That's OkA!

By Camamello

1.5K 1K 1.1K

[Jangan lupa follow dulu sebelum membaca] _____ "Ini diluar kendaliku, aku hanya bisa menunggu dan melepaskan... More

[Chapter 1] Cowok dan Coach
[Chapter 2] Muka Kamu Tuh!
[Chapter 3] Dibawah Pohon Ameline
[Chapter 5] Ke Tempat Kak Jo
[Chapter 6] Bimantara dan Oka
[Chapter 7] Kamu Masih Marah?
[Chapter 8] Gavarato
[Chapter 9] Masalah Orang-orang Brengsek
[Chapter 10] Laptop, Sekolah, Busuk?

[Chapter 4] Lovey Dovey dan HTS

173 130 110
By Camamello

"Ya kak?"

"Lo pulang lewat manaa?" ulang Oka dengan sedikit kesal.

"Oh ... Ya itu kak, lewat warung yang waktu itu."

Baru saja Oka akan mengatakan sesuatu, tiba-tiba angin melesat tepat di samping telinga Berryl dan membawa serta debu-debu pada 'angin' itu hingga Berryl menutup matanya dan ...

Buk

Oka menggunakan tangan kirinya untuk menangkap bola basket itu dengan sigap lalu ia lemparkan lagi ke arah parkiran motor—yang merupakan arah datangnya bola.

"Sorry, Ka!"

Salah satu orang yang berjalan dari arah parkiran motor itu, menghampiri Oka dan berdiri disebelah Oka sambil menatap Oka dengan khawatir lalu kembali menatap Berryl dengan rasa bersalah.

"Itu di '07' kemarin, kan?" batin Berryl meskipun jantungnya hampir saja copot karena bola itu lewat tepat disamping kepala Berryl.

"Sekolah punya lapangan, ngapain Lo pada main di parkiran?" ujar Oka sambil menendang kaki si '07' meskipun Oka sengaja agar tidak kena.

"Tau tuh, tolol emang si Felix," tambah Dodot yang baru datang.

"Oh ... Si '07' itu namanya Felix ya ..." batin Berryl sambil menatap Felix dari sudut matanya.

"Felix sengaja itu, Ka," tukas Damai mengompori mereka.

"Eh anjing juga ya Lo berdua!"

Namun saat teman-temannya itu sibuk saling menyalahkan, perhatian Oka teralihkan pada Berryl yang mengucek matanya.

"Lo nggak apa-apa?"

Berryl langsung mengangguk dan mencoba menatap Oka meskipun mata kirinya sulit terbuka dan sedikit berair. "Nggak apa-apa, kak. Cuma kayaknya bolanya berdebu, jadi pas hampir kena kepala saya, debunya masuk mata."

"Coba liat."

Oka memajukan tangannya untuk memeriksa mata Berryl. Ia juga mencondongkan kepalanya mendekat seolah Oka akan meniup mata Berryl yang kelilipan.

"Nggak apa-apa kak!" Berryl dengan panik sambil sedikit mundur kebelakang dan melambaikan tangannya pada Oka dengan maksud agar Oka tak terlalu dekat dengan Berryl.

"Ah ... Sorry ..."

Oka kembali mundur setelah menyadari penolakan itu sementara Berryl sedang mengalami konflik dalam dirinya karena ia tak mau dikira sombong karena menolak bantuan Oka.

"Woi lovey dovey! Kita masih disini!" Dodot menepuk punggung Oka cukup keras hingga mengeluarkan suara nyaring. Namun, Oka terlihat tak keberatan sama sekali meskipun dahinya mengeriyit dan terlihat kesal.

"Dih ... Ladora Lo tuh di urus dulu baru nyari cewek lagi," tukas Damai dengan kesal.

Ladora ... Berryl pernah mendengar nama itu. Itu kan teman sekelas Berryl di kelas Diponegoro. Apa hubungan Oka dengan Ladora?

"Ohh ... Jadi Dora itu ceweknya Oka?" tanya Damai dengan penasaran.

"Iya itu cewek bondol yang bawa monyet kemana-mana."

Felix dan Damai kompak mencoba menendang Dodot saat Damai bertanya dengan serius tetapi dijawab dengan candaan oleh Dodot.

"Ck! Iya-iya!"

Berryl tak bisa fokus. Ia sedang mengamati reaksi Oka yang hanya diam dan menertawai pertengkaran kecil teman-temannya. Jadi benar ya bahwa Ladora itu ceweknya Oka?

Bukankah diam adalah bahasa tubuh paling halus untuk mengatakan 'ya' ataupun 'tidak'?

"Loh, kasuari mau kemana?" Damai mengucapkan kata 'kasuari' itu cukup nyaring hingga Berryl ditatap oleh beberapa orang-orang yang berada di kantin.

Alhasil, Berryl tidak jadi melangkah menjauh dan berhenti sejenak saat dirinya baru saja akan mengembalikan mangkok baksonya.

"Ngembaliin mangkok, kak."

"Yaelah, santai aja sama Mang Ujang. Biasanya Mang Ujang yang ambil mangkoknya."

"Oh ... Gitu ya ..." Berryl terdiam sejenak dan kemudian ia berucap lagi. "Nggak apa-apa deh kak, sekalian balik kelas."

Saat punggung kecil itu menjauhi mereka, Damai duduk disebelah Oka dan merangkul pundaknya dengan sedikit tekanan.

"Lo yang bener aja, Ka ... Si Dora tuh sampai sekolah di SMANATARA buat nyusulin Lo."

"Ya dia juga bisa apa, Dam," Felix berkacak pinggang sambil menatap Berryl dari kejauhan. "Lagian Oka sama tuh Ladora itu nggak jelas."

"Emang ya orang-orang lagi demen demennya HTS-an ... Padahal hubungan tanpa status mah gaenak." Dodot mengibas-ngibaskan baju seragam putihnya dan mengelap keringat yang ada di sudut dahinya.

***

"Bajingan, Lo!"

Berryl langsung menutup mulut Viviane saat ia mengumpat sambil mendongak keatas—kearah orang yang membuang sampah debu di ikrak. Bagaimana tidak kesal? Orang itu membuang debu itu dari lantai dua ke lantai bawah dan memberikan taburan hujan debu untuk Viviane dan Berryl.

"Heh! Ini didekat ruang BK!"

"Ya Lo lihat, Ryl. Emang kunyuk ya semua orang di bumi!"

Siapa sangka teman MPLS Jessy yang pendiam itu ternyata kini menjadi teman akrab Berryl setelah Berryl dan Viviane ditempatkan di kelas yang sama, X MIPA 2.

"Demi dewa, Berryl itu soang nya tolong di kondisikan." Cewek dengan kipas tangan itu celingak-celinguk menatap sekitar untuk memastikan tak ada guru yang mendengar apa yang baru saja Viviane katakan. Kalau tidak, mereka bertiga akan berada dalam masalah, bukan?

Viviane yang kesal setelah dikatai 'soang', langsung menatap cewek itu dengan 'bombastic side eye'-nya. Karena dilandasi kesal, ahirnya Viviane memiliki ide jahil di otaknya.

"Pak! Bu! Sephia buka base Twitter yang isinya boke-"

"Anjir!" Cewek yang Viviane panggil Sephia itu, langsung menutup mulut Viviane dan menyeretnya ke lorong kelas dengan bantuan Berryl.

"Gue baru lima bulan sekolah, Sep. Gue belum mau di DO gara-gara congor Viviane," tukas Berryl sambil menatap Sephia.

"Ada nggak sih alat sumbat congor?"

"Sembilan dari sepuluh peneliti psikologi mengatakan, kalau orang yang sering berkata kasar ialah orang paling jujur di dunia," ujar Viviane membela dirinya.

"Ye ... Penelitian mengatakan orang yang sering berkata kasar akan masuk neraka bareng jamet barudak Bekasi yang sering geber-geber motor di kos Berryl." Sephia menyenggol siku Viviane dengan kesal dan jengah. Namun, Viviane tak terpancing dan ia malah mengejek Sephia dengan berkomat-kamit mengikuti apa yang Sephia katakan.

"Nyi nyi nyi."

Buk

Ketiga cewek itu refleks terkejut saat bola basket mengenai jaring pembatas yang ada tepat disebelah mereka. Meskipun tidak mengenai mereka, tapi tetap saja jantung mereka hampir saja copot dan berhenti berdetak saat orang-orang di lapangan basket itu meneriaki mereka agar menghindar.

"Sorry!" teriak salah satu pemain basket itu.

Namun, karena mata Berryl yang rabun jauh, ia sampai mengeriyit untuk melihat siapakah yang barusan meminta maaf karena bola lemparannya tak sengaja hampir mengenai Berryl dan teman-temannya.

Itu Oka ... Berryl kenal betul suara itu.

Sudah hampir genap 5 bulan Berryl hanya bertemu Oka di warung yang ada di jalan menuju kos Berryl, atau saat di sekolah ketika Oka berlatih basket.

"Eh, itu kak Oka, kan?" tanya Sephia yang diberi anggukan oleh Viviane.

"Dulu waktu hari terahir MPLS, kalau nggak salah gue lihat Lo makan berdua sama kak Oka, kan Berryl?"

Sontak, Viviane langsung melototi Berryl dan menepuk pundak Berryl dengan keras.

"Lo punya hubungan sama Kak Oka dan nggak kasih tau kita dari awal?!" tanya Viviane dengan nada mengancam yang horor bagi Berryl.

"Eh nggak! Itu cuma ngobrol doang!

"Ngibul!" ujar Viviane dan Sephia bersamaan.

"Paling itu Lo berdua sok-sokan backstreet mentang-mentang Oka rising star-nya SMANATARA." Sephia berjalan memutari Berryl perlahan-lahan seperti pembully-pembully yang ada di drama Korea.

"Betul juga ... Atau mereka itu HTS-an ..." tambah Viviane sambil berjalan memutari Berryl seperti yang Sephia lakukan.

"Tolol boleh, bego jangan," Berryl memukul bahu mereka berdua dengan perlahan. "Gue aja udah nggak interaksi sama dia dari lima bulan lalu."

"Aduh!" Sephia baru saja mengaduh beberapa detik kemudian setelah dipukul oleh Berryl dan hal itu membuat Berryl dan Viviane sama-sama kesal.

"Telat!"

Sephia mengeluarkan ponselnya dari kantongnya lalu menatap Viviane dengan terburu-buru.

"Eh bimbingan OSN di aula!"

"Oh iya!"

"Yah ... Lo berdua pergi ..."

Seketika, Viviane dan Sephia menepuk bahu Berryl dengan bersamaan dan kompak berkata. "Ayo ikut OSN!"

"Ogah! Udah muak gue dari SMP OSN Mulu!"

"Dih yaudah, sendirian Lo tanpa kita." Viviane mengejek dan menjulurkan lidahnya pada Berryl hingga Berryl berpura-pura melepas sepatunya untuk menimpuk Viviane dan Sephia dan membuat mereka berdua lari terbirit-birit menuju aula yang berada di sudut barat sekolah.

"Duh ... Mau ke kantin tapi kalau sendirian nerobos kerumunan kakel, kok kaya gimana gitu ya ..."

Sepanjang anak tangga menuju kelas Berryl yang ada di sudut Utara di lantai dua sekolah, Berryl terus menggerutu dan menjadi galau soal perutnya yang berbunyi dan otaknya yang meminta Berryl tetap menjaga kredibilitas Berryl untuk tidak ke kantin sendirian.

Berryl menunduk sambil memeriksa ponselnya untuk melihat jam dan tanpa sadar ...

"Eh anjir astaga kaget ..." Berryl memegang dadanya dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya menutupi mulutnya setelah latah dan baru saja mengatakan kata kasar—meskipun saat mengatakan itu, suara Berryl makin mengecil seiring dengan nyali Berryl yang makin menciut dengan otaknya yang mulai memproses apa yang Berryl katakan dihadapan orang lain.

Berryl benar-benar terkejut saat hampir menabrak seseorang, padahal orang itu sudah sadar jika ada Berryl dan sudah berhenti di ujung tangga agar Berryl bisa lewat di jalan sebelahnya.

"Kak Oka ..."

Saat melihat orang itu adalah Oka, Berryl refleks lari terbirit-birit dengan langkah kecil menuju kelasnya yang berada tak jauh dari anak tangga.

Wajahnya memerah malu, jantungnya berdebar kencang karena malu dan gelisah setelah hampir menabrak Oka. Sudah begitu, Berryl masih sempat mengumpat ... Ck ck ck ...

"Berryl goblok ..."

"Anjir malu banget ..."

Berryl terus mondar mandir didepan kelasnya sambil mengigit bibirnya. Sudah lama ia tak bertemu Oka dan saat bertemu ia malah mengumpat tepat didepan wajah Oka dan membuat kesan buruk.

Sial sial sial.

Meski begitu, yang diumpat malah menatap Berryl dengan geli. Berryl kira orang-orang yang ada di anak tangga tak bisa melihat Berryl yang mondar-mandir sambil komat-kamit didepan kelasnya itu?

"Dia emang selalu nggak sadar akan keberadaan gue?"

Continue Reading

You'll Also Like

746K 2.7K 67
lesbian oneshots !! includes smut and fluff, chapters near the beginning are AWFUL. enjoy!
4.1M 88.2K 62
•[COMPLETED]• Book-1 of Costello series. Valentina is a free spirited bubbly girl who can sometimes be very annoyingly kind and sometimes just.. anno...
238K 7K 51
we young & turnt ho.
48K 1K 54
not you're average mafia brothers and sister story.. This is the story of Natasha Clark, an assassin, mafia boss, and most of all the long lost siste...