I'LL BRING HAPPINESS TO YOU (...

By riyuGe13

6K 915 736

Wang Yibo pecinta novel angst, tetapi dia sebisa mungkin menghindari novel yang ditulis berdasarkan kisah nya... More

1. Kisah Seorang Penulis
2. Sungai Xiang Jiang
3. Sebuah Lagu Tentangmu
4. Mengunjungi Xiao Zhan
5. Lembar Pertama
6. Apakah Kita Pernah Bertemu?
8. Murni Dan Nyata
9. Anjing Kecil
10. Terasa Akrab
11. Peluk Aku Dan Menangislah
12. Janji Di Dalam Hati
PENGUMUMAN!!!
ESTIMASI OPEN PO

7. Siapa Kamu Sebenarnya?

375 76 37
By riyuGe13

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Kejadian hari itu tertanam kuat di benak Wang Yibo sehingga bukan perkara mudah untuk melupakan. Dia ingin mengabaikan, tetapi bayangan dua lelaki yang tersenyum cerah satu sama lain tiada henti menghantui. Seakan-akan terdapat titik-titik hitam yang menodai hati, lama-kelamaan menyebar luas, dan menggelapkan seluruh lapisan hati.

Dada Wang Yibo berdenyut nyeri kala mengingat lagi dan lagi. Dia tidak habis pikir kenapa dia merasa seperti seseorang yang baru saja dikhianati oleh kekasihnya. Tidak lama setelah itu, sebuah pikiran asing melintasi kepala, pikiran di mana dia adalah korban kecelakaan yang mungkin saja kehilangan beberapa memori penting. Namun, hal tersebut tampak tidak masuk akal sebab dia masih dapat mengingat peristiwa masa kecil. Lantas, siapakah Xiao Zhan sebenarnya? Kenapa mereka seperti memiliki ikatan yang kuat?

Helaan napas panjang menyebar di udara untuk yang kesekian kali, berhasil menghambat segala pergerakan Zhou Xun yang tengah membuat masakan untuk sang anak tercinta. Melirik sekilas ke arah pihak lain dan segera menemukan sosok Wang Yibo yang sedang asyik menyelami lamunan panjang. Netra lelaki tampan itu menatap pada sendok yang mematung di tempat, terlihat jelas seberapa rumit tali pikiran yang berusaha dia pecahkan. Berkali-kali Zhou Xun memanggil, tetapi selalu diabaikan. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk mendekat sebentar demi menarik Wang Yibo dari dunia lamunan.

Membelai sedikit rambut Wang Yibo, Zhou Xun bertanya dengan penuh kelembutan, "Ada apa?"

Wang Yibo tampak linglung alih-alih terkejut. Gurat kebingungan menyambangi wajah seiring bibir terbuka untuk bergumam, "Huh?"

"Apa yang membuatmu kehilangan fokus?" Zhou Xun memberikan tatapan penuh selidik.

"Ma." Mulanya Wang Yibo agak ragu untuk menyuarakan isi pikiran. Namun, ketika mendapatkan dukungan dari sang ibu, dia seakan-akan tidak pernah mengenal kata ragu, "Apakah aku pernah mengalami amnesia? Seseorang yang aku temui hari ini terlihat sangat akrab. Dadaku berdebar setiap kali melihat senyumnya dan dadaku juga merasa sakit ketika melihatnya bersama dengan lelaki lain. Apakah dia adalah kekasih yang aku lupakan?"

Wang Yibo tampak sangat ekspresif ketika menjelaskan, hal yang tidak biasa terjadi. Zhou Xun menjadi gemas hanya karena menyadari sang anak sangat bodoh dalam hal percintaan. Itu sama persis seperti dirinya kala menginjak usia yang sama. Bisa dibilang dia tidak ingin mengaku cinta meski debaran jantung nyaris meledakkan bagian dada. Beruntung ayah Wang Yibo mau menunggu dengan sabar hingga penantian berjalan sampai kurang lebih lima tahun. Begitu tahu sang anak banyak mewarisi sifatnya, dia merasa seperti melihat dirinya saat masih remaja.

Zhou Xun tidak menanggapi pertanyaan naif Wang Yibo, dia justru memberi perintah yang berhasil membuat kecepatan detak jantung lelaki tampan itu melonjak tajam, "Bawa gadis itu kemari. Mama akan membuatkan makanan yang enak untuknya."

Ketika menyentuh kata gadis, kepeningan merambati kepala Wang Yibo. Meski dia tampak bodoh, tetapi dia tahu ke mana arah perbincangan tersebut. Dia menebak sang ibu menduga bahwa dia sedang jatuh cinta. Meski dia tidak benar-benar jatuh cinta kepada sosok yang dibicarakan, dia tidak berani mengungkapkan fakta jika sosok itu adalah laki-laki sebab Zhou Xun masuk dalam kategori orangtua yang berpikiran sempit.

Zhou Xun tidak sepenuhnya membenci kaum homoseksual, tetapi juga tidak mendukung. Dia tidak akan membiarkan keluarganya terjun ke dunia itu sebab tidak ingin tali keturunan terputus. Maka dari itu, Wang Yibo lebih memilih untuk menghindar dari pembicaraan yang agak sensitif. Lagi pula, dia adalah lelaki lurus yang sudah pasti akan menikah dengan wanita dan memiliki banyak keturunan.

Mungkin saja perasaan yang Wang Yibo rasakan kepada Xiao Zhan adalah jenis rasa yang lain. Benar, hal itu sangat masuk akal. Dengan menyibukkan diri pada hal lain, mungkin perasaan tersebut akan segera lenyap. Baiklah, mulai sekarang dia akan fokus pada tujuan awal, yaitu mencari uang dan menjaga sang ibu.

Sayangnya, kata hanyalah kata yang sangat mudah diucapkan. Jika hati tidak memiliki niat yang sungguh-sungguh, tindakan yang sangat ingin dihindari justru menjadi rutin dilakukan.

Di bawah perlindungan selimut dan hawa gelap yang menguasai kamar, mata Wang Yibo bergulir lincah melawan nyala terang cahaya laptop. Meski mata merasa lelah, dia ingin menuntaskan karya yang ditulis oleh Xiao Zhan malam itu juga. Beragam jenis pujian tiada henti mengalir dari celah bibir tebal. Bukan karena dia ingin melebih-lebihkan karya senior di tempat kerja, melainkan dia mengutarakan kebenaran akan tulisan Xiao Zhan yang tampak berbeda dari penulis lain.

Wang Yibo merasa seperti menemukan suatu emosi yang tersembunyi di setiap kata. Meski karya tersebut merupakan artikel biasa, tetapi tampak begitu indah dan mampu menumbuhkan hasrat pada diri siapa pun untuk membaca lagi dan lagi. Selain keindahan, mengenai kerapian sama sekali tidak dapat diragukan. Wang Yibo tidak pernah menjumpai penulisan yang salah. Tanda baca terletak di tempat yang tepat, membuat kenyamanan dalam membaca terus meningkat.

Wang Yibo menjadi heran kenapa penulis sempurna seperti Xiao Zhan tidak ingin membuat novel yang tentunya lebih laris di pasaran. Wang Yibo yakin sekali dengan kemampuan luar biasa yang dimiliki, itu akan membuat nama Xiao Zhan semakin harum, lebih harum dari yang sekarang. Bisa jadi dia akan menjadi penulis yang mendunia. Setiap kali dia menampakkan sehelai rambut di muka umum, dia akan menuai banyak pujian sebagai sapaan.

Perlu diingat lagi bahwa Wang Yibo tidak sedang melebih-lebihkan, dia selalu berbicara tentang fakta.

Ketika selesai menuntaskan seluruh bacaan milik Xiao Zhan, Wang Yibo berencana untuk pergi tidur. Namun, pikiran akan lelaki manis yang semakin menumpuk tidak mengizinkannya tidur dengan mulus. Sebuah pertanyaan yang paling mendominasi pikiran membuat netra terbuka lebar-lebar seiring waktu. Setiap kali ada hal yang memicu rasa penasaran, rasa kantuk akan sirna. Dia tidak bisa membiarkan hal tersebut terus-menerus terjadi. Dia memutuskan untuk mengobati semua rasa penasaran ketika bertemu dengan pihak yang bersangkutan pada esok hari.

Bertanya sampai ke akar hingga Xiao Zhan kebingungan memikirkan bagaimana cara untuk menjawab puluhan pertanyaan dari Wang Yibo. Pertanyaan pertama saja masih belum terjawab, sementara pertanyaan lain tiada henti berdatangan. Xiao Zhan meminta lelaki tampan itu untuk mengulangi sekali lagi karena tidak sengaja lupa. Bagaimana tidak lupa jika dirinya tiada henti dibombardir oleh pertanyaan beruntun.

"Kenapa Senior tidak mencoba menulis cerita romansa?" tanya Wang Yibo dengan tatapan yang fokus ke arah Xiao Zhan. Dia ingin meneliti ekspresi pihak lain saat mengemukakan jawaban, sekaligus mencuri kesempatan untuk berlama-lama memandangi wajah manis itu dari dekat.

"Cerita romansa, ya?" ujung jari Xiao Zhan bergerak lincah mengetuk pelipis, seakan-akan yang diketuk adalah pintu gudang yang menyimpan ribuan jawaban, "Aku … orang yang kaku. Aku tidak bisa menulis cerita manis seperti itu."

Wang Yibo menangkap ekspresi yang cukup rumit di wajah Xiao Zhan. Mempertontonkan senyum canggung yang berusaha dibuat sealami mungkin, tetapi tidak dapat menyembunyikan warna masam yang agak menyedihkan. Ada juga kekosongan pada netra lelaki manis itu, sama seperti kemarin yang dia lihat. Wang Yibo berpikir Xiao Zhan adalah pribadi yang sangat mudah untuk terjun dalam lamunan. Diberi kesunyian sedikit saja, lamunan panjang pasti akan tercipta.

Wang Yibo baru saja akan menginterupsi ketika Xiao Zhan telah menyelamatkan diri sendiri dari lamunan panjang. Meski demikian, masih ada kekosongan yang terlintas di matanya saat mengatakan, "Mungkin aku akan mencobanya nanti. Jika aku siap, aku akan menulis tentang sosok yang begitu aku cintai."

Kali ini, tiba giliran Wang Yibo untuk merasakan kemasaman yang bercampur dengan benih-benih kepahitan. Dia tidak suka membahas cinta dengan Xiao Zhan sebab pikiran akan langsung membawanya pada kejadian kemarin. Memori yang masuk ke dalam daftar sesuatu yang ingin dia hapus dari ingatannya. Begitu jelas pemandangan dua lelaki yang sedang tersenyum manis satu sama lain. Potongan-potongan kejadian itu segera menduduki wilayah utama di benak Wang Yibo. Dia merasa kesal hingga tanpa sadar menanyakan hal yang tidak seharusnya dipertanyakan, "Apakah orang itu adalah lelaki yang menjemputmu kemarin?"

Mata Xiao Zhan membulat seketika, tetapi segera diubah menjadi seperti semula. Dia tidak pernah menduga bahwa kalimat tersebut akan keluar dari bibir tebal Wang Yibo. Bagaimana bisa lelaki tampan itu menebak dengan benar ketika dia berusaha menutupi hubungan bersama sang terkasih dari dunia? Meski demikian, Xiao Zhan tidak ingin mengungkap fakta yang berujung dengan tekanan dari masyarakat yang semakin membabi-buta. Bagaimanapun, baru kemarin dia mengenal pihak lain yang kemungkinan besar tidak akan bisa diajak bertukar rahasia. Jika saja Xiao Zhan salah langkah dan tidak sengaja mengumumkan hubungannya, mungkin Wang Yibo akan menyebarluaskan berita panas ke seluruh dunia.

Cinta di antara dua lelaki sangat tidak dapat ditolerir oleh masyarakat. Itu akan menjadi berita panas jika sedikit saja terkuak. Sudah dipastikan gunjingan akan menanti di depan mata mereka yang terjebak dalam cinta sesama jenis. Tinggal bersama dengan sang kekasih saja sudah menciptakan kecurigaan, seakan-akan semua orang menunggu mereka tertangkap basah untuk kemudian dieksekusi beramai-ramai. Maka dari itu, mereka memutuskan untuk menutup diri kepada dunia luar. Mengatakan jika mereka tidak lebih dari seorang teman yang tinggal di satu atap demi menghemat biaya hidup.

"Dia hanyalah seorang teman," jawab Xiao Zhan pada akhirnya. Ada getaran halus yang membuat suaranya terguncang ketika menyebutkan kata teman. Begitu besar keinginan untuk berteriak jika mereka bukanlah teman, melainkan sepasang kekasih. Namun sayang, rasionalitas masih dipegang kuat. Sudah cukup kekasihnya mendapatkan sedikit tekanan dari masyarakat, dia tidak ingin melihat hal itu berkembang semakin besar. Jika yang dikucilkan adalah Xiao Zhan, dia tidak masalah. Sayangnya, masyarakat selalu mengarahkan tatapan menyelidik pada sang kekasih sehingga dia harus menahan diri dari tindakan impulsif.

Setidaknya, Xiao Zhan ingin melindungi orang yang sangat dia cintai untuk saat ini. Tidak tahu bagaimana ke depannya, apakah rasa cinta tetap sama sekalipun sang kekasih telah bersanding dengan orang lain? Entahlah, tetapi dia harus segera mempersiapkan diri sebelum waktu itu benar-benar tiba.

Beruntung Wang Yibo yang merasa muak membahas lelaki lain segera menutup mulut. Tidak ingin memperpanjang masalah demi kesejukan hati sendiri maupun hati Xiao Zhan. Sebagai pengamat yang baik, dia tahu bahwa ada sesuatu aneh yang melanda diri pihak lain.

Wang Yibo bangkit dari duduk, meninggalkan Xiao Zhan tanpa kata. Sementara pihak yang ditinggalkan juga diam, tidak berniat mempertanyakan tindakan pihak lain. Dia tidak ingin masuk terlalu dalam akan urusan orang lain. Mungkin Wang Yibo merasa tidak memiliki kepentingan lagi di sana sehingga memutuskan untuk pergi. Dia pun mulai memanfaatkan kepergian lelaki tampan itu dengan membuka laptop dan menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda. Manik mata bergulir lincah, menelusuri setiap kata yang dibuat demi memastikan tidak ada kesalahan sebelum karya tersebut dipublikasikan.

Xiao Zhan merupakan pribadi yang agak perfeksionis, merasa ingin melakukan pekerjaan dengan sempurna. Sedikit kesalahan saja sudah termasuk aib baginya sehingga butuh berulang kali untuk memastikan kesempurnaan dalam segala tindakan. Fokus yang perlahan dirajut, sedikit demi sedikit tercerai-berai. Merasakan sesuatu dingin yang menyengat bagian pipi, secara refleks dia menjauhkan diri. Menatap ke samping dan mendapati lelaki yang sesaat tadi pergi kini kembali dengan botol air minum dingin di tangannya. Ada senyum tipis yang melapisi bibir tebal ketika mata mereka bertemu tatap. Mendapati kelambanan Xiao Zhan dalam mencerna kejadian tersebut, Wang Yibo membuka tutup botol dan kembali menyodorkan kepada lelaki manis itu.

Setelah mencerna segala hal yang terjadi di depan mata, Xiao Zhan segera menerima baik botol pemberian Wang Yibo. Meneguk sedikit demi sedikit air yang mampu mengalirkan sebuah ketenangan ke seluruh lapisan tubuh, kemudian dia berterima kasih atas kebaikan pihak lain. Berpikir bahwa mungkin saja Wang Yibo dapat membaca sedikit kegundahan yang secara tidak langsung Xiao Zhan pancarkan. Akhir-akhir ini dia memiliki banyak pikiran yang sangat sulit untuk ditahan, secara otomatis akan terbit meski telah berusaha disembunyikan. Beruntung dia bertemu dengan orang yang lebih suka menutup mata sehingga dia tidak perlu bersusah-payah menjelaskan segala hal yang terjadi. Namun, dia tidak yakin apakah Wang Yibo juga termasuk orang yang suka menutup mata atau sebaliknya. Dia benar-benar tidak yakin setelah mengingat tindakan yang baru saja lelaki tampan itu lakukan.

Xiao Zhan merasa diperhatikan. Bukan karena dia terlalu percaya diri, melainkan Wang Yibo benar-benar tipikal orang yang perhatian. Jika itu tidak benar, tidak mungkin Wang Yibo sudi merepotkan diri membawakan minuman untuknya. Dengan begitu, Xiao Zhan segera menanamkan pernyataan di kepala bahwa dia harus membuat jarak dengan Wang Yibo. Jika tidak ada jarak yang membatasi mereka, dia menduga mereka akan sering berurusan di masa depan. Dia tidak ingin hal itu terjadi. Baginya, tidak baik untuk terus berurusan dengan orang lain sebab rasa ketergantungan itu pasti ada. Sebagai bukti nyata, sudah lama dia bergantung kepada sang kekasih sehingga ketika mereka diharuskan berjalan di tempat yang berbeda, itu terasa sangat sulit.

Lagi-lagi, Xiao Zhan bersemayam pada lamunan panjang tak berkesudahan. Berkali-kali Wang Yibo melambaikan tangan demi menarik kembali fokus lelaki manis itu. Membutuhkan waktu yang lama untuk menyadarkan dan ketika kesadaran telah kembali utuh, sebuah pertanyaan aneh mengalun dengan nada yang dipenuhi beragam emosi yang tak dapat terdeteksi jenisnya.

"Senior, siapa kamu sebenarnya?"

.

.

.

.

.

Bersambung ….

Kesannya kayak ga tau diri, tapi aku bener2 pengen ngemis vote dan komentar ke kalian khusus di cerita ini 🙏🏻

[0728, 2023]

Continue Reading

You'll Also Like

9.1K 1.5K 21
Beijing diguncang skandal pembunuhan. Seorang aktor berbakat dan terkenal, Xiao Zhan, dilaporkan tewas dalam kecelakaan. Seorang saksi melaporkan bah...
78.1K 11.9K 17
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
429K 44K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
8.9K 579 30
Penjahat adalah orang yang melakukan segala macam kejahatan terhadap tokoh utama. Dia bertransmigrasi sebagai 'Sung Eun Yul'. Tapi masa lalu sudah le...