Figuran Wife [Republish]

By imtinkerlose

744K 69.3K 5.1K

Transmigration Story. Cheryl Aubie, gadis yang baru saja lulus SMA itu tiba-tiba saja terbangun dalam raga an... More

Prolog
01. Dunia Novel?
02. I'm Sorry
03. Memulai Semuanya
04. Kencan?
05. Alasan
06. Bertemu
07. Still Be Mine
08. Cupcake
09. Tidur Bareng
10. Miss You
11. Makin Sayang
12. Pemulung dan Pemilik barang bekas
13. Don't leave Me
15. Roti Sobek
16. Gosip
17. Unknown Number
18. Yang Pertama
19. Perasaan Egois
20. Yakin
21. A Challenge
22. Cerita Syakira
23. Sisi Sagara yang Lain
24. Kebohongan dan Rasa bersalah
25. Tujuan yang kini Tercapai
26. Selalu Sagara
27. Permintaan

14. Bayangan Menyakitkan

21.7K 2.3K 585
By imtinkerlose

Happy Reading <3
Enjoy!

***

Chapter 14. Bayangan Menyakitkan

Yang paling sering di rasakan ibu hamil saat usia kandungannya masih muda biasanya kelelahan. Terutama mual, muntah dan pusing. Terlebih di pagi hari. Semua itu sama dengan yang di alami Ziva. Ia mengalami yang namanya morning sickness yang membuat Ziva harus bolak-balik ke kamar mandi hanya untuk muntah.

Ia bahkan tidak sempat membuatkan sarapan untuk Sagara. Namun, Sagara sama sekali tidak masalah. Dia bahkan memutuskan untuk tidak berangkat kerja karena khawatir pada Ziva yang terus saja mual-mual dan pusing. Padahal Ziva mengatakan akan baik-baik saja di rumah. Tapi, Sagara tetap kekeuh. Mau tidak mau Ziva mengalah.

Ziva juga jadi menemukan sesuatu yang baru dari Sagara. Cowok itu tidak bisa di bantah jika sudah membuat keputusan. Ziva hanya bisa menurut. Sagara seperti itu pasti karena khawatir. Ini juga demi kebaikannya, jika terjadi apa-apa Sagara bisa dengan sigap membawanya ke rumah sakit bila cowok itu stay di rumah.

Hari itu, Liam dan juga Mami datang berkunjung ke rumah. Ziva terlihat senang dengan kedatangan mereka. Ziva langsung berhambur ke pelukan Mami nya sebab sudah rindu. Sesuai ucapan Liam hari itu, sang Mami yang akan datang mengunjunginya.

“Apa kabar, sayang?” tanya Maharani, Mami Ziva dan juga Liam.

“Baik, Mi. Cuma pas pagi aku mual-mual parah,” jawab Ziva sambil cemberut.

Maharani tertawa. “Wajar dong, sayang. Kamu, 'kan lagi hamil muda. Lama-lama juga berhenti kok,”

Liam berdecak. “Ini akibat masih bocil tapi pengen punya anak.”

Ziva mendelik. “Daripada lo, udah tua tapi belum punya istri. Mau jadi bujang lapuk lo?!”

“Sembarangan lo. 28 tahun masih muda. Kalo tua tuh, kayak Papi!” kilah Liam, membuat Maharani tertawa.

“Udah, berantem terus.” lerai Maharani. Ia menatap Sagara yang duduk di sebelah Ziva. “Bagaimana kabar kamu, Sagara? Baik?”

Sagara tersenyum tipis sambil mengangguk. “Baik, Mi.”

“Ziva suka ngerepotin kamu nggak?” tanya Maharani, membuat Ziva melotot terkejut ke arahnya.

“Mami apaan nanya kayak gitu?! Aku nggak repotin Sagara kok! Iya 'kan, Ga?” Ziva menoleh pada Sagara. Dia mencubit pinggang Sagara pelan dengan mata melotot kecil, sebagai bentuk peringatan agar Sagara tidak mengaku kalau Ziva merepotkannya tadi pagi, sampai minta-minta gendong. Dia akan sangat malu nanti. Terlebih ada Liam. Cowok itu pasti akan meledeknya.

Sagara menoleh pada Ziva. Ia mengelus rambut Ziva pelan. “Nggak, Mi. Cuma agak manja,”

Ziva cengengesan saat Maharani menatapnya. Begitupun Liam yang mendengkus. Bukan, Maharani bukannya marah, sebelumnya Ziva tidak pernah bersikap manja di rumah, bahkan ketika Liam melakukan segala cara agar Ziva setidaknya bergantung padanya. Itu sedikit membuat Maharani dan Liam merasa iri. Ziva tidak pernah bersikap manja pada mereka berdua. Padahal mereka sangat ingin.

“Kalau Ziva minta yang aneh-aneh, nggak perlu kamu turuti ya, Ga.” ujar Maharani.

“Nggak pa-pa, Mi. Sagara nggak keberatan,” balas Sagara.

Liam berdecak pelan saat melihat Ziva menyandarkan kepalanya dengan nyaman ke lengan Sagara. Ziva tidak pernah melakukan itu padanya selama ini. Membuat Liam benar-benar merasa iri.

“Dih, bocil.” cibirnya, membuat Ziva menjulurkan lidahnya mengejek.

Maharani kemudian mengajak Ziva untuk berbicara berdua di kamar. Sementara Sagara dan Liam di tinggalkan di ruang tamu. Biarkan saja lah, agar Sagara dan Liam lebih dekat.

“Mami mau ngomong apa?” tanya Ziva ketika sampai di kamar. Keduanya terlihat duduk di ranjang.

“Mami cuma mau bicara tentang Papi. Mami udah bujuk dia buat maafin kamu. Tapi, Papi masih tetap sama pendiriannya.” Maharani menatap Ziva sedih.

Ziva tersenyum tipis mendengarnya. “Nggak apa-apa kok, Mi. Aku ngerti Papi pasti kecewa banget sama aku,”

Maharani mengelus pundak Ziva dengan lembut. “Mami yakin Papi bakal maafin kamu. Percaya sama Mami, kalau Papi pasti masih sayang dan tetap anggap kamu putrinya. Papi cuma butuh waktu,”

Ziva mengangguk dengan senyum sendu. “Maaf ya, Mi. Aku sempat bikin Mami dan Papi malu. Andai aja aku berpikir dulu dampaknya seperti apa sebelum bertindak, aku––”

“Hei,” sela Maharani. “Nggak perlu menyesali sesuatu yang udah terjadi. Karena itu nggak akan berdampak apapun. Cukup jadikan pelajaran hidup. Lagipula, Mami bangga sama kamu. Kamu tumbuh jadi perempuan kuat dan mau bertahan dengan semua masalah yang menimpa kamu. Dan Mami yakin, Papi juga pasti bangga sama kamu.”

“Iya, Mi.” Ziva terseyum kecil.

“Omong-omong, bener kamu suka manja sama Sagara?” tanya Maharani.

Ziva cengengesan sambil menggaruk kepalanya. “Gimana ya, Mi. Sagara baik sih, dia juga nggak masalah kalau aku manja dan rewel sama dia. Sagara juga nggak cuma bisa nerima aku dan baby, tapi bisa nerima sifat dan tabiatku juga. Aku bener-bener sayang dan beruntung punya Sagara.”

Maharani mengelus rambut Ziva dengan senyuman. Namun, dari sorot matanya wanita itu menatap Ziva dengan sedih. “Maafin semua sikap Papi selama ini ya, Nak. Udah buat kamu nggak bisa jadi diri sendiri, bahkan saat ada di rumah.”

***

Besok siangnya, Ziva jauh-jauh datang ke kantor Sagara hanya untuk meminta cowok itu menemaninya jajan di depan sebuah SD. Ia memaksa Sagara untuk ikut. Ziva tahu kalau dia akan merepotkan Sagara. Namun, entah kenapa kali ini Ziva tidak bisa menahan keinginannya.

Suasana sekitaran SD yang terletak di pinggir jalan cukup ramai oleh murid-murid yang sedang menghabiskan waktu istirahat dengan jajan. Ziva turun dari mobil dengan semangat. Meninggalkan Sagara yang geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.

Sagara turun dari mobil, mengikuti Ziva yang sedang mengantri di gerobak telur gulung bersama anak-anak SD di sekitarnya. Kehadiran perempuan itu cukup mencolok, banyak yang memperhatikannya, dari anak-anak SD sampai ibu-ibu yang berjualan di sana.

“Kakak, cantik banget. Nikah sama Ucup mau nggak?” Ziva menunduk ketika mendengar celetukan bocah laki-laki di sebelahnya.

Sagara menyatukan kedua alisnya tidak suka saat mendengar ucapan bocah laki-laki itu. Ia ingin menjawab kalau Ziva adalah istri nya, namun Ziva lebih dulu berucap.

“Tapi Ucup masih kecil. Kalai mau nikah harus udah besar kayak Kakak. Mending Ucup belajar dulu, raih cita-cita, sukses, baru deh Ucup nikah.” ujar Ziva dengan senyuman.

“Gitu ya, Kak? Kalau Ucup udah raih cita-cita dan sukses, Kakak mau nikah sama Ucup?” tanya Ucup, tidak menyadari bahwa Sagara sedaritadi menatapnya tajam.

“Nggak bisa.” Bukan Ziva yang menjawab, melainkan Sagara, membuat Ucup mendelik padanya.

“Kenapa?” tanya Ucup sewot.

“Dia udah nikah sama saya. Jadi kamu cari yang lain aja,”

Ucup merengut. “Nggak mau, Ucup maunya sama Kakak cantik ini. Abang aja cari yang lain,”

Bocah kampret. Sagara menatap Ucup dingin. Berani-beraninya bocah ini ingin merebut Ziva darinya. Ia hendak menyahut, tapi Ziva sudah menarik lengannya untuk sedikit menjauh dari Ucup.

“Udah, ah. Ucup cuma anak kecil,” ujar Ziva.

Sagara mendengkus. “Dia ngeselin, Va.”

“Yaudah nggak usah kamu ladenin. Kamu keliatan kayak anak kecil juga jatohnya,”

“Iya, maaf.”

Ah, aku-kamu. Panggilan itu Ziva duluan yang memulai tadi malam karena terus merengek pada Sagara sebab dirinya pusing dan mual. Dia tanpa sadar memanggilnya dengan embel 'aku' pada Sagara. Saat itu juga dia berdeham canggung. Ingin merubahnya lagi seperti semula namun Sagara melarang. Dia mengatakan kalau Ziva lucu memanggil dirinya dengan sebutan 'aku'. Jadilah mereka sepakat menggunakan panggilan 'aku-kamu'.

Lagipula, Ziva juga jadi menyukainya. Suara Sagara jadi lebih lembut jika menggunakan embel 'aku' saat memanggil dirinya sendiri. Apalagi saat Sagara pertama kali memanggil Ziva 'kamu'. Jantung Ziva rasanya mau lompat di detik yang sama.

Ziva tak hanya jajan telur gulung. Ia juga membeli cilok, makaroni telur, cilung dan es teh manis. Ziva terlihat menyantap makaroni telur nya dengan nikmat sambil menatap jalanan yang cukup ramai oleh pengendara. Sedangkan Sagara tengah membayar semua jajanan yang Ziva beli.

Namun, Ziva hanya merasakan kenikmatan sementara, sebab setelahnya terjadi kecelakaan di depan matanya sendiri. Kejadian begitu cepat. Bocah perempuan yang hendak menyeberang itu terseret beberapa langkah dari tempat kejadian.

Ziva membeku dengan tatapan lurus. Makaroni telur yang ada di genggamannya terjatuh. Suara teriakan panik orang-orang di sekitarnya bagai bisikan di telinga Ziva. Sesaat kemudian dengungan keras menghantam kepalanya.

Lalu, sekelebat bayangan hadir. Bayangan seorang gadis yang mengalami kecelakaan sama persis dengan yang ada di hadapannya. Ziva menjambak rambutnya sendiri. Ringisan kuat keluar dari bibirnya.

Bayangan itu terus-terusan bermunculan memenuhi kepala Ziva seolah sebuah balon yang terisi angin berlebihan, ingin pecah. Ia berjongkok sambil terus menjambak rambutnya. Bayangan itu datang bersamaan dengan rasa sakit yang menghantam kepalanya, hingga membuat Ziva menitihkan air mata.

“Sakit...,”

--- To Be Continued ---

200+ komen kita next part yap! Ramein kuy! <3

16 Juni 2023.

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 58.4K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
135K 10.1K 41
"Hadiah yang gue mau cuman satu. Lo hilang dari kehidupan gue untuk selamanya! Lebih bagus lagi kalau lo mati!" Amora kira ucapannya tak akan diangga...
350K 21.3K 24
❗Follow akun sebelum membaca❗ JANGAN REPORT! INI KELANJUTAN TRASMIGRASI MOMMY GRIL TAPI DIAKUN YANG BARU! 🔫Tidak menerima Plagiat🔫 Serena penga...
349K 47.2K 30
Keteledoran Zean yang malah memberikan ramuan cinta pada Zelena, membuatnya dalam masalah besar. Zean Tharioda, remaja 19 tahun yang termasuk ke jaja...