Sapu lidi-sapu lidi berjajar, itulah yang pertama dilihat oleh Nisa dan Nafisa setelah mereka berhasil keluar dari badai dan terjerembab di atas tanah. Baju mereka basah, tubuh lelah, dan otak mereka kebingungan mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
Nisa tampak mulai menggigil kedinginan, giginya gemeletuk, dan wajah pucatnya menonjolkan bibir yang kini terlihat kebiruan. Ia beringsut perlahan ke arah Nafisa yang berada beberapa langkah darinya.
Meski mereka kerap bertengkar, melihat kondisi adiknya yang jelas mulai dihinggapi hipotermia itu tentu membuat Nafisa berusaha melindunginya.
"Nis, bertahan ya!" ujarnya sambil memeluk Nisa.
****
"Selamat, kalian sudah berhasil melewati ujian pertama sekaligus memulai permainan ini. Untuk mengembalikan kondisi kebugaran kalian, ambillah salah satu dari sapu lidi itu sebagai senjata kalian di level berikutnya."
Sebuah suara terdengar bagaikan narasi di sebuah pertunjukan drama. Nisa dan Nafisa berpegangan erat. Mencoba mengalahkan rasa takut, mereka celangak-celinguk mencari sumber suara tersebut. Nihil. Tak ada siapapun di sini kecuali mereka.
"Kalian berada di dunia permainan. Kotak yang terbuka oleh kalian, maka kalian juga yang harus menutupnya. Tidak ada cara untuk keluar dari permainan, kecuali kematian atau kalian berhasil melewati semua ujiannya dan mencapai garis finis.
Suara itu kembali terdengar.
Kedua kakak beradik itu akhirnya paham apa yang terjadi pada mereka dan di mana kini mereka berada.
Meski masih diliputi kebingungan, mereka berusaha memberanikan diri dan mengikuti permainan ini. Hanya itu satu-satunya cara agar mereka bisa kembali ke dunia.
"Kocokan dadu yang berikutnya akan segera dilakukan. Bersiaplah!" Suara itu kembali memberi perintah.
"Bagaimana kami tahu di mana garis finisnya untuk mengakhiri permainan konyol ini?" tanya Nafisa sambil menekan kekesalan sekaligus ketakutannya.
"Sampai kalian mengalahkan raksasa dan mencapai Bintang."
Tema day-4: Buat tulisan yang diawali dengan "sapu lidi" dan diakhiri dengan kata "bintang", maksimal 300 kata.