That's OkA!

By Camamello

1.5K 1K 1.1K

[Jangan lupa follow dulu sebelum membaca] _____ "Ini diluar kendaliku, aku hanya bisa menunggu dan melepaskan... More

[Chapter 1] Cowok dan Coach
[Chapter 3] Dibawah Pohon Ameline
[Chapter 4] Lovey Dovey dan HTS
[Chapter 5] Ke Tempat Kak Jo
[Chapter 6] Bimantara dan Oka
[Chapter 7] Kamu Masih Marah?
[Chapter 8] Gavarato
[Chapter 9] Masalah Orang-orang Brengsek
[Chapter 10] Laptop, Sekolah, Busuk?

[Chapter 2] Muka Kamu Tuh!

217 135 143
By Camamello

Jam pada ponsel Berryl menunjukkan pukul 15.00 dan Berryl baru saja pulang dari kegiatan MPLS hari pertamanya.

Sekolah memiliki gerbang depan dan gerbang belakang. Namun, Berryl memilih lewat gerbang belakang karena kos Berryl lebih dekat dengan gerbang belakang-tanpa mengetahui jika warung disekitar lingkungan kosnya itu kerap dijadikan tempat nongkrong anak-anak SMANATARA.

Biasanya warung itu sangat sepi dan hanya dikunjungi bocah-bocah yang sekedar membeli permen yang stick-nya dapat menyala saat gelap. Namun, kini jajaran warung itu berisi penuh dengan anak-anak SMA yang sekedar bersenda gurau ataupun melakukan hal-hal yang dilakukan remaja pada 'umumnya'.

"Mau pura-pura nelpon, tapi gue belum punya temen disini ... Sialan," umpat batin Berryl saat jajaran anak SMA itu terus menatapnya seolah Berryl ialah maling sandal masjid.

Meskipun hanya beberapa yang melakukan cat calling, tapi tetap saja mental Berryl sedikit diuji sekarang.

"Eh! Si kasuari itu!"

Berryl langsung merasakan gelombang kejut. Tubuhnya menegang seolah habis tertangkap basah melakukan tindakan kriminal.

Hanya ada 3 golongan yang tahu tentang jokes Kasuari Berryl itu: PJ kelas Diponegoro, teman-teman Berryl dikelas Diponegoro, dan 3 pemuda basket tengil itu.

"Mau kemana Lo?"

Dan benar saja. Masih mengenakan seragam basket yang sama, itu adalah pemuda basket yang menanyai Berryl tentang transportasi apa yang Berryl gunakan untuk ke sekolah.

"Mau pulang, Kak ..."

"Biar enak, sok atuh kenalin, gue Adipati Damai Damaram, biasa dipanggil Damai," kata pemuda itu sambil menyodorkan tangannya pada Berryl.

Berryl menatap bet kelas yang ada di lengan anak-anak SMA yang ada disini. Dan benar saja, dari sudut matanya, Berryl mendapati anak-anak SMANATARA yang ada disini kebanyakan berasal dari kelas sebelas dan duabelas. Dari pertimbangan itulah Berryl takut disangka adik kelas yang kegenitan sehingga ia tak membalas uluran tangan Damai. Mata Damai yang tajam dan berapi-api malah membuat Berryl semakin tertekan.

Ia menatap cowok dengan rambut belah tengah dan satu kancing seragam yang dibuka serta tak lupa dengan kemeja seragamnya yang dikeluarkan itu-dengan berbagai keraguan Berryl karena terlalu lama membiarkan tangan Damai menggantung didepannya-meskipun akhirnya Berryl hanya menunduk dengan ramah.

"Berryl kak."

"Ah ..."

Damai langsung mengepalkan tangannya dan berpura-pura memukul-mukul pahanya seolah pahanya sedang pegal-sementara teman-temannya mulai menertawai Damai dan hal itu membuat Berryl merasa tidak enak sekaligus tak nyaman berada diantara kerumunan kakak kelas cowoknya itu.

"Saya permisi ya kak-"

"Wait! At least kasih tahu gue, Lo dari kelas mana?"

"Saya kan baru MPLS kak ..."

Lagi-lagi Damai dihadiahi gelak tawa teman-temannya.

"Bego banget si Damai!" jerit salah seorang pemuda dengan kipas tangan portabel di tangannya dari tempat duduk yang ada di warung itu.

Cowok itu duduk diantara sekat meja makan dan etalase yang berisi dagangan warung itu. Kipas tangan berwarna hijaunya itu, ia letakkan dari bawah kemejanya sehingga anginnya langsung masuk kedalam seragamnya. Rambutnya sedikit basah karena keringat tapi wajahnya masih berseri-seri meskipun ia memiliki mata yang sayu-name tag nya bertuliskan 'Dotario Arisandy S.' meskipun Berryl tak mendengar seorangpun memanggil cowok itu dengan namanya.

"Diem deh Lo, Dodot anaknya Pak Basuki. Lo juga yang tadi nyuruh gue nanyain!" cecar Damai tidak terima.

"Stop deh. Kalau Lo semua berantem, bakal mengurangi populasi primata," tukas salah satu pemuda yang duduk disana mencoba menengahi.

Itu adalah pemuda yang tadi pagi Berryl lihat di ruang guru-pemuda yang membawa botol air minum-si nomor punggung '07'. Perawakannya begitu kalem namun sorot matanya terlihat tajam dan sifatnya mungkin sedikit tengil bagi Berryl. Ia duduk disebelah si '02' dengan tangannya yang melingkar di bahu si '02' itu. Senyumannya sedikit aneh bagi Berryl karena terlihat baik namun seperti memiliki maksud terselubung.

"Kok?" ucap Damai dan Dodot bersamaan.

"Lo berdua primatanya."

Saat mereka sibuk berdebat soal jokes 'primata' itu, Berryl kabur dari sana dan memanfaatkan pusat perhatian mereka yang sedang terpusat pada kericuhan 'primata' itu. Meskipun langkahnya sedikit terhambat dengan barang bawaan ditasnya yang berat, Berryl masih bisa sedikit menyelinap seolah tak terlihat sama sekali oleh mereka.

Namun, pikiran Berryl malah gagal fokus pada suara terakhir yang Berryl ingat. 'Lo berdua primatanya', kalimat itu memang tak ada sangkut pautnya dengan Berryl. Namun, yang membuat Berryl terkesima ialah suara cowok itu.

Ahirnya Berryl tahu suara si '02'.

Cowok itu terlihat kalem. Sorot matanya tajam seperti si '07' yang sedang merangkul cowok itu. Namun, sorot mata si '02' terlihat begitu dalam dan misterius. Suaranya berat tetapi begitu lembut meskipun penampilannya sedikit lebih rapi dari teman-temannya, aura 'binal' yang terkontrol tetap terasa dari cowok itu.

"Enak aja Lo! Gini-gini juga gue rajin skincare-an ya!" pekik Dodot tidak terima.

"Kalau Dodot primatanya, gue setuju."

Kata-kata Damai itu, langsung membuat Dodot kesal lalu memukulkan kipas tangan portabel ya ke kepala Damai. "Sialan ya Lo! Awas aja Lo pinjem-pinjem kipas gue lagi!"

"Aduh!" Damai mengelus kepalanya dan membalas menjitak kepala Dodot. "Nggak akan! Lagian Lo bawa-bawa kipas miniso, udah kayak cewek aja!"

"Lo nggak tau ya kalau lagi global warming makanya di bumi berasa kayak di matahari? Rumah Lo di Tanggerang noh udah kaya di Venus!"

"Ya dengan Lo make kipas itu, malah nambah-nambahin global warming, ege!"

"Ya makanya rumah Dodot yang di Bekasi, berasa satu inchi dibawah matahari," tambah si '07' mengompori mereka.

"Sialan juga Lo, padahal Lo tukang abisin makanan di rumah gue."

Saat mereka sedang sibuk berdebat, si '02' itu baru ingat jika Berryl masih ada di pinggir jalan sekitar warung. Jadi, si '02' itu memutuskan untuk mengecek Berryl-kalau-kalau Berryl merasa terintimidasi dan ahirnya menunggu Damai hingga tidak jadi pulang.

Namun, saat si '02' itu melihat kearah tempat dimana terakhir kali Berryl berdiri, ia terkejut karena Berryl tak ada disana. Ia celingak-celinguk, menatap kekanan dan kekiri untuk mencari kemana perginya gadis dengan jepit rambut di bagian sisi kanan dan kiri kepalanya itu.

"Kemana?" batin si '02' dengan penasaran.

Hingga ahirnya matanya mengunci pada satu objek-rumah tingkat berwarna putih dengan sentuhan emas yang berada di ujung jalan sebelum memasuki pertigaan-dimana ada seorang gadis yang baru saja memasuki gerbang rumah itu.

Sementara itu...

"Seru kok ... Seru banget ..." Berryl berucap seolah untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Ia menatap kamar kostnya yang masih begitu sederhana dan berisi beberapa barang-barang Berryl.

"Nggak ada Ibuk, nggak ada aAyah, nggak ada Arinbie ataupun Catzleina, nggak apa-apa kok ..."

Lagi, Berryl mencoba menghibur dirinya sendiri setelah jauh dari rumah dan bersekolah di SMA yang sama sekali tak mengenal Berryl-dengan kata lain, Berryl tak memiliki kenalan sama sekali disana selain seorang guru yang membantunya saat pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru atau PPDB.

Saat Berryl baru saja akan menutup pintu kosnya, ia mendengar suara para cowok-cowok yang berteriak-berteriak dan bermain dengan klakson mereka-seperti remaja-remaja yang menggeber motor mereka dijalan. Belum lagi beberapa suara knalpot motor yang mereka modifikasi sedemikian rupa hingga memekakkan telinga siapapun yang mendengar suara knalpot itu-Berryl berjanji jika ia menemui orang dengan knalpot seperti itu, akan ia sumpal dengan batu.

"Orang-orang stress ... Nambah-nambahin polusi udara aja," gerutu Berryl dengan kesal. "Pasti itu circle circle yang nongkrong di warkop tadi."

***

Sorenya, Berryl terpaksa harus membeli mi instan ke warung terdekat saat lapar tiba-tiba menyapanya. Dan ya, warung terdekat hanyalah warung yang biasa dipakai nongkrong cowok-cowok SMANATARA itu.

Dengan menggunakan Hoodie abu-abu dengan motif alien dari 'Toy Story' dan celana kulot panjangnya, Berryl mengintip dari dalam gerbang terlebih dahulu untuk memastikan apakah cowok-cowok itu masih berada disana atau tidak.

"Huh ... Untung udah sepi ..."

Berryl dengan yakin menghampiri warung itu dan membuka maskernya.

"Bu ... Beli mi rebus rasa soto sama telur lima butir ya."

"Oh iya ... Sebentar ya, neng."

Sambil menunggu ibu itu mengambilkan mi rebus soto dan telur Berryl, Berryl mencari tempat sandaran dan ia menemukan tempat yang pas-sekat yang memisahkan ruang makan warung itu.

Tanpa pikir panjang, Berryl langsung menyandarkan sikunya disana.

"Argh ..."

"Eh?!"

Seketika Berryl menarik kembali sikunya dan refleks keluar dari sana untuk melihat ke ruangan yang ada disampinya guna meminta maaf pada orang yang kepalanya tidak sengaja terkesan siku Berryl.

Warung itu memiliki sekat berhimpitan diantara tempat makannya dan tempat dimana jajanan diletakkan. Jadi, tak akan terlihat jika ada orang yang duduk diruangan sebelahnya.

"Aduh, maaf ya, Kak! Saya nggak-"

"Nggak apa-apa-"

Mereka berdua sama-sama terdiam, terkejut menyadari kehadiran mereka satu sama lain.

"-sengaja," lanjut Berryl masih setengah melongo dibuatnya.

Itu adalah si '02'.

Pandangan Berryl terfokus pada wajah didepannya. Tone kulitnya berbeda dengan Berryl. Kulit itu putih seperti susu sedangkan Berryl juga putih seperti susu-susu cokelat.

Pori-pori cowok itu juga terlihat sangat kecil, rambutnya sedikit basah dan berminyak karena keringat. Dan ya, dia masih memakai jersey basket '02' itu. Jersey berwarna putih dengan ujung lengan dan bawah pinggang berwarna biru muda. Tak lupa dengan logo club basket SMANATARA yang berada ditengah dada cowok itu dan nomor punggung, nama, serta sponsor Jersey itu yang ada di bagian belakang punggungnya.

"Hey ..."

"Neng, ini mie sama telurnya."

"Hey pesenan Lo ..."

Duk! Duk!

"YA!"

Berryl langsung tersadar dari lamunannya saat mendengar cowok itu mengetuk meja dengan jarinya. Berryl langsung mengambil kantong plastik berisi belanjaannya lalu mengeluarkan dompetnya.

"Lo nggak apa-apa?" tanya cowok itu dengan sorot mata sayu dan kening yang mengkerut karena khawatir.

Ia bahkan sedikit memiringkan kepalanya agar dapat melihat Berryl dengan lebih jelas. "Ada sesuatu dimuka gue ya?"

Berryl yang malu setelah tertangkap basah menatap wajah cowok itu terlalu lama, langsung mengeluarkan uangnya-dan sialnya Berryl tak punya uang pas karena ia baru ingat bahwa ia baru saja menarik uang dari ATM.

"Waduh neng, saya nggak ada uang kecil nih ... Saya tukerin di warung sebelah dulu ya?"

"O-oh ... Iya, Bu. Nggak apa-apa."

Suasana menjadi super canggung saat ibu itu pergi. Berryl sangat malu, dan cowok itu juga merasa dirinya sudah terlalu banyak berbicara dengan Berryl sehingga ia khawatir mungkin saja Berryl mengira ia sksd.

Berryl masih berdiri dan berkali-kali menatap ke sekitar jalan dengan harapan ibu itu segera tiba dengan uang kembalian Berryl. Berryl takkan mau duduk disebelah cowok itu karena ia lebih baik menahan gengsi.

Berryl mulai menyesal, harusnya ia membawa ponselnya kesini tanpa mengetahui bahwa cowok itu sudah mulai jengah dengan atmosfer canggung ini.

"Dahi Lo ... Nggak apa-apa?"

"O-oh ... Ini ..."

Berryl langsung mengelus dahinya dan tersenyum dengan canggung.

"Ini merah ... maybe karena global warming."

Continue Reading

You'll Also Like

46.3K 3.1K 26
|ongoing| Ivana grew up alone. She was alone since the day she was born and she was sure she would also die alone. Without anyone by her side she str...
747K 2.7K 67
lesbian oneshots !! includes smut and fluff, chapters near the beginning are AWFUL. enjoy!
238K 7K 51
we young & turnt ho.
1M 90.9K 39
𝙏𝙪𝙣𝙚 𝙠𝙮𝙖 𝙠𝙖𝙧 𝙙𝙖𝙡𝙖 , 𝙈𝙖𝙧 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞 𝙢𝙞𝙩 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞 𝙃𝙤 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞...... ♡ 𝙏𝙀𝙍𝙄 𝘿𝙀𝙀𝙒𝘼𝙉𝙄 ♡ Shashwat Rajva...