipe orang yang mudah menerima emosi orang lain, sehingga saat situasi seperti ini yang ia lakukan hanya dia dan membiarkan suasana menjadi canggung.

"Jika seperti itu, anda pasti tidak akan membunuh saya kan?" tanya Bima.

"Mau saya antar ke kamar?" tanya Kevin.

"Saya akan mati di sini bersama anda." jawab Bima.

"Saya tidak akan membiarkan kamu mati." tegas Kevin.

©©©

Keesokan harinya, Aurel dan Lian sudah tiba di desa jati bersama dengan aparat kepolisian dan gabungan para detektif serta tenaga medis. Mereka berkumpul di depan laut sambil bersiap menuju pulau tempat yayasan Raflesia dibangun. Arga dan Alsava terlihat siap begitupun dengan Neva. Mereka duduk di kapal yang tersedia. Sementara itu, Smith dan Yaksa satu kapal dengan Audrey berada di kapal pertama untuk berjaga-jaga jika di sana akan terjadi pertarungan.

Reza, Mahesa dan Neva di kapal ketiga, mereka bertugas untuk membantu gerombolan Audrey jika ada perkelahian dan sekaligus menjaga kapal kedua yang berisi tenaga medis. Sisanya berada di kapal ke 2 dan ada pula yang menjaga desa Jati.

"Akhirnya semuanya bakal berakhir." ucap Mahesa.

"Ayo bertarung sampe titik darah penghabisan." tambah Reza.

"Kita akan selamat semuanya." sahut Neva yang daritadi melihat ke arah laut.

Alsava yang berada di kapal ke 2 menatap pulau Carnavero dengan cemas. Ia terus menghela nafas sambil sesekali melihat ke arah kanan untuk melihat laut. Arga yang melihat Alsava khawatir seperti itu langsung mengelus punggung Alsava dengan lembut.

Hingga akhirnya setelah perjalanan lebih dari setengah jam, mereka sampai di pulau Carnavero. Audrey dan rombongan kapal pertama turun terlebh dahulu. Mereka berjalan sambil menyodorkan pistol, terlihat keadaan pulau sejak pertama kali mereka turun aman aman saja. Mereka mengkode pada rombongan ke dua dan ketiga jika keadaan aman.

Ketiga rombongan tersebut berjalan lurus hingga sampailah mereka ke sebuah jalan, Audrey terkagum sedikit karena jalan di sana sangat mulus dan ada beberapa bangunan di sepanjang jalan. Ketika mereka semakin mendekati jalan tersebut, Audrey semakin terkagum. Jalan yang mulus dan bangunan-bangunan yang indah di sepanjang jalan membuatnya terpana. Dia juga baru sadar jika di sana tidak ada kendaraan yang berlalu lintas dan tidak ada orang yang menempati bangunan-bangunan tersebut. Dia bertanya-tanya dalam hati, apakah sekaya ini yayasan Raflesia hingga mampu membangun bangunan-bangunan kosong seperti ini.

Dan tiba-tiba, datang segerombolan laki-laki yang mengenakan jas hitam dengan membawa berbagai alat pukul dan sebuah pistol menghadang mereka. Audrey langsung memasang kuda-kudanya begitupun dengan Smith dan Yaksa. Tanpa berlama-lama mereka langsung berkelahi. Arga langsung melindungi Alsava.

Sementara itu di taman yayasan, Bima dan Kevin sedang duduk sambil melihat bunga-bunga yang tertanam di sana. Bima mengeluarkan ponselnya lalu berjalan sedikit menjauh dari Kevin. Ia terlihat sedikit memfoto bunga dan membuat sebuah video. Kevin tersenyum, ia berdiri lalu membalikkan badan agar membelakangi Bima.

"Haruskah saya mati di sini?" Tiba-tiba saja Bima berada di samping Kevin dengan memasang wajah serius.

"Saya tidak bisa membunuh kamu." ucap Kevin.

"Mari kita akhiri semuanya di sini, ayah." Kevin menegang saat Bima memanggilnya dengan sebutan Ayah.

Bima tersenyum lalu tiba-tiba saja senyumannya memudar saat melihat Kevin yang mengeluarkan sebuah pisau. Bima mengangguk kecil, ia seperti sudah menduga tentang sesuatu.

"Akhirnya anda mengeluarkan alat itu." ucap Bima.

"Saya kira itu bukan kamu." dalih Kevin.

"Jam berapa?" tanya Bima.

"10 menit lagi." jawab Kevin.

Bima mengangguk, ia berjalan menuju Kevin lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku jas Kevin. Bima menatap pisau di tangan Kevin lalu berjalan mundur untuk sesaat. Ia dan Kevin saling memandang lagi cukup lama.

Bima melihat gerombolan Alsava di luar lewat jendela. Seluruh kaca di ruangan terebut adalah kaca satu arah, jadi tak mungkin jika mereka melihat Bima. Bima tersenyum sekaligus bangga pada Alsava yang bisa membawa polisi tepat waktu.

"Bisakah kita berdua menyelamatkan Nana?" tanya Bima. Kevin mengangguk lalu berjalan pergi diikuti Kevin.

Kevin dan Bima berjalan melewati lorong, mereka sesekali melihat ke arah luar lewat jendela. Bima bisa melihat Smith, Yaksa, Reza, Mahesa, Alsava dan beberapa temanya yang bersiap di depan gedung untuk menggerebek yayasan sesuai dengan rencananya.

Saat sampai di sebuah ruangan, Kevin membuka pintu ruangan tersebut. Bima segera masuk ke dalam ruangan lalu melihat Nana yang terikat di kasur. Tanpa menunggu waktu lama, Bima segera melepaskan ikatan ditangan dan kaki Nana. Nana hampir menangis, ia memeluk Bima erat dan mengucapkan banyak makasih. Bima segera melepaskan pelukan tersebut lalu menyuruh Nana untuk segera keluar dari gedung ini secepatnya. Kevin mengarahkan Nana jalan pintas keluar gedung yang aman dari jangkauan CCTV. Nana setuju lalu berjalan keluar sesuai dengan perintah. Sebelum Nana keluar, Bima sempat menitipkan ponselnya yang berada di saku jas Kevin pada Nana.

"Sekarang bunuh saya." Kevin berjalan kearah lemari di samping ranjang, ia membuka laci lemari tersebut dan menemukan pistol. Kevin mengambil pistol tersebut lalu diberikan pada Bima.

"Tembak lebih baik daripada ditusuk." Kevin berjalan menjauh lalu berdiri tegak siap untuk ditembak.

"Jangan mati, anda masih memiliki keluarga yang menyayangi anda." Bima menarik pelatuk pistolnya.

Dor!

Kevin melotot saat melihat Bima menembak dirinya sendiri. Mendadak badannya tak bisa digerakkan sama sekali, ia menjadi kaku untuk beberapa saat. Bima menatap Kevin sendu, ia sudah kehilangan banyak darah tapi masih memaksakan diri untuk berdiri tegak berhadapan dengan Kevin. Nafasnya sudah menggebu gebu dengan keringat yang bercucuran. Ia berjalan dengan susah payah ke arah Kevin yang masih mematung. Bima memeluk Kevin detik itu juga, ia menangis dengan air mata yang mengalir deras karena rasa sakit yang tak tertahankan yang ia rasakan. Ia memeluk Kevin sangat erat, menyalurkan semua rasa kesedihan dan keputusasaannya.

"Apa sesakit itu?" lirih Kevin.

"Mulai hari ini, jadilah orang baik ayah." jawab Bima.

Kevin membalas pelukan Bima dengan erat. Ia panik saat merasakan tubuh Bima menjadi berat, Kevin mulai menangis. Ia menahan tubuh tesebut agar tidak jatuh ke lantai. Kevin mencoba sekuat tenaga menggendong Bima dan membawanya pergi. Di perjalanan Kevin mencoba menahan tangisnya, ia menarik nafas dalam-dalam hingga sampai di ruangan.

Ternyata Kevin menggendong Bima menuju kamar yang ia pakai saat menginap di yayasan. Dia membaringkan tubuh Bima di kasur lalu membuka jasnya dan menutupi perut Bima yang masih mengeluarkan darah bekas tembakan. Ia menyelimuti Bima dengan air mata yang berlinang, Kevin menangis tanpa suara sedikitpun. Ia mengelus wajah pucat Bima dengan lembut, pandangannya sudah mulai memburam akibat air mata yang terus menerus jatuh. Dengan hati yang hancur, Kevin mengucapkan selamat tinggal pada Bima yang sudah tidak bernyawa, menyayangi Bima yang sudah tidak bisa ia lindungi lagi.

Kevin segera pergi dari tempat itu dan berlari menuju lab penelitian. Ia melihat mamanya yang sedang panik karena semua anak-anak untuk bahan percobaannya hilang begitu saja. Kevin memeluk mamanya dengan erat.

"Ma berhenti ma!" bentak Kevin dengan air mata yang masih mengalir.

"KEMANA SEMUA BAHAN PERCOBAANNYA SAYA!" mama Kevin mengamuk lalu mengambil sebuah suntikan dan di suntik kan ke lehernya. Badan wanita itu langsung lemas dan terjatuh.

Kevin menangis memandang sendu mamanya, ia mendengar suara timer dengan kencang.

"Putraku sedang mencoba membunuh kita dan dirinya sendiri." mama Kevin terkejut, ia lemas tak berdaya.

"Bom ini saya yang memasang, saya berniat membunuh mama sejak lama. Tapi saya juga harus ikut mati karena anak saya berada di sini." Kevin menatap ke arah tembok dekat saklar.

Tiit... Tiit... Tiit...

Bom pun meledak, semua orang di luar terkaget dengan suara ledakan tersebut. Nana yang berhasil keluar sempat terpental lalu menangis saat melihat gedung di belakangnya sudah penuh dengan kobaran api.

"KAK!!" teriak Alsava dengan keras lalu tersungkur dan menangis. Semua orang pun sama, ada yang menangis ada juga yang mematung melihat gedung tersebut.

"Pemadam kebakaran mana? Cepetan hubungi pemadam kebakaran!" perintah Audrey.

Lian melihat ke arah belakang lalu mengeluarkan ponselnya. Ia menelpon pemadam kebakaran detik itu juga.

"Hanya segitu yang bisa mama kasih tau kisah kakak mama." Alsava tersenyum pada kedua anak yang duduk di depan TV sambil memperlihatkan artikel.

"Om Galang bukan orang jahat kan ma?" tanya salah satu anak Alsava.

"Jelas dong, ini udah malem sana tidur." kedua anak tersebut mengangguk lalu berjalan pergi. Alsava tersenyum dan mengambil tab tersebut. Ia berjalan ke arah kamarnya dan mencoba untuk tidur.

Saat matanya terpejam, tiba-tiba saja tangannya dipegang oleh seseorang yang membuat Alsava terbangun lagi. Ia terkejut saat sadar jika dirinya bukan berada di kamar melainkan sebuah bukit. Ia semakin terkejut saat melihat seorang laki-laki yang tak lain adalah Gilang berdiri di depannya dengan senyuman.

"Kak Galang?" tanya Alsava.

"Kakak lupa meluk kamu, sini peluk dulu." Alsava tersenyum senang lalu memeluk Galang dengan erat.

"Ibu ada tuh." Galang menunjuk wanita yang tengah bermain-main di atas bukit.

Alsava tersenyum senang lalu berlari menghampiri ibunya.

"IBU!"

TAMAT

WAR IS OVER GUYS
FINALLY END YAA DADAH SAMPAI BERTEMU DI KARYAKU SELANJUTNYAAA
S2 Hem aku pikir ya

Continue Reading

You'll Also Like

227K 16.4K 27
🌱 Park Jisung and NCT Dream Season 1 tamat Season 2 on going • • SEASON 1 Rasa iri pada adik bungsunya membuat 'mereka' rela memperlakukan Jean baga...
9.2K 568 30
Sequel dari Bye My First... Jeno pernah bertanya pada Nata, apakah setelah dewasa nanti, mereka akan lebih sering menangis dan terluka? Sebuah perta...
2.2K 1.1K 21
Pembunuh berantai yang ternyata berada di sekitar mereka, pembunuh tersebut sudah melakukan aksi kejahatannya sebanyak 8 kali, Marvin adalah salah sa...
12.9K 1.4K 24
PART 2 OFF SIBLINGS SERIES "Aku ingin terus bersamamu hingga akhir, tapi aku sadar, kamu sebaiknya tak berakhir bersama seorang pembunuh." --- Ini ki...