NAVYA: Secreet Wife

By admla_

82.4K 6K 1.6K

-Don't forget follow, vote, and comment! -Don't copy my story! Jangan jadi plagiat kalau ingin mempunyai kary... More

PROLOG
NSW: Teman Lama
NSW: Permintaan Agnes
NSW: Bersama Papa
NSW: Samuel Marah
NSW: Sorry
NSW: Hilang?
NSW: Kembalinya Queen Of Darkness
NSW: Keluarga Psikopat
NSW: Tuan Samuel
NSW: Navya Cemburu?
NSW: Family Time
NSW: Teman Lama (2)
NSW: Kecurigaan Sean
NSW: Kedatangan Amberly
NSW: Klinik
NSW: Don't Leave Me
NSW: Malam yang indah
NSW: I'm Here
NSW: Apapun Untuk Keluarga
NSW: Tingkah Konyol Regal
NSW: Kedatangan Cegil
NSW: Sebuah Informasi
NSW: Duo Spy
NSW: Pilihan Yang Berat
NSW: Wait For Me
NSW: Terungkap
NSW: Terasa Asing
NSW: You're Still My Princess
NSW: Peace
NSW: The Best Parents
NSW: Jangan Hina, Camila
NSW: Samuel vs Dua Ipar
NSW: Posesif Dad
NSW: I Hated That Incident
NSW: Shinning Day
NSW: Demi Istri
NSW: Taruhan

NSW: Sick

1.9K 194 53
By admla_

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen! Kalau 90 vote, 50 komen lebih aku cepet update. Kalau belum sampai target aku nda mau update...

Kalau komennya ngga sesuai target aku undur lagi up-nya.


Navya terbangun dari tidurnya. Suasana pagi hari dengan hawa dingin yang sangat menusuk batin. Sekujur raga tenggelam dalam dinginnya pagi. Navya merenggangkan tubuhnya yang terasa sangat pegal. Pandangannya tertuju kepada sebelah ranjangnya yang tidak melihat siapapun. Keningnya mengerut tidak melihat keberadaan sang suami.

Navya menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Samar-samar dia mendengar suara seseorang sedang muntah. Navya bangkit dari kasur dan pergi ke dalam kamar mandi.

Di dalam Samuel tengah mencoba mengeluarkan sesuatu dari dalam perutnya yang terasa mual. Navya yang melihat sang suami pun menghampiri pria itu. Ia memeluk Samuel dari belakang yang membuat Samuel terkejut.

"Sayang..." ucap Samuel pelan.

Nada suara Samuel terdengar sangat pelan dan lemas. Navya menatap sang suami dengan khawatir. "Kamu mual?" Samuel mengangguk paruh.

Pria itu melepaskan pelukan istrinya dan kembali memuntahkan isi perutnya, namun hanya cairan bening saja yang keluar.

"Sam, kenapa jadi kamu yang ngerasain ini? Aku yang hamil. Harusnya aku yang rasain, bukan kamu, Samuel," ujar Navya tidak tega dengan suaminya.

Samuel membasuh mulutnya dengan air lalu menatap sang istri dengan tersenyum lembut. Postur tubuh Samuel jauh lebih tinggi daripada Navya. Sehingga membuatnya harus sedikit menunduk agar bisa melihat istrinya.

Pria itu menarik istrinya ke dalam dekapan. Tangan Samuel mengelus lembut punggung Navya. "Gapapa, sayang. Ini keinginan aku yang selama ini aku minta ke Tuhan. Aku malah ngga mau kamu merasakan masa-masa sulit kehamilan di usia kandungan muda. Itu membuat aku sakit dan ngga tega," bisik Samuel lembut.

Samuel terkekeh pelan. "Ternyata, ngga mudah dan ngga enak ya. Aku jadi bayangin dulu waktu kamu hamil Agnes. Kamu selalu ngerasain mual, ngidam atau hormon kehamilan lainnya. Sulit menjadi seorang wanita, Nay," sambung Samuel yang membuat Navya terdiam.

Bola mata Navya memanas. Dia mengeratkan pelukannya. Samuel tersenyum tipis, ia mengecup pipi istrinya lembut dan lama. 

Navya melepaskan pelukannya lalu mengecup singkat bibir Samuel. Wanita itu tersenyum manis. "Mau aku buatin teh hangat?" tawar Navya.

"Boleh. Aku mau renang dulu sebelum pergi kerja. Sudah lama aku ngga olahraga," kata Samuel kepada istrinya.

"Oke. Aku buatin teh campur madu ya." Samuel mengangguk setuju.

Samuel menahan pergelangan tangan Navya. Tatapan keduanya saling bertemu. "Pastikan ngga ada maid yang datang ke area kolam renang. Aku ngga mau wanita lain lihat tubuh aku. Hanya kamu yang boleh, only my wife," tutur Samuel.

Navya tertawa kecil lalu mengangguk pelan. "Iya. Aku pastiin ngga ada wanita lain yang melihatnya. Kalau pun ada hanya aku, iya 'kan?" Samuel mengangguk tegas.

Ia kembali menarik Navya ke dalam pelukannya. Samuel menyelipkan rambut Navya ke belakang telinga. "Mari kita ingat-ingat sesuatu."

"Setiap kita making love apa yang kamu suka dari tubuh aku," bisik Samuel tepat di telinga istrinya.

Tubuh Navya mematung. Seperti ada sengatan ketika Samuel berbisik dengan nada lembut. "Sam, please."

"No, sebelum kamu kasih tahu aku," kata Samuel santai seraya mengelus pipi Navya.

Navya mendorong tubuh suaminya agar menjauh. Detak jantung Navya berpicu cepat. Ia bisa gila jika di dekat suaminya sendiri. "Mau tahu?" Samuel mengangguk. 

"Semua. Apa yang kamu punya aku suka." Tanpa menunggu jawaban dari suaminya Navya pun langsung pergi begitu saja dengan pipi yang merah merona.

Mendengar jawaban istrinya membuat senyuman Samuel terbit. Pria itu terkekeh pelan. "Dasar." Samuel pun keluar dari kamar.

Ketika dia keluar tidak menemukan istrinya. Samuel menuju walk in closet dan mengambil baju renangnya. Walaupun memakai baju khusus renang, namun tetap saja Samuel tidak mau ada yang melihat lekuk tubuhnya. Sudah pasti baju yang dia kenakan sangat ketat.

Skip...

Navya keluar dari dalam lift yang sudah rapih dengan pakaian kantornya. Diikuti oleh Samuel dan putri mereka. Agnes berada di dalam gendongan sang papa. Keluarga kecil itu pergi keluar. Mobil Samuel yang sudah siap.

Navya memasuki tas kerja suaminya dan juga tas sekolah putri mereka. Navya duduk disebelah sang suami. Agnes yang secara tiba-tiba pindah ke depan duduk di pangkuan sang mama. Sejak tadi tingkah putri mereka sangat aneh.

"Nesa kenapa?" tanya Samuel seraya menjalankan mobilnya menuju sekolah putri mereka.

Agnes menggeleng pelan. "Gapapa. Nesa cuma ngantuk," sahut Agnes dengan menyenderkan kepalanya di dada sang mama.

"Ya sudah. Nesa bobo sebentar, nanti kalau udah sampe mama bangunin," kata Navya lembut. Agnes mengangguk pelan lalu memejamkan matanya.

Tidak sampai lima Agnes sudah tertidur dengan pulas. Samuel dan Navya yang melihat anak mereka tertidur pun tersenyum. Navya menatap sang suami yang terlihat pucat. Bahkan tadi Samuel tidak sarapan apa-apa karena merasa mual.

Navya memegang tangan suaminya. "Muka kamu pucat, Sam," ucap Navya.

"Aku gapapa. Nanti juga mendingan kok," jawab Samuel dengan mengecup telapak tangan Navya. "Jangan khawatir, ya?" sambung Samuel.

Navya menghela nafas panjang. Bagaimana bisa dia tidak khawatir? Suaminya yang mengalami hormon kehamilan. Samuel saja tidak kuat memakai parfum karena menurut dia baunya aneh. Padahal itu parfum yang sering Samuel pakai.

Tepat pukul setengah delapan Samuel dan Navya tiba di kantor mereka. Navya memasuki ruangannya. Kening wanita itu mengerut melihat keberadaan Sean yang ada di dalam ruangan. Pria itu duduk di kursi kosong.

Sean yang menyadari kedatangan Navya pun bangkit dari duduknya. Ia menatap Navya dengan dalam. Banyak pernyataan yang ingin dia tanyakan kepada sahabat kekasihnya.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo, dan gue mau lo jujur ke gue," ujar Sean datar.

Navya mengangguk pelan lalu duduk di kursinya. Sean kembali duduk di hadapan Navya. "So, apa yang mau lo omongin?" tanya Navya.

"Gue udah tahu semua tentang masa lalu, Camila." Tubuh Navya mematung. Dia menatap Sean dengan tidak percaya. Navya mencoba mencari kebohongan dari mata pria itu, namun tidak dia temukan.

"Kenapa lo ngga kasih tahu gue tentang masa lalu Mila yang pernah di perkosa?" lanjut Sean.

Navya berdeham pelan. "Lo tahu darimana?" Bukannya menjawan tetapi Navya kembali bertanya.

"Nay, jangan balik nanya." Sean menatap datar Navya.

"Gue tanya lo tahu darimana?" tegas Navya. Dia takut kalau Sean tahu bukan dari sahabatnya langsung.

Sean pasrah. "Mila. Dia sendiri yang jujur sama gue semalam," ucap Sean.

Navya terdiam. Ia bangkit dari duduknya lalu menatap kearah luar jendela ruangannya. Sean menunggu jawaban dari wanita itu. 

"Gue sama Mila sepakat buat nutupin ini semuanya dari orang lain, termasuk lo dan yang lainnya. Bahkan Letta pun ngga tahu," kata Navya tanpa menatap lawan bicaranya.

"Kenapa? Nay, gue sama dia udah lima tahun pacaran. Lima tahun itu bukan waktu yang sebentar buat gue dan Mila. Apa selama gue berhubungan sama dia ngga cukup buat dia percaya sama gue? Mila tahu semua tentang gue. Tentang keluarga atau masa lalu gue. Sedangkan dia? Dia sama sekali ngga terbuka tentang masa lalunya ke gue," pungkas Sean kecewa.

Navya menatap Sean. Air matanya jatuh membasahi pipinya. Entah kenapa Navya ingin menangis jika mengingat nasib sahabatnya. "Karena dia takut kehilangan lo, Sean! Mila benar-benar mencintai lo. Bagi dia, lo itu lebih dari seorang pacar. Mila selalu bilang ke gue kalau dia takut lo pergi ninggalin dia. Please, ngga gampang jadi Mila," lirih Navya yang menahan isakan.

"Gue juga cinta sama dia. Asal lo tahu, apapun kondisinya gue ngga akan ninggalin dia, Nay. Mila juga lebih dari seorang pacar buat gue. Dia rumah tempat gue pulang. Lo pun tahu gimana keluarga gue 'kan?" Navya mengangguk pelan. Jelas dia tahu. 

"Gue ngga punya punya keluarga. Sekarang yang gue punya cuma Mila, anak-anak Devil's Angel," lanjut Sean.

Navya menundukkan kepalanya. "Mila juga ngga punya keluarga, Sean..." 

Pria itu menatap Navya bingung. "Maksud lo? Terus keluarga dia itu siapa?"

"Dia belum cerita ke lo?" tanya Navya.

Sekali lagi Sean menjawab dengan gelengan singkat. Dia hanya tahu kalau Mila adalah anak dari Karina dan Farel. Selama ini juga hubungan mereka sangat dekat dan terlihat keluarga harmonis.

Sean melangkah mendekat menghampiri Navya. "Kasih tahu gue sekarang. Apa yang sebenarnya terjadi? Dan siapa Mila sebenarnya?" kata Sean.

"Gue ngga berhak kasih tahu lo," ucap Navya.

Sean mencengkram kuat lengan Navya. Dia menatap Navya dengan tatapan memohon. "Please, kasih tahu gue." Navya mendorong tubuh Sean agar menjauh darinya.

"Mila di buang ke panti asuhan sama orang tua kandungnya waktu dia umur sebelas tahun. Terus tante Karina adopsi dia karena tante Karina ngga bisa punya anak. Om Farel dan istrinya menyayangi Mila dengan tulus. Bahkan mereka menganggap Mila sebagai anak mereka sendiri," pungkas Navya yang membuat Sean terdiam.

Lidah Sean terasa keluh. Dia menatap Navya dengan tidak percaya. Sean sama sekali tidak mengetahui fakta tentang keluarga kekasihnya. Selama ini Mila selalu terlihat bahagia. Bahkan seperti tidak pernah berantem dengan kedua orang tua Mila.

"Lo bercanda?"

Navya menaikkan sebelah alisnya. "Buat apa gue bercanda? Alasan terkuatnya dia ngga mau kasih tahu lo karena dia masih takut sama kejadian dulu. Mila ngga mau kembali dibuang sama orang yang dia sayang. Sekarang lo ngerti 'kan?"

Sean mengusap wajahnya dengan kasar. Dia kaget dan syok mendengar tentang kekasihnya yang sebenarnya.

"Gue ngerti. Lo bisa pegang janji gue, Nay. Gue ngga akan pernah meninggalkan Mila dalam keadaan apapun, terkecuali kematian. Kalau gue melanggar janji gue sendiri, lo bisa bunuh gue," ucap Sean serius.

Navya mengangguk setuju. "Oke. Jangan kasih tahu Mila kalau lo tahu tentang hal ini dari gue. Tunggu dia terbuka sama lo." 

"Iya. Makasih, Nay," kata Sean lalu keluar dari ruangan Navya.

Tanpa di sadari air mata Sean jatuh membasahi pipinya. Pria itu langsung pergi menuju ruangannya dengan menyekat air matanya. Sean tak mau ada orang yang melihatnya menangis.

Navya kembali duduk di kursinya. Ia menghela nafas panjang. Kini rasa bersalah dalam benaknya datang. Navya tidak seharusnya memberitahu tentang Mila kepada Sean. "Maaf..." gumam Navya yang berharap Mila tidak akan marah kepadanya.

**********

Samuel keluar dari ruangan meeting yang diikuti oleh tangan kanan dan sekertarisnya. Saat dia keluar pandangan Samuel sedikit buram. Samuel oleng yang langsung ditahan oleh Navya. Wajah pria itu benar-benar sangat pucat sekarang.

Hingga detik ini Samuel belum makan apapun. 

"Sam, are you okay?" 

Samuel mengangguk lesuh. Navya memegang kening suaminya dan terkejut. "Astaga, kamu demam. Kita pulang aja, ya?" ujar Navya.

"Ngga. Aku gapapa," tolak Samuel yang berusaha untuk berdiri tanpa bantuan istrinya.

Namun, baru selangkah dia kembali jatuh. Kali ini Regal dan Farhan datang membantu sahabat mereka. Navya menatap suaminya. "Please, nurut sama aku. Kita pulang sekarang!" tegas Navya.

Samuel menatap istrinya. 

"Bro, lo sakit?" tanya Regal ketika melihat wajah pucat sahabatnya.

Farhan tak sengaja memegang lengan Samuel yang terasa panas. "Lo demam. Mending balik. Biar kerjaan kita yang urus," ucap Farhan yang disetujui oleh Regal dan Jordan.

"Lebih baik anda istirahat, tuan. Biar meeting selanjutnya saya yang ambil alih," kata Jordan dengan nada sopa.

Samuel mengangguk pasrah. Navya bernafas lega akhirnya Samuel mau dibujuk. Ia menatap kedua sahabatnya. "Tolong anterin dia ke mobil dulu. Gue mau ambil tas sama kunci mobil," pinta Navya yang disetujui oleh Regal dan Farhan.

Navya kembali ke ruangannya. Ketika dia kembali melihat ponselnya yang bergetar diatas meja. Navya melihat ada telpon masuk dari pihak sekolah Agnes. Tanpa pikir panjang ia langsung menerima telpon tersebut.

"Hallo, selamat siang."

"Hallo, dengan orang tua Agnes?"

"Iya. Saya mama-nya. Ada apa?" tanya Navya yang sudah mulai khawatir. Karena sebelumnya tidak pernah di telpon oleh pihak sekolah.

"Apa anda bisa menjemput Agnes? Saat ini kondisi Agnes sakit. Tadi dia pingsan dan saat di cek oleh dokter ternyata suhu tubuhnya panas tinggi."

Tubuh Navya mematung mendengar kabar putrinya sakit. "Baik. Saya jemput sekarang. Terima kasih atas informasi-nya." Navya pun memutuskan sambungan telpon secara sepihak.

Ia keluar dari ruangannya dengan membawa tas dan kunci mobil yang tadi di berikan oleh Samuel kepadanya. Navya benar-benar khawatir sekarang. Suami dan anaknya sakit secara barengan. 

Selama Navya menikah dengan Samuel tidak pernah melihat pria itu sakit demam. Ini kali pertama buat Navya melihat suaminya sakit.

Skip...

Kini Navya berada di kamarnya. Wanita itu menatap dua orang yang sedang tertidur diatas ranjang dengan tatapan sendu. Hatinya sedih melihat suami dan anaknya sakit. Bahkan rasanya seperti tidak percaya.

Agnes dan Samuel yang biasanya ceria, bercanda bersama. Namun, kini mereka terbaring diatas kasur dengan suhu tubuh yang tinggi.

Navya mengambil handuk basah dari kening Samuel lalu kembali memeras handuk yang dia celupkan ke dalam baskom kecil. "Cepet sembuh kalian. Aku sedih lihat kalian sakit," bisik Navya di telinga suaminya.

Ia memberikan kecupan singkat di kening Samuel dan Agnes secara bergantian. Anak dan ayah itu tidur saling berpelukan yang membuat hati Navya menghangat. Navya suka melihat mereka akur. 

Sore pun datang. Samuel terbangun dari tidurnya ketika merasa seluruh tubuh basah. Ketika ia terbangun merasa berat di dada. Samuel menatap istrinya tertidur depan kepala berada diatas dada Samuel.

Tangan Samuel mengelus rambut Navya yang berantakan. Navya tertidur dengan posisi duduk. "Nay, bangun," ujar Samuel seraya menepuk pipi Navya pelan.

Navya terbangun dengan terkejut. Dia menatap Samuel yang sudah terbangun lebih dulu. "Kenapa? Kamu masih demam? Kita ke rumah sakit gimana?" tanya Navya dengan sedikit panik.

Samuel merubah posisinya menjadi duduk. Pria itu menggeleng pelan. "Aku udah mendingan kok." Navya meletakkan tangannya di kening suaminya. Navya bernafas lega ketika demam Samuel sudah turun.

Pandangannya teralih kepada putrinya. Samuel mengikuti arah tatapan istrinya. "Agnes masih demam," kata Samuel ketika mengecek suhu demam putrinya.

"Ya ampun. Aku ambil air baru untuk kompres dia deh," ujar Navya.

Ketika Navya ingin keluar langkah terhenti melihat Agnes yang terbangun. Samuel pun membawa anaknya ke dalam pelukannya. "Mama..." panggil Agnes.

Navya kembali duduk dan mengelus rambut putrinya. "Iya. Mama disini, nak."

"Mau susu," rengek Agnes.

Navya tersenyum tipis. "Iya. Mama buatin ya. Nesa sama papa disini." Anak itu menjawab dengan anggukkan singkat.

"Aku juga mau dong," kata Samuel yang membuat Navya terheran.

Navya menaikkan sebelah alisnya. "Tumben."

Samuel tersenyum misterius. "Bukan susu kayak Nesa, tapi susu dari pabriknya langsung," goda Samuel dengan menaik turunkan alisnya.

Bola mata Navya melotot. Jelas dia paham maksud suaminya. Navya menatap datar Samuel. "Kamu lagi sakit tapi mesumnya ngga hilang, heran. Mau baskom ini mengenai wajahmu, sayang?" ketus Navya.

Samuel tertawa melihat reaksi istrinya. Pria itu memeluk Agnes dengan erat. "Nesa lihat, mama marahin papa tuh. Ihhh serem banget," bisik Samuel yang mengadu kepada putrinya.

"Siapa suruh papa bikin mama kesel," jawab Agnes yang tidak berpihak kepada papa-nya.

Mendengar jawaban putrinya membuat Samuel semakin tertawa. Entah kenapa mood-nya sangat bagus untuk membuat Navya kesal. Sedangkan Navya hanya bersabar menghadapi tingkah suaminya.

Navya pun keluar dari kamar meninggalkan suami dan ayahnya. Ketika Navya keluar Samuel pun kembali tiduran di ranjang. Kepalanya sedikit pusing. Samuel membawa Agnes ke dalam dekapannya.

Melihat anaknya sakit membuat hati Samuel tersentil. Pria itu menciumin seluruh wajah Agnes dengan gemas. "Cepat sembuh ya, princess. Papa sama mama sedih melihat kamu sakit," tutur Samuel lembut seraya mengelus rambut Agnes.

Samuel menatap wajah anaknya yang sangat mirip dengannya. Hanya saja bagian bibir Agnes mirip sekali dengan Navya. Ia tersenyum. "Kamu cantik sekali seperti mama. Papa yakin, ketika kamu besar akan menjadi primadona sekolah."

Samuel jadi membayangkan ketika anak perempuannya sudah besar. Pasti akan sangat cantik seperti Navya.

•••••••••••••••

Jangan lupa follow:

@ameliandhra
@wp.ayananadheera
@navyabeatarisa_
@samuelnarendra_

See you next part!


Continue Reading

You'll Also Like

15.1K 1K 200
Ini hanya untuk konsumsi pribadi.... kalo gak suka ya gak papa..
1K 106 10
buat pembaca baru,dan binggung,jadi akun lama aku hilang dan ini akun baru, juga Ini lanjutan Alletarez ya, dari part 39,buat yang bingung,boleh baca...
329K 18.6K 49
Berawal dari Saingan malah berakhir jadi Kesayangan. Yaaa... Takdir hidup memang gak pernah ada yang tau kan? Tapi, ada banyak bumbu-bumbu masalah d...
40.3K 2K 34
" Lo lagi, kenapa selalu muncul dihadapan gue? " " Aku mau ngasih minuman ini buat kak Denzzel. " Menyodorkan sebotol minuman kesukaan cowok dihada...