storiette; enhypen√

By sandalnyanct

1.5K 206 1

Enhypen short story lokal vers! Oke guys, sebelum baca, perhatikan format berikut; 1. Purple for Jungwon 2... More

[1.1] Purple;-Chapter01-
Purple;-Chapter02-
Purple;-Chapter03:end-
[2.1] Blue;-Chapter01-
Blue;-Chapter02-
Blue;-Chapter03:end-
[3.1] Black;-Chapter01-
Black;-Chapter02-
Black;-Chapter03-
Black;-Chapter04-
Black;-Chapter05:end-
[4.1] Green;-Chapter01-
[5.1] White;-Chapter01-
Green;-Chapter02-
White;-Chapter02-
Green;-Chapter03-
White;-Chapter03-
Green;-Chapter04:end-
White;-Chapter04-
White;-Chapter06:end-

White;-Chapter05-

42 8 0
By sandalnyanct

"Lepasin!"

Yesha menarik tangannya begitu dia dan cowok berambut hitam yang tak ia ketahui namanya itu sampai di toilet. Ngomong-ngomong, toilet di club ini untuk umum.

Gadis itu tak tau ada masalah apa cowok ini sama dia, cuma dari sekian tempat di club ini, kenapa cowok ini milih toilet coba?!

Yesha memalingkan wajahnya ketika kedua matanya tidak sengaja menatap pemandangan menjijikkan didepan cermin yang ada di toilet itu, dimana ada sepasang wanita tengah berciuman.

Catat, sepasang wanita.

Rasanya Yesha ingin keluar saat ini juga begitu menyadari betapa gilanya tempat ini lama-lama.

"Apa-apaan sih lo?"

Gadis itu mengelus pergelangan tangannya yang terasa sakit karena tarikan cowok freak dihadapannya ini yang saat ini malah menatapnya dengan tatapan intens.

"Jauhin Saga"

Kening Yesha langsung mengeryit. Apa-apaan coba ini cowok satu. Kenal aja engga kok tiba-tiba sksd banget, anjir, batin Yesha julid.

"Apa sih lo tuh hah? Prik banget. Kenal aja engga!"

"Tian. " ucap cowok itu, keluar dari topik pembicaraan.

Yesha megerutkan keningnya lalu mengerucutkan bibir, makin freak aja ini cowok satu. Kayanya temennya Sagara ngga ada yang waras deh kecuali Damian sama Langit.

"Nama gue Sebastian. Lo bisa panggil gue Tian"

"... ya terus?" Yesha masih ngga mudeng.

Cowok itu, alias si Tian menghela nafas. Cewek ini bodoh juga ternyata.

"Kita udah kenal sekarang. Jadi jauhin Saga" jawab Tian tanpa basa-basi lagi.

Yesha mendelik tidak terima. Cewek itu makin menatap julid cowok ganteng itu. Iya, Tian emang ganteng dengan setelan jas kulit hitam yang menutupi kaos putih kedodorannya serta celana jeans hitamnya.

Tapi tetep aja sifatnya yang freak membuat Yesha kesal. Belum lagi wajah dingin dan nada datarnya itu yang ternyata lebih nyebelin dari Sagara.

"Punya hak apa lo nyuruh gue jauhin Saga?" Gadis itu jelas tidak terima.

Tian berdecak pelan.

"Gue tau cinta itu buta. Tapi setidaknya jangan tolol!"

Ucapan nyelekit itu dengan entengnya terucap dari bibir Tian yang kini menatap Yesha datar. Yesha langsung melotot, menatap nyolot kearah cowok itu.

"Ngomong apa lo barusan?! Mau gue tonjok?!"

Tian memalingkan wajahnya sejenak lalu kembali menatap Yesha yang masih menatapnya kemusuhan. Cowok itu tidak menyangkal jika gadis ini menggemaskan, tapi kenapa Sagara malah—ah, sudahlah.

"Dengerin gue. Sagara itu ngga sebaik apa yang lo pikir. Dia... punya niatan ngga baik ke lo. Percaya sama gue"

Ucapan datar Tian barusan memang terdengar meyakinkan dengan nada tegasnya, tapi tetap saja Yesha tidak percaya. Disini dan saat ini, dia lebih lama mengenal Sagara daripada cowok freak ini kan?

Sagara. Tidak. Akan. Melakukan. Sesuatu. Yang. Buruk. Untuknya, tekad Yesha dalam hati, lebih tepatnya meyakinkan diri sendiri.

"Dan lo pikir gue percaya gitu? Engga! Sorry aja nih ya Tian, Sagara itu ngga mungkin punya niatan yang enggak-enggak ke gue!" sangkalnya pede.

Cowok itu terkekeh sinis, menampilkan senyum miring yang membuatnya semakin tampan. Yesha aja hampir oleng.

"Oh ya? Terus ngapain dia ajak lo ke sini?" tantangnya.

"Buat ketemu temennya" jawab Yesha enteng.

"Terus kenapa dia nyuruh lo minum dengan iming-iming bakal dijadiin pacar kalau dia emang ngga ada niatan lain ke lo?"

"Eee.."

"Lo tau apa isi dari gelas itu?"

Yesha mulai menggeleng ragu membuat Tian tersenyum samar.

"Itu minuman dengan kadar alkohol yang lumayan tinggi. Kalau lo emang orang yang kuat minum, mungkin bakal biasa aja. Tapi dari kata lo tadi yang lo ngga bisa minum, minuman itu udah cukup buat lo ngga sadarkan diri"

Tian menghela nafas panjang, "mending lo pulang. Orang kaya lo ngga seharusnya di tempat ini. Ayo gue anterin"

***

"Jangan nangis, gue janji bakal tanggung jawab. Mau lo hamil apa engga gue bakal tetep nikahin lo"

Yesha langsung menggeleng kuat. Tangisannya sejak tadi masih belum selesai membuat Tian semakin merasa bersalah, tapi tetap saja ekspresi wajah cowok itu tidak berubah.

Tian menghela nafas, memejamkan matanya sejenak sebelum akhirnya kembali menatap Yesha yang masih terduduk di atas kasur, memeluk kedua lututnya sendiri untuk menyembunyikan wajahnya yang banjir air mata.

"Ayesha.."

Yesha tidak merespons, hanya isak tangis yang masih bisa didengar oleh Tian membuat cowok itu mengurut pelipisnya pusing.

Ini salahnya juga, kenapa juga dia tumbenan ikut permainan ToD yang dilakukan teman-temannya itu padahal Tian sendiri tau jika teman-temannya itu ngga ada yang waras otaknya.

Tian mendudukkan tubuhnya di samping Yesha yang masih menyembunyikan wajahnya, tanpa basa-basi lagi cowok itu langsung membawa Yesha ke dalam pelukannya.

"Maaf" gumam cowok itu lirih.

"Gue janji, gue bakal nikahin lo secepatnya" ucapan Tian yang terdengar bersungguh-sungguh itu membuat Yesha mendongak, menatap cowok itu.

"Gue ngga cinta sama lo. Gue cintanya sama Sagara" jawab Yesha dengan suara serak.

Tian tersenyum tipis lalu mengangguk,

"ngga masalah. Cinta bisa datang seiring berjalannya waktu. Emang waktu pertama kali ketemu Saga, lo langsung cinta?"

Tanpa pikir panjang Yesha langsung mengangguk, "iya"

Tian menggeleng heran, "apa sih yang lo suka dari cowok bajingan kaya dia?"

"Dia ganteng"

Raut wajah Tian yang semula sedikit menghangat langsung kembali datar, "sialan" umpat cowok itu langsung.

"Cuma karena dia ganteng lo langsung cinta?" tanya Tian ngga percaya.

Yesha menghapus air matanya lalu mengerucutkan bibirnya, "ya emang kenapa?! Orang dia beneran ganteng kok" jawabnya ngegas.

Tian mendengus, "lo emang bener-bener tolol ternyata, bener kata Saga"

Yesha mendelik tajam,

"Diem dulu, dengerin gue baik-baik" potong Tian langsung ketika Yesha hendak protes.

"Terserah lo mau percaya apa engga, tapi gue udah bilang kalau Sagara itu bajingan. Dia ngga sebaik apa yang lo kira. Dia, lebih brengsek dari yang lo pikir.

Dan buktinya apa? Kita berakhir kaya sekarang.

Oke, gue ngga membenarkan kelakuan gue yang udah ngerusak lo. Gue emang salah karena udah ngehancurin masa depan lo, makanya gue bener-bener minta maaf.

Tapi yang harus lo inget, Sha. Kesalahan terbesar lo adalah mencintai dan percaya sama dia. Dia ngga kaya yang lo pikir. Gue temenan sama dia bukan setahun dua tahun kalau lo mau tau, tapi sepanjang gue sama dia hidup.

Gue tau semua seluk beluk hidup dia. Dan dia, beneran cowok terbrengsek yang pernah gue kenal. Sagara itu benci sama cewek yang suka sama dia.

Mau secantik apapun cewek yang cinta sama dia, dia ngga akan tertarik kalau bukan dia duluan yang suka. Lo bukan yang pertama disakiti sama dia. Ada banyak cewek diluaran sana yang jadi korban dia.

Dan lo tau apa yang Sagara lakuin buat bikin cewek-cewek itu pergi dari hidupnya?"

Yesha langsung menggeleng,

"Motifnya sama kaya lo sebenarnya, diajak jalan, terus berakhir di tempat ini. Dibujuk sedemikian rupa biar mau minum sampe mabok dan terakhir, ditidurin. Gue tau lo kaget, tapi emang ini faktanya. Sagara udah banyak nidurin cewek. Udah banyak cewek yang dirusak sama dia"

Yesha melotot kaget, bahkan saking shocknya dia sampai menutup mulutnya sendiri.

"Dan dari sekian banyak cewek yang dibawa Saga ke sini, lo yang paling tolol. Paling naif percaya gitu aja Saga bakal jadiin lo pacarnya kalau lo mau minum"

Tian membiarkan Yesha mencerna semua perkataannya. Cowok itu tau jika tidak mudah untuk Yesha menerima fakta mengejutkan mengenai Sagara yang sebenarnya.

"Lo mau tau sesuatu?" perkataan Tian ini membuat Yesha menatap cowok itu lekat meski wajahnya masih menggambarkan keterkejutan.

"Dari sekian banyak cewek yang dibawa Saga ke sini, cuma lo satu-satunya yang ngga ditiduri sama dia. Padahal gue tau sendiri kalau minuman yang emang khusus buat lo itu udah dicampur sama obat perangsang"

***

"Belum baikan lo berdua?"

Abian, cowok yang berstatus sebagai abangnya Damian itu basa-basi nanya ke adeknya yang saat ini tengah berdiri diam di balkon kamar, memandang datar halaman rumah Sagara.

Damian dan Sagara memang tetanggaan sejak dalam kandungan, dan posisi balkon kamar Damian itu menghadap langsung ke arah halaman depan rumah Sagara.

Niat Abian yang tadi ke kamar adeknya buat pinjam charger laptop langsung mengurungkan niatnya, begitu melihat adiknya terlihat lesu. Beberapa hari terakhir ini adik dan tetangga samping rumah itu tampak musuhan karena udah seminggu ini Damian ngga ada acara main sama Sagara.

Padahal Abian tau, sebelum-sebelumnya kedua anak itu ditambah si Langit, hobbi banget keluyuran ke mana-mana.

Tapi melihat adiknya yang sama sekali tidak bertegur sapa bahkan saat berpapasan dengan Sagara didepan rumah sekalipun, langsung buat Abian tau pasti bocah-bocah SMA itu lagi ada masalah.

"Sebenernya lo tuh kenapa cil?"

"Orangtua gausah kepo, nanti cepet matinya" jawab Damian sinis.

Kesal dengan kakaknya yang menganggu acaranya, memata-matai rumah Sagara. Engga lah, Damian hanya melihat deretan motor yang terparkir di halaman rumah Sagara doang kok.

Sambil mikir juga, itu teman Sagara yang mana soalnya selama temenan sama Sagara, Damian ngga pernah tau. Cowok itu merasa asing dengan nomor-nomor plat motor yang terparkir rapi di halaman rumah Sagara.

Beralih pada Abian yang tengah mengumpat pelan mendengar penuturan menyebalkan adiknya. Anak itu memang tengil sejak bayi, menyesal sudah Abian minta Damian ke orangtuanya dulu.

Bisa ngga sih Damian dibalikin aja ke perut Mami?! Ngeselin banget.

Cowok yang berusia empat tahun lebih tua dari Damian itu menghampiri adiknya. Melirik sekilas ke arah sang adik, dimana bekas luka lebam di salah satu sudut bibir dan di beberapa sudut mukanya itu belum hilang sepenuhnya.

Tanpa Damian sadari, Abian terkekeh geli.

Teringat akan kejadian seminggu lalu, dimana Mami begitu heboh melihat anak bungsu kesayangannya pulang dalam kondisi babak belur. Mami bertingkah seakan Damian akan menghadapi kematian, sedangkan Papi dan dirinya malah tersenyum bangga karena untuk pertama kalinya Damian akhirnya pulang dengan kondisi kaya gitu.

Kaya.. LAKIK banget gitu loh!

Ya soalnya sepanjang hidup Damian itu ngga pernah kaya gitu padahal dia jago berantem.

Pas ditanya juga jawabannya cuma jatoh dari motor, padahal Abian tau adiknya itu habis berantem ga tau sama siapa. Cuma ya, jatoh posisi kaya gimana sampe lukanya cuma di wajah doang?

Sampai akhirnya Abian tau jika adiknya itu berantem sama bestie nya sendiri, si tetangga samping rumah alias Sagara yang saat itu juga pulang dalam kondisi babak belur, tapi lebih parah. Belum lagi wajah datar, dingin dan sinis Damian waktu tidak sengaja berpapasan dengan Sagara.

Keduanya yang tidak bertegur sapa setelah hari itu dan tidak lagi berangkat bersama semakin membuat Abian yakin kalau kedua bocah itu lagi ada masalah. Cuma masalahnya apa, cowok itu ngga tau.

Abian tau bagaimana sifat adiknya. Senyebelin apapun Damian, adiknya itu tenang banget emosinya. Dia ngga akan mudah marah, intinya tenang banget Damian ini sejak kecil.

Tapi, begitu melihat Sagara yang sampai babak belur dan malamnya Abian tau tetangga samping rumahnya itu dibawa ke rumah sakit membuktikan betapa kuatnya tonjokkan Damian.

Apa coba yang bikin Damian semurka itu pada sohibnya sejak kecil? Bahkan Damian sampai membuat Sagara masuk rumah sakit dua hari?

"Yeuu bocah. Ditanya bener-bener juga"

Damian diam, tanpa melirik kearah sang abang, cowok itu menghela nafas.

"Gue ngga akan baikan sama dia sebelum dia minta maaf sama Ayesha"

Kening Abian berkerut samar sebelum akhirnya ketawa kecil. Menepuk-nepuk pelan bahu sang adik.

"Karena cewe ternyata? Astaga Dam, gue kira karena apa"

Setelahnya Abian ketawa puas yang malah membuat Damian mendengus kesal. Yang lebih muda langsung menepis kasar tangan si abang yang seenaknya nabokin bahunya.

"Astaga Ya Tuhan! Cuma karena cewe doang lo sampe bikin bestie lo masuk rumah sakit dua hari?!"

Seketika itu Damian langsung menoleh ke arah Abian, menatap tajam ke orang yang masih ketawa itu.

"Ini ngga sesepele yang lo pikir anjing!" gumam Damian penuh penekanan.

Abian diam, melihat raut wajah adiknya yang begitu serius ditambah nada bicaranya yang datar itu membuat Abian menghentikan tawanya. Damian terlihat serius sekarang.

"Bahkan kalau ngebunuh itu ngga dosa, gue pastiin Sagara udah mati ditangan gue dari kemarin-kemarin" lanjut Damian sambil kembali menatap halaman rumah Sagara.

Mendengar ucapan adiknya membuat Abian bergidik. Adiknya ini serem juga ternyata.

"Gue ngga segoblok itu buat masukin dia ke rumah sakit kalau cuma masalah sesimpel yang lo pikir"

Ada sedikit jeda waktu Damian ngomong.

"...bahkan, kalau ini masalah sesepele itu, gue ngga masalah kalau cewe yang gue sukai itu suka sama Sagara"

Abian mengeryit. Sama sekali tidak paham dengan maksud perkataan adiknya ini.

"To the point aja cok, ngga ngerti gue"

Damian menghela nafas sebelum akhirnya menceritakan semua kejadian itu. Kejadian tentang Ayesha dan Sagara, termasuk tentang Ayesha yang sudah seminggu itu tidak masuk tanpa keterangan.

Melihat Damian cerita, Abian beberapa kali tersenyum kecil. Dari cerita adiknya yang tanpa disadari itu Abian tau jika adiknya ini diam-diam menyukai sosok bernama 'Ayesha' ini.

"Lo suka sama Ayesha kan?"

Continue Reading

You'll Also Like

75.6K 3.5K 8
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
355K 37.6K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
70.8K 3.8K 21
seorang gadis bernama Gleen yang berusia 20 tahun, membaca novel adalah hobinya, namun bagaimana jika diusia yang masih muda jiwa nya bertransmigrasi...
208K 23K 16
[Brothership] [Re-birth] [Not bl] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kem...