ALKANA [END]

Galing kay hafifahdaulay_

794K 38.3K 3.1K

Alkana Lucian Faresta dan pusat kehidupannya Liona Athena. Alkana mengklaim Liona sebagai miliknya tanpa pers... Higit pa

PROLOG
CAST
Trailer
CHAPTER 01
CHAPTER 02
CHAPTER 03
CHAPTER 04
CHAPTER 05
CHAPTER 06
CHAPTER 07
CHAPTER 08
CHAPTER 09
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 48
EPILOG
New Story! (Squel)

CHAPTER 47

8.6K 487 33
Galing kay hafifahdaulay_

Happy reading:)

"Kamu bahagia Liona?"

~Hayden Faresta~

"Saudari Mela, anda kami jatuhi hukuman 2 tahun penjara!" tegas Hakim di depan sana.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan palu terdengar bersama dengan air mata Mela yang menetes, kini ia harus membayar dan menanggung beban ini sendirian, sedangkan yang menjadi dalang dari semua permasalahan ini sudah menghadap Tuhan.

Siapa yang bisa menuntut Daniel sekarang?

Mela menoleh menatap ayahnya yang duduk di samping pengacara yang Rekan sewa untuk membelanya di pengadilan, pria itu memberikan dia senyuman penyemangat, itu membuat hati Mela sedikit lega, siapa sangka ayahnya mendukungnya. Mela enggan menatap ibunya yang menatapnya iba, Mela bisa melihat jika hubungan orang tuanya merenggang.

Karena dalam situasi di bawah tekanan dan paksaan saat itu membuat hukuman Mela di ringankan, namun tetap saja mendekam 2 tahun di penjara bukanlah hal yang mudah. Mela merasa semua ini tidak adil untuknya, dia hanya korban di sini tapi harus menanggung semuanya sendirian.

Mela mulai di giring berjalan keluar dari sana dengan tangan di borgol di belakang, baju tahanan itu resmi melekat di tubuhnya. Masa remajanya hancur, sekolahnya berhenti dan masa depannya buram. Mela kehilangan semangat hidupnya.

Di ujung sana Mela bisa melihat Liona bersama ketiga sahabat Alkana mencoba menenangkan Dita, wanita yang merupakan ibu Neo itu menangis terharu, dia tentu senang dengan kematian tragis Daniel, seolah karma sudah datang pada lelaki itu sebagai ganjaran.

Daniel di tertabrak, sama halnya seperti kematian Neo, namun kondisinya jelas berbeda. Dia tentu juga senang Mela masuk penjara, karena akhirnya putranya mendapatkan keadilan.

Orang tua Daniel tidak hadir di persidangan ini karena sibuk mengurus pemakaman putranya. Namun di persidangan ini jelas di bahas tentang kejadian kecelakaan besar-besaran kemarin, karena Daniel adalah tersangka utama.

Namun meski begitu, Hayden sebagai ayah Alkana, dan Abraham sebagai ayah River menuntut ganti rugi besar pada keluarga Daniel yang sudah bangkrut itu atas apa yang di alami putra mereka, jika tidak mampu membayar maka mereka yang akan menggantikan Daniel ke dalam penjara.

Semua orang bergidik ngeri mendengar penjelasan para jaksa tadi, kecelakaan besar itu sudah menjadi tranding utama di kalangan media. Membayangkan tubuh Daniel tergiling hingga hancur membuat beberapa orang mual di sana.

Mela menatap Liona, siapa sangka gadis itu juga balik menatapnya, Mela dengan kaku mencoba memberikan senyum pada gadis itu meski Mela tidak berharap Liona akan membalas senyumannya.

Siapa sangka Liona membalas senyuman itu, air mata Mela menetes karena penyesalan. Apakah Mela boleh mengartikan senyum Liona sebagai maaf gadis itu untuknya?

"Jaga diri kamu nak, Papa sayang sama kamu, Papa akan sering jenguk kamu." ucap Rekan mendekati putrinya.

"Mela juga sayang Papa." ucap gadis itu, Rekan langsung memeluk putrinya, beruntung Polisi memberikan izin sejenak.

"Mama minta maaf Mela..." lirih Arumi dengan air matanya. Mela menghapus air matanya dan mengangguk, dia tidak mau menaruh dendam pada ibunya sendiri.

"Mela udah maafin Mama." ucapnya, mereka berpelukan, tanpa di duga Rekan bergabung memeluk mereka.

"Mela minta supaya Papa sama Mama baik-baik aja, jangan saling benci. Kita bisa lewati ini sama-sama." ucap gadis itu, orang tuanya mengangguk mengerti. Rekan menatap istrinya lalu memeluk wanita itu erat. Nampaknya musibah ini mempererat hubungan mereka bertiga.

Pengadilan bubar, Mela sudah di bawa pergi, Hayden berjalan beriringan dengan Liona, Abraham, dan Dita. Mike dengan setia mengikuti mereka dari belakang bersama, Bintang, Langit, dan Kenzo.

"Terimakasih Pak Hayden, jika bukan karena anda saya tidak akan tau apa yang terjadi pada putra saya." celetuk Abraham.

Hayden mengangguk, "Tentu Pak Abraham, putramu membantu putraku dari kecelakaan truk itu. Meski keduanya sama-sama berakhir di rumah sakit sekarang, namun saya sangat menghargai niat baik River."

Liona bersama yang lain setia mendengar mereka, gadis itu sibuk dengan pikirannya sendiri, rasa cemas lebih mendominasi kepalanya. Dia dan Alkana baru saja kecelakaan dan kini lelaki itu kembali terbaring di rumah sakit. Semoga kondisi Alkana dan River segera membaik.

"Saya menyayangi River Pak Hayden, namun dia membenci saya karena dia terlahir dari kesalahan saya. Tentu itu sudah menjadi rahasia umum sejak lama, dia memilih hidup mandiri dan jauh dari pengawasan saya." Liona bisa mendengar nada frustasi di sana.

"Ngomong-ngomong saya senang anak kita yang dulu ternyata bermusuhan sudah bisa berteman." ucap Abraham menuruni tangga di halaman gedung pengadilan.

"Ya semoga saja. Anak mu ternyata gigih juga Abraham." ucap Hayden penuh arti membuat Abraham menaikkan alisnya bingung.

"Tunggu, anda sepertinya mengenal River, kalian pernah berbicara sebelumnya?" kepo Abraham.

Hayden terkekeh membuat Abraham sedikit takut, "Putramu sangat berani Abraham, dia dengan percaya diri meminta putriku secara langsung." ucap Hayden membuat Abraham syok.

"Apa?!" kagetnya, berani sekali River!. Abraham jelas tau siapa yang Hayden maksud, karena dia hanya memiliki seorang putri, Florin.

Siapa pebisnis yang tidak tau akan kecantikan dan kecerdasan anak Hayden itu, banyak rekan-rekan kerja Hayden yang meminta agar putra mereka di jodohkan dengan Florin tapi Hayden menolak.

Dan sekarang, putranya yang tidak tau apa-apa dengan barani mendekati anak kesayangan Hayden itu?!. Bunuh saja Abraham sekarang!.

Bintang menyenggol lengan Langit, "Kayaknya calon besan lagi diskusi Ngit!" ledek Bintang pada Langit, lelaki itu mendengus kesal mendengarnya.

"Sabar Ngit, kayaknya doa fans lo terlalu kuat deh!" celetuk Kenzo, Langit mencubit perut Kenzo dengan gerakan pelan.

"Diem!" sentak Langit sok cuek.

"Hayden maafkan putra ku, dia tidak tau apa-apa--"

"Apa masalahnya? Dia hanya meminta izin, keputusan ada di tangan Florin dan kedua kakak laki-lakinya, keputusanku? Aku jelas mendukung apapun keinginan anak-anak ku, karena mereka selalu mendapatkan apapun yang mereka inginkan." Abraham menahan nafas mendengar hal itu.

Langit mendesah lesu, kalo sudah begini bisa lepas gadis pujaannya. Oh Florin! Kenapa kau begitu sempurna?.

"Terimakasih atas semua bantuan keluarga anda Tuan Faresta, akhirnya saya mendapatkan keadilan untuk anak saya." ucap Dita untuk yang ke sekian kalinya.

"Tidak masalah Bu Dita, anak saya sudah berjanji, saya hanya membantu menepatinya." jawab Hayden, Dita mengangguk lalu menghapus air matanya.


"Kami permisi dulu." Hayden masuk ke kursi penumpang yang sudah Mike buka.

"Saya juga pulang dulu Taun Faresta, dan Pak Abraham." ucap Dita yang di angguki Abraham dan Hayden.

"Tante pulang dulu ya, sering-sering main ke rumah ya. Rumah sering sepi karena gak ada Neo." ucap Dita, ketiga inti Xanderoz itu langsung mengiyakan dan menyalami tangan Dita begitu juga dengan Liona.

Dita masuk ke salah satu mobil yang Hayden suruh menjemput wanita itu tadi untuk ke pengadilan. Dita seorang janda, dia tinggal sendiri sekarang. Akan repot jika menggunakan taksi nanti.

"Kita juga duluan Om, Om gak ikut ke rumah sakit?" tanya Liona.

"Om akan datang nanti sore Liona, bersama ibu Malvin nanti." mendengar itu Liona hanya mampu mengangguk saja.

"Kita duluan Om." pamit Liona memasuki mobil yang sama dengan Hayden, gadis itu duduk di samping pria yang berperan sebagai ayah Alkana tak ayal berperan sebagai ayahnya juga.

"Kita juga pamit Om." sopan mereka bertiga, Abraham tersenyum sebagai jawaban. Bintang, Langit, dan Kenzo langsung menuju parkiran motor.

Mobil Hayden dan ketiga motor itu melaju menuju rumah sakit, di perjalanan mereka hanya sama-sama diam, Mike fokus menyetir dan Hayden sibuk dengan iPad di tangannya, sepertinya persoalan pekerjaan.

"Anak haram Arga itu resmi menjanda berarti?" celetuk Hayden masih berfokus pada iPad. Liona menahan nafas mendengar ucapan Hayden, nada suaranya terdengar sedikit julid, sepertinya Hayden mengajaknya ghibah sekarang. Langka sekali!

"Iya Pa, dia resmi menjadi janda di usia pernikahannya yang baru dua hari. Sekarang semua orang di Venus tau pernikahan mereka dan penyebabnya, karena banyak yang datang ke pemakaman Malvin tadi, apalagi dia mantan ketua OSIS otomatis temannya banyak." ucapan Liona benar, Malvin meninggal kemarin dan di makamkan hari ini tentu pihak sekolah datang melayat.

"Ahh sayang sekali." Hayden terkekeh. Munafik jika Liona mengatakan tidak merasakan kepuasan dengan kondisi Aurel sekarang, akhirnya gadis itu membayar semuanya. Namun Liona juga merasa kasihan pada anak di kandungan Aurel, anak tidak berdosa itu akan menanggung banyak masalah kedepannya.

"Kamu bahagia Liona?" tanya Hayden tiba-tiba.

"Liona bahagia Pa, dan itu berkat Alkana dan keluarga Faresta." jawab Liona tanpa ragu, Hayden mengangguk lalu mengelus puncak kepala calon menantunya.

"Jika Arga tidak bisa memberikan kamu kasih sayang seorang Ayah, Papa bisa memberikannya Liona." celetuk Hayden.

Mata Liona berkaca-kaca,  "Tanpa Papa bilang Papa udah ngelakuin semua itu, makasih Pa." Liona langsung memeluk Hayden tanpa ragu.

Mike yang melihat itu dari kaca spion ikut terharu, dia jadi ikut merindukan ayahnya. Hayden yang melihat ekspresi tangan kanannya yang seperti robot itu mendengus geli dalam hati.

"Kau juga bisa menganggap ku ayah mu Mike." celetuk Hayden karena Mike seumuran dengan Arseno. Mike tersenyum salah tingkah, "Terimakasih, Tuan." jawabnya.

******

Florin menatap sendu lelaki yang terbaring di brangkar rumah sakit itu, gadis itu menghapus kasar air matanya. Bohong jika ia mengatakan dirinya baik-baik saja sekarang, nyatanya dirinya terguncang dengan semua hal yang menimpa Alkana dan River.

Apa Florin mulai menyukai River? Dengan tegas Florin akan menjawab iya, persetan dengan River yang merupakan musuh kakaknya.

Florin hanya berharap jika kondisi mereka membaik, apalagi River yang dalam masa kritisnya sekarang. Dan setelah pulih nanti, semoga hubungan mereka membaik.

Pintu ruangan terbuka, Liona masuk dengan cup coffee di tangannya. Kondisinya juga sama seperti Florin, namun gadis itu mencoba tegar menghadapi semuanya. Jika River kritis sejak kemarin, maka Alkana belum sadarkan diri sejak kemarin juga.

Tak hanya Liona, Langit juga ikut ke sana, sedangkan Bintang dan Kenzo menunggu di ruang rawat Alkana.

"Papa sama Mama mana?" tanya Florin dengan suara seraknya.

"Baru aja pulang untuk istirahat, kasihan Mama kurang tidur." ucap Liona, Florin mengangguk setuju.

"Dan lo juga kurang tidur." lanjut Liona, Florin menghela nafas lelah, Liona menyodorkan minuman itu pada Florin.

"Thanks." ucap Florin.

"Jangan sampe kecapean Flo, nanti bisa aja lo ikutan sakit, jangan lupa makan juga." nasehat Langit, Florin menatap Langit sambil tersenyum kecil.

"Iya, Thanks udah ngingetin."

Langit mengangguk lalau menatap River, kondisinya sangat buruk, kakinya kirinya patah parah hingga harus di operasi. Dan beberapa luka parah lain di bagian tubuhnya yang harus di jahit.

"Jangan nangis terus, lo suka ya sama River?" tanya Langit, Liona hampir melotot mendengar pertanyaan Langit itu.

Bukannya menjawab, Florin malah baik bertanya, "Lo suka sama gue?" tanya Florin yang memang teringat akan ucapan Alkana kemarin.

Langit tersedak ludahnya sendiri, "Gue ke luar dulu, kalian butuh bicara." ucap Liona, tanpa menunggu jawaban mereka gadis itu langsung keluar dari sana membuat Langit semakin gugup.

"Siapa yang gak suka sama lo Flo, lo baik, tegas, dan cantik..." ucap Langit dengan nada pelan di akhir, telinganya memerah saat mengungkapkan itu.

"Tapi gue sadar, gue cuma sekedar kagum sama lo, dan suka lo layaknya kakak ke adik, gue sayang lo Flo, gue gak mau lo kenapa-napa, sama halnya kayak Alkana." jelas Langit, Florin bangkit dan memeluk Langit.

"Makasih Langit, makasih." ucapnya.

"So, lo suka sama River?" tanya Langit lagi, Florin mengangguk, Langit tersenyum tulus. "Apapun yang bikin lo bahagia, gue bakal dukung selagi itu baik."

"River orang baik, cuma pergaulannya aja yang salah selama ini." jelas Langit.

"Bener, mereka bawa pengaruh buruk buat dia."

Florin tidak bisa meninggalkan River, karena lelaki itu sendirian, keluarganya belum ada yang datang, kecuali kemarin ayahnya Abraham datang saat River di kabarkan kecelakaan dan langsung di operasi.

******

Di sisi lain di waktu yang sama Aurel menatap mertuanya dengan takut dan was-was saat wanita itu mengemasi pakaiannya ke dalam koper.

"Ma jangan usir Aurel dari sini, Aurel masih istri Malvin Ma!" pekik gadis itu.

Rania menutup koper yang sudah penuh lalu menyerahkannya dengan kasar pada Aurel, "Istri?! Jangan lupa sekarang kamu sudah menjadi janda! Anak saya sudah mati dan di kubur tadi!" teriak Rania histeris tidak terima dengan kematian Malvin, ingin menuntut pun Rania akan menuntut siapa? Daniel juga sudah mati sekarang.

"Tapi Aurel masih menantu rumah ini, Aurel masih mengandung anak Malvin Ma?! Apa salah Aurel?!" teriak gadis itu.

"Salah kamu? Masih nanya lagi! Denger ya! Semenjak ada kamu dan keluarga kamu itu kesialan anak saya tidak pernah berhenti, dan lihat semuanya berakhir seperti ini!" tangis Rania dengan penuh kebencian menatap Aurel.

Wanita itu tanpa perasaan menarik Aurel kasar dari kamar itu untuk keluar dari dalam rumahnya, dengan langkah terseok-seok Aurel melihat Pras berdiri diam di ujung tangga.

"Pa! Jangan usir Aurel Pa!" Aurel menangis memohon, namun Pras hanya diam seperti patung, jiwanya seolah mati bersama putranya.

"Pergi kamu dari sini! Jika anak saya tidak menikahi kamu mungkin dia masih hidup sampai sekarang!!! PERGI!" teriak Rania mendorong Aurel hingga gadis itu hampir tersungkur di teras.

Dengar kasar Rania langsung menutup pintu. Aurel menangisi nasibnya sekarang, mau tau mau gadis itu menyeret kopernya pergi dari sana, entah kemana ia sekarang.

Sejak Arga memutuskan bercerai dengan Miranda, ibunya itu memutuskan kembali dengan mantan suaminya Wisnu, dan dia tidak akan mau menampung Aurel, karena mereka juga hidup pas-pasan.

Miranda tidak punya pilihan selain bersama Wisnu, karena hanya pria itu yang mau menampungnya, jika tidak, tinggal di mana Miranda nanti? Dia sudah tidak punya apa-apa.

Dan Arga? Aurel malu menyusahkan Papanya lagi, apalagi bisnis papanya bangkrut dan hampir di pecat dari perusahaan milik keluarga Faresta, karena terlalu banyak mengambil pinjaman ke kantor dengan bayaran menunggak. Itu semua demi membelikan dirinya barang-barang branded seperti tas kemarin contohnya. Aurel menyesal karena terlalu iri dengan apapun yang Liona miliki, obsesinya berhasil membunuh dirinya sendiri sekarang.

Aurel juga malu tinggal di sana, karena dia baru tau jika ternyata rumah itu atas nama Nilam, ibu Liona. Selama ini dia dan Miranda enak-enakan tinggal di sana dan membuat Liona yang notabennya pewaris sah terusir.

"Mama minta maaf ya nak..." lirih Aurel mengelus perutnya.









TBC!
Spam vote dan komen untuk next.

Follow akun ini dan follow Instagram aku juga.
@hafifahdaulay_
@xanderoz.geng
Subscribe channel YouTube aku juga.

Makasih.

See you.

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

191K 11.8K 54
Alleta Nadeleine, gadis cantik yang harus pindah sekolah karena mengikuti papanya yang bekerja. Namun, siapa sangka di sekolah barunya ini membawanya...
967K 63.3K 55
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA, biar dapat full partnya] ______ a l t e r ; ❝Seorang gadis yang tidak mendapatkan kebahagian dalam hidupnya akan menjadi g...
7.6M 357K 59
-END- #03 in Teen Fiction (Oct 9, 2018) #1 in Cerita Remaja (Dec 9, 2018) #2 in Cerita Remaja (March 29, 2018) Dia.. Dante Abraham. Si kakak kelas y...
960K 47.6K 42
"Jadi, kakak lebih milih pulang bareng Freya dibanding Kia?" ujar Kia pada Arzel. Kalimat apa yang dia ucapkan pada Arzel ini? Tentu saja Arzel lebih...