Monster's Wife [Gabrielle's S...

By StyllyRybell_

233K 18.5K 4.1K

🔞 WARNING CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASA DAN ADEGAN DEWASA! HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN! BAGI YAN... More

Prologue
Chapter 1 : Swapped Dresses
Chapter 2 : Handcuffs
Chapter 3 : The Beginning
Chapter 4 : Gabrielle's Threat
Chapter 5 : She
Chapter 6 : Enough
Chapter 8 : Disobedience
Chapter 9 : Undesirable
Chapter 10 : The Party
Chapter 11 : Unwanted Woman
Chapter 12 : Mad Man
Chapter 13 : Afraid
Chapter 14 : All For You
Chapter 15 : Diamond
Chapter 16 : Kids
Chapter 17 : Honey Moon
Chapter 18 : Pregnancy Programme
Chapter 19 : Vermiglio
Chapter 20 : Under Control
Chapter 21 : Favorites
Chapter 22 : Betray
Chapter 23 : Yes
Chapter 24 : Monster
Chapter 25 : Sinner
Chapter 26 : Fooled
Chapter 27 : Madness
Chapter 28 : Tragedy

Chapter 7 : Whatever He Wants

6.9K 591 64
By StyllyRybell_

Street | Turin, Italy
08.01 AM.

"Am I not enough?"

Letizia tertegun dengan pertanyaan Gabrielle. "Bukan itu maksudku, kau tahu aku hanya tidak ingin kau memusuhi keluargamu. Mereka memiliki ikatan denganmu."

Gabrielle diam saja, lalu menolehkan kepala pada kaca dan menopang dagu, expressionless seperti biasa menghiasi wajah tegas nan tampannya. Tatapan dingin itu membuat Letizia bingung apa yang suaminya pikirkan, apa ia menyakitinya? Apa pria itu setuju atau tidak?

"Jadi kita pergi ke Milan?" tanya Letizia menaikkan kedua alis serta mengerut bingung.

Netra biru laut itu masih lurus tidak bergeming, namun dehamannya membuat siapa saja terkejut. Gabrielle benar-benar setuju? Gabrielle memang mengundang orangtuanya pada acara pernikahan, tapi untuk mendatangi kediaman mereka tentu saja adalah bahaya besar untuk Letizia yang pernah ditenggelamkan di sana, hal itu membuat Gabrielle tidak pernah memijak bangunan kastil ayahnya lagi.

Letizia melotot kaget. "Kau serius, bukan?"

Gabrielle menyipitkan netranya dengan tajam menoleh pada Letizia, seolah-olah terganggu dengan pertanyaan wanita itu. "Sekali lagi kau mempertanyakan maka aku membatalkannya."

"Tidak-tidak!" protes Letizia langsung memeluk suaminya tersenyum senang. "Terima kasih banyak!"

Massimiliano mengerutkan dahi melirik bosnya dan bersuara, "Tapi Tuan, besok malam adalah pertemuan dengan—" ucapannya tertahan lantaran Gabrielle melirik tajam anak buahnya itu.

Rafaele melirik bosnya dengan ekspresi panik sebab klien mereka berasal dari Singapura dan terbang hari itu juga untuk bertemu dengan bos mereka. Rafaele meneguk saliva lantaran harus berurusan serta membuat pengertian pada klien tersebut, bahkan memberikan ganti rugi. Bukan masalah uang sang bos yang tidak terbatas itu yang Rafaele khawatirkan, melainkan reputasi bos mereka. Ia ingin mengingatkan, namun melihat Massimiliano malah dibungkam, ia enggan menjadi tersangka atas sebuah hukuman sang bos dijatuhkan.

Ace yang mengutak-atik tabletnya berucap, "Private jet di mansion telah disiapkan dan pilot sedang dalam perjalanan menuju mansion."

Gabrielle mengangkat jari telunjuknya, membuat semua insan yang berada di mobil Limosin menoleh pada pria itu, seakan-akan bersiap memerintah pasukan perangnya. Ia berucap, "Perketat penjagaan Lily, makanan, pakaian, ruangan, dan kendaraan. Semua harus benar-benar dilaporkan padaku." Ia menoleh tajam pada Ace sebagai peringatan. "Even if she bite her own lip I'll blame you for it."

Ace meneguk saliva diperingati seperti itu lagi, seolah-olah perintah serius dan harus menaatinya tanpa melakukan kesalahan sedikitpun. Ia menundukkan kepalanya penuh hormat seraya berucap, "Giuro di credere ed essere fedele a La Righello. Se tradisco, lascia che il mio corpo brucia."

***

Danzi La Castello | Milan, Italy
10.19 AM.

"Gabrielle tidak akan datang," ucap Luke melipat kedua tangan di depan dada, menyandarkan bahu pada pintu. Ia memerhatikan istrinya sibuk menyiapkan kamar Gabrielle untuk ditempati sementara oleh anak mereka.

"Diam," ancam Kelsey melempar tatapan tajam. Ia kembali memerhatikan para pelayan menaburkan kelopak mawar di atas ranjang. "Di kamar mandi juga."

Luke memutar kedua bola matanya jengah. "Mengapa kau keras kepala sekali? Gabrielle tidak akan mendengarkan siapa pun dan dia masih membenci istana ini."

"Aku percaya Lily akan membawanya," ucapnya beranjak ke kamar mandi untuk mengawasi pelayan itu.

Luke berdecak dan ikut masuk. "Gabrielle bukan tipe yang bisa dibujuk."

Kelsey membalikkan tubuh, menatap tajam suaminya. "Mengapa kau berisik sekali?"

"Bagaimana tidak? Kau sibuk dua hari terakhir dan tidak memberiku jatah." Luke tersenyum nakal. "Bungkam aku dengan selangkanganmu, sayang."

"Kau—" ucapan Kelsey tertahan lantaran terdengar samar-samar suara private jet di sekitar mereka. Kelsey tersenyum lebar. "Itu pasti mereka!"

Kelsey bergegas menuju lapangan penerbangan yang letaknya sangat jauh dari kamar Gabrielle lantaran kamar itu terletak pada lantai puncak bangunan yang memiliki duapuluh lantai, sementara lapangan penerbangan terletak pada lantai dasar di belakang kastil. Namun, mereka tidak berjalan kaki dengan jarak segila itu, Luke telah menciptakan alat transportasi seperti lift khusus yang digunakan di rumahnya sendiri.

Kelsey terpaku menatap anak tunggalnya turun dari private jet sambil menatap dirinya dengan tatapan yang benar-benar memusuhi. Namun, Kelsey terharu anaknya setelah sekian tahun memijakkan kakinya di rumah mereka lagi. Airmata Kelsey menelusuri pipinya.

Letizia berdecak kagum melihat bangunan kastil yang layaknya di negeri dongeng tersebut. Ia benar-benar tidak bisa berhenti menatapi bangunan khas kerajaan Eropa klasik dengan taman yang luas disertai lapangan penerbangan. Letizia tidak ingat sedikitpun bahwa ia pernah tinggal di rumah itu sebab ia sangat kecil sekali.

"L," panggil Kelsey yang mendekati anaknya ingin memeluk.

"Berhenti di situ," ucap Gabrielle tajam yang membuat sang ibu berhenti bergerak. "Jangan mendekat lebih dari dua meter." Gabrielle semakin menajamkan netra birunya. "Baik aku maupun Lily."

Kelsey merasakan sakit di hatinya. "Aku bersumpah tidak akan melakukan apa pun, L."

"Aku tidak peduli dengan sumpahmu," balasnya. Gabrielle merasakan cengkraman Letizia di lengannya mengeras.

"Jangan seperti ini kumohon," bisik Letizia dengan nada pelan. "Kau menakutiku." Letizia menarik Gabrielle untuk mendekat pada ibunya yang menangis dengan menutup wajahnya sendiri. Namun, Gabrielle tidak bergerak mengikuti, ia malah menatap tajam Letizia.

"Kau mendengarku, Lily."

Letizia meneguk saliva, mengedarkan pandangan dan mendapati Luke mematung di tempat seakan shock akan kedatangan putranya. Letizia mendekatkan bibirnya pada telinga Gabrielle meski tidak bisa karena pria itu benar-benar tinggi. "Berbicaralah dengan ayahmu dan kumohon aku ingin berbicara dengan ibumu."

"Tidak."

"L," pinta Letizia pelan. "Aku sudah bilang kedatangan kita ke sini untuk memperbaiki hubunganmu dengan orang tuamu. Percayalah padaku semuanya akan baik-baik saja."

"Jika kau ingin menghadiri itulah syaratnya," ucapnya final sebelum pergi masuk meninggalkan mereka.

Letizia menghela napas berat. Ia mendekati Kelsey dengan jarak yang ditentukan Gabrielle. "Maafkan aku. Aku malah membawa luka untukmu."

Kelsey mengangkat tangannya. "Maaf, aku tidak ingin bicara sekarang." Kelsey beranjak ke taman bersama suaminya, namun berbalik dan tersenyum pada Letizia. "Terima kasih telah membawanya."

Letizia tersenyum pahit, ia merasa amat bersalah dan ia tidak mau seperti ini terus. Letizia tahu bagaimana perasaan Kelsey, ia akan benar-benar menderita jika Gabrielle bersikap seperti itu padanya, terlebih wanita itu adalah perempuan yang melahirkan Gabrielle. Ia tidak bisa membiarkan hal ini.

Letizia mengejar Gabrielle. Ia menarik lengan suaminya. "L, kumohon jangan lukai ibumu. Aku—"

"Jangan membuatku kehabisan kesabaranku padamu, Lily."

Letizia menatap sedih Gabrielle. "Aku akan melakukan apa saja asalkan kau mau memaafkannya."

Gabrielle mengangkat sebelah alis. "Kau—" ucapannya tertahan lantaran terkejut Letizia bersujud padanya.

"Kumohon, Daddy!"

Gabrielle melotot melihat hal itu, seluruh mafioso pun ikut terkejut dengan perbuatan Letizia, bahkan hal itu disaksikan oleh pelayan-pelayan yang ada di kastil. Memalukan, seorang istri Gabrielle yang dihormati dan ditakuti bersujud? Gabrielle mengeraskan rahang dan membentak, "Berdiri!"

Ace dan Massimiliano langsung terbirit-birit membantu sang Nyonya berdiri saking mengerikannya ekspresi bos mereka. Setelah Letizia berdiri, kedua asisten Gabrielle itu segera melepaskan tangan mereka lantaran tidak diperizinkan menyentuhnya layaknya seorang tahanan atau bahkan bawahan, mereka hanya boleh menyentuh Letizia untuk membantu wanita itu.

Gabrielle mengeraskan rahang. "Ke kamar sekarang."

"Saya akan mengantarkan Nyonya," ucap Ace pada Letizia dan menuntun wanita itu.

Gabrielle ikut berjalan di belakang memerhatikan Letizia. "Clear the room," perintahnya pada Massimiliano yang mengangguk mengerti dan langsung berjalan di paling depan bersama anak buahnya.

Setelah mereka berada di depan kamar, Gabrielle menarik lengan Letizia dan menjauh dari anak buah mereka. Ia berbisik tajam padanya, "Jangan pernah sujud pada siapa pun termasuk aku di hadapan siapa pun." Gabrielle menarik dagu Letizia agar menatap lurus netranya, ia menajamkan mata mengancam, "You are my wife. Gabrielle Dominico's wife. So act like who you are."

"Bagaimana bisa, L?" tanya Letizia frustrasi. "Aku tidak tahu harus berbuat apa agar kau tidak menyakitinya. Kau tidak mendengarkanku."

Gabrielle mengeraskan rahang seolah-olah menahan seluruh amarahnya. "She. Deserves. It," ejanya penuh penekanan, menegaskan Letizia untuk mengerti kata-katanya.

Airmata Letizia menggenang di pelupuk mata. Ia menyentuh rahang tegas suaminya. "Am I deserve it?"

Gabrielle terhenyak akan pertanyaan Letizia dan tidak bisa membalas. Tentu saja Letizia terluka karena Gabrielle bersikap seperti ini pada ibunya, wanita itu menginginkan Gabrielle berdamai dengan ibunya. Melihat wanita itu menangis frustrasi menghancurkan hati Gabrielle. Ia menarik istrinya ke dalam pelukan.

"Aku mencintaimu, Gabrielle, begitu juga mereka. Bagaimana bisa seseorang yang mencintai tidak hancur diperlakukan seperti itu?" lirihnya pelan.

"I don't need them. You're enough."

Letizia melepas pelan pelukan Gabrielle dan menyentuh wajah sempurna suaminya. "Tanpa mereka, kita tidak mungkin bersatu."

Gabrielle sedikit mengendurkan kerutan dahinya. "Aku sedang tidak ingin membahasnya." Ia menoleh pada anak buahnya, di mana mereka mengodekan bahwa kamar telah dibersihkan dan di-STERIL-kan agar mereka nyaman dan aman.

Gabrielle membawa Letizia ke kamar. Namun, baru saja masuk, ia mendapati stelan jas emas dengan sebuah gaun di atas kasur. Gabrielle kembali terlihat murka dan beranjak untuk memarahi anak buahnya yang membereskan kamar.

"Tunggu," hadang Letizia menahan pria itu. "Ini pakaian yang disiapkan ibumu dan Massimiliano sudah memeriksanya bahwa ini aman."

"Lily—"

"Hargailah usaha ibumu," mintanya dengan ekspresi memelas lalu mengecup tangan kanan Gabrielle yang bertato HELP di pangkal-pangkal jarinya.

***

Danzi La Castello | Milan, Italy
03.10 PM.

"Hei bajingan!" seru Gray yang turun dari pesawat pribadinya dengan nada riang pada Luke yang mengacungkan jari tengah pada kakaknya.

"Kau seharusnya tidak datang, brengsek!" umpat Luke tertawa. "Kastilku tidak menerima kedatanganmu!"

"Berisik!" umpat Silvestro menatap tajam kedua kakak sialannya itu.

Luke mengedarkan pandangan. "Di mana si sialan Vale? Si Princess sialan itu sok sibuk lagi? Benar-benar lupa keluarga."

"Dia akan menyusul nanti malam," beritahu Alonza menuruni tangga dibantu suaminya Nick. Ia melirik jejeran pesawat dan terdapat private jet bertuliskan Gabrielle yang sedikit jauh dari mereka. "Gabrielle di sini?" tanyanya membuat semua orang melirik apa yang dipandang wanita tua itu.

Semua orang terkejut dan melirik Luke dengan penasaran, bertepatan saat itu pula Letizia keluar dari kastil menggandeng Gabrielle.

"Lily!" seru Ansel tersenyum. "Ah, ini akan sangat menyenangkan."

Letizia tersenyum. "Di mana Anver?"

"Dia akan menyusul."

"L, apa kabar?" tanya Alex melempar senyum pada sepupunya, menggendong putranya.

Bianca tertawa. "Aku menjadi ingat sewaktu Gabrielle masih kecil dulu saat dia masih mencampur Bahasa Inggris dan Bahasa Italia dia pernah bilang dia menyukai warna mataku dan akan mendapatkannya." Ia menoleh pada Letizia dengan senyuman. "Aku tidak menyangka kau benar-benar mendapatkannya."

Gabrielle tersenyum tipis mendengar hal itu. "I'm Gabrielle Dominico Stone I always get whatever I want."





#To be Continue...


190623 -Stylly Rybell-
Instagram: maulida_cy

Continue Reading

You'll Also Like

1.2K 65 7
WARNING! DON'T COPY MY STORY! BILLIONAIRE SERIES #1 Zachary Lykaios; the Perfect Billionaire! Memiliki kehidupan yang diinginkan semua pria; paras ya...
5.7K 815 30
kelima gadis yang berprofesi sebagai pencuri yang bahkan nama grup mereka menjadi salah satu kelompok pencuri terkenal di kalangan kepolisian setempa...
371K 34.9K 43
SEQUEL DARI LIMERENCE Wajib membaca buku pertama untuk mengerti jalan cerita. (The Dark Series #4) ⚠️ Explicit Dark Story (21+) ⚠️ DON'T PLAGIARISM...
2.7K 83 19
[Young-Adult] Alter? Apa itu?