Runtuh : Luka dan Cinta (Terb...

By FebryArmel

335K 8.3K 633

Sarah sangat mencintai Sena sejak pandangan pertama, dan sejak hari itu hanya Sena yang ada dalam pikirannya... More

Runtuh 1
Main Visual
Runtuh 2
Runtuh 3
Runtuh 5
Runtuh 4
Runtuh 6
Runtuh 7
Runtuh 8 🔞
Runtuh 9
Runtuh 10
Runtuh 11
Runtuh 12
Runtuh 13
Runtuh 14
Runtuh 15
Runtuh 16
Runtuh 17
Runtuh 18
Runtuh 19
Runtuh 20
Runtuh 21
Runtuh 23
Runtuh 24
Runtuh 25
Runtuh 26
Dear Pembaca (Tolong dibaca)
BROKEN
PERINGATAN ❗
Kabar Gembira
Kabar Gembira 2
Vote Cover
Open Pre-Order Runtuh
Masih Ready

Runtuh 22

6.7K 366 14
By FebryArmel

Setelah mendengarkan saran dari Arnold dan memikirkannya matang-matang, pada akhirnya Sarah menerima tawaran itu. Seperti kata Arnold, dia harus bisa memisahkan antara urusan pribadi dengan pekerjaan atau dia bisa dianggap tidak profesional.

Saat ini Sarah sedang berada diruang tunggu menunggu gilirannya masuk untuk casting.

"Mbak Sarah silahkan masuk." Ucap salah satu staff.

Sarah mengikuti staff tersebut masuk ke dalam ruangan. Di dalam tentu saja sudah ada Pak Hadi Brahmanta selaku sutradara, ada Pak Ranil Kapoor selaku produser dan beberapa tim casting director.

"Selamat pagi, Pak, Bu." Sapa Sarah sambil sedikit membungkukkan badannya.

"Selamat pagi, Sarah." Balas mereka semua.

"Wah, saya senang sekali karena akhirnya kamu mau menerima tawaran saya untuk casting film ini. Saya pikir kamu akan menolaknya karena manager kamu tidak kunjung mengabari saya." Ucap Pak Hadi sambil bercanda.

Sarah tertawa. "Awalnya saya memang kurang percaya diri karena ini pertama kalinya saya mendapatkan tawaran bermain di film."

Pak Ranil tertawa. "Hahaha... Kami percaya kamu bisa melakukannya."

"Saya merasa terhormat, Pak." Balas Sarah.

"Baik, Sarah. Coba lakukan adegan ke 45." Perintah Pak Hadi.

Sarah mulai melakukan perintah Pak Hadi.

"Aku masih cinta sama kamu, Dam. Kamu masih cinta juga kan sama aku?"

"Jawab aku, Dam. Kamu masih cinta sama aku, kan?"

"Kalau begitu, kita bisa kembali seperti dulu, kan?"

Bayangan masa lalu saat dia memergoki kakak serta suaminya berselingkuh kembali memutar di kepalanya.

"Kita bisa menjalin hubungan di belakang Naira. Aku gak papa kalau harus jadi simpanan kamu."

"Oke cukup. Sekarang tolong lakukan adegan ke 105." Perintah Pak Hadi.

Air mata mulai membasahi pipi Sarah. "Naira. Kakak tau Kakak salah, tolong maafkan Kakak."

"Tolong jangan hukum Kakak seperti ini."

Sarah berlutut mencoba membayangkan kejadian di adegan saat ia berlutut di depan Naira.

"Kakak menyesal. Kakak menyesal..."

Sarah mendongak membayangkan wajah Naira. "Apa pun akan Kakak lakukan agar kamu mau memaafkan Kakak, Nai. Apa pun akan Kakak lakukan..."

"Oke, cukup."

Sarah bangkit dan menghapus sisa air mata di pipinya.

"Terima kasih sudah hadir, Sarah. Tim saya akan mengabari kamu lagi nanti." Ucap Pak Hadi.

"Iya Pak, terima kasih."

Selesai melakukan casting Sarah pergi ke sebuah restoran karena dia akan makan siang dengan kekasihnya.

Dia harus menunggu sedikit lebih lama karena Arnold ada meeting yang penting dan cukup menyita waktu. Selagi menunggu dia menyibukkan diri dengan bermain ponsel.

"Permisi."

Merasa dipanggil Sarah segera menoleh. "Ya?"

"Maaf mau tanya, apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Alis Sarah mengerut bingung, pasalnya dia sama sekali tidak mengenal wanita di sampingnya ini. "Sepertinya gak pernah. Saya gak kenal siapa anda."

Wanita di depannya ini seperti mengingat sesuatu. "Wajah kamu mirip banget sama istrinya sepupu saya."

"Oh ya?"

"Iya." Wanita itu mengulurkan tangannya. "Kenalkan, nama saya Alana. Kam-" Perkataan wanita itu terhenti saat ponselnya berdering. "Sebentar ya."

Sarah hanya mengangguk.

"Halo."

"Iya, ini Kakak lagi di Jakarta."

"Kemungkinan lusa."

"Enggak, dia Cuma nitip oleh-oleh aja sih."

"Iya-iya."

"Oh iya, Sen. Kamu jangan lupa jemput Lala ya."

Sen?

Sarah mendengar wanita di sampingnya ini menyebut kata Sen.

"Makasih ya, Sen."

"Iya-iya, nanti Kakak bawain oleh-olehnya."

"Oke, see you." Panggilan tersebut akhirnya terputus.

Wanita itu kembali menatap Sarah. "Ini tadi sepupu saya. Yang saya maksud kamu mirip istrinya."

Sebenarnya Sarah sangat penasaran siapa sepupu wanita ini karena dia sempat menyebut kata Sen.

Tidak mungkin Sena, kan?

"Kalau boleh tau-"

"Sayang."

Pertanyaan Sarah menggantung diudara kala Arnold telah tiba.

"Kamu nunggu lama ya? Maaf ya tadi meetingnya molor."

"Iya gak papa."

"Mbak, saya duluan ya." Pamit wanita itu tadi.

Sebenarnya Sarah masih sangat penasaran, tapi di depannya sudah ada Arnold, jadi tidak mungkin dia bertanya.

"Iya Mbak." Hanya itulah yang bisa Sarah katakan.

"Siapa?" tanya Arnold.

"Bukan siapa-siapa." Jawabnya.

"Gimana castingnya tadi?" tanya Arnold mengalihkan topik pembicaraan.

"Aku lolos sih, terus bakal dikabarin lagi nanti."

"Wah... Aku seneng banget."

"Makasih."

Mereka tak lagi bicara setelah makanannya datang.

"Oh iya, sayang. Bulan depan perusahaan bakal ngadain pesta ulang tahun yang ke lima." Kata Arnold.

"Iya aku udah tau." Jawab Sarah.

"Gimana kalau kita juga mengumumkan hubungan kita?"

"Maksud kamu?"

"Ya kita umumin kalau kita udah pacaran."

Mata Sarah membelalak. "Emang harus ya?"

Arnold mengangguk mantap.

Sarah menggaruk hidungnya. "Aku lebih suka hubungan yang privacy."

Raut wajah Arnold berubah sendu. Melihat itu Sarah jadi tidak enak. Tangannya terulur untuk memegang tangan Arnold.

"Kamu marah?"

Arnold tersenyum. "Enggak kok."

Hening

Mereka kembali melanjutkan makan siang mereka.

"Habis ini kamu mau ke mana?" tanya Arnold.

"Habis ini aku mau ke agensi."

"Mau aku anter?"

Sarah menggeleng. "Gak usah, aku sama Andi aja."

Ah, jika kalian bertanya di mana Andi? Tentu Andi juga ikut makan dengan mereka tetapi di meja yang berbeda.

"Beneran?"

"Iya. Lagian arah kantor kamu sama agensiku berbeda. Kasihan kamu kalau harus bolak-balik."

"Ya udah kalau itu mau kamu."

Selesai makan siang mereka kembali berpisah untuk melanjutkan pekerjaan masing-masing.

"Nanti aku ke apartemen ya." Kata Arnold.

"Iya."

Sebelum pergi Arnold mencium kening Sarah. "Aku pergi dulu."

"Iya hati-hati."

Setelah Arnold pergi, Sarah juga langsung pergi menuju agensinya. Dia memasuki ruangan meeting di mana sudah ada beberapa model lainnya yang sudah datang lebih dulu.

"Hei semuanya." Sapa Sarah.

"Hai." Sapa yang lainnya.

Dia mengambil duduk di dekat Leia. "Udah dari tadi, Kak?"

"Enggak, gue juga baru dateng kok."

Tak lama kemudian Bu Chika masuk ke dalam ruangan itu dan duduk di ujung meja.

"Siang semuanya." Sapa Bu Chika.

"Siang, Bu." Jawab mereka semua.

"Semuanya, minggu depan kita ada jadwal pemotretan bersama Brand Glamor. Jadi rabu depan kita semua akan pergi ke Bogor untuk melakukan pemotretan selama tiga hari."

Mereka semua mengangguk mengerti.

"Ada pertanyaan?" tanya Bu Chika.

Tiara mengangkat tangannya. "Kita pemotretan di mana, Bu?"

"Di Taman Raya Cibodas." Jawab Bu Chika.

Mereka membahas perihal pemotretan yang akan dilakukan minggu depan.

"Oke kalau begitu meeting kita hari ini sudah selesai. Kalian semua bisa pulang." Setelah mengatakan itu Bu Chika pergi meninggalkan ruangan tersebut.

***

Malam harinya Arnold benar-benar datang ke apartemen Sarah untuk mengunjungi kekasihnya.

Ting tong

Sarah segera membukakan pintu untuk kekasihnya.

"Hai sayang. Aku bawain ini buat kamu." Arnold membelikan Sarah sekotak ayam goreng dan beberapa kaleng cola.

"Makasih. Ayo masuk."

Tidak ada hal lain yang mereka lakuan selain nonton film bersama sambil memakan ayam goreng yang dibawakan Arnold.

"Sayang." Panggil Sarah.

"Ya?"

"Minggu depan aku mau ke Bogor. Ada pemotretan di sana."

"Oh ya? Kok mendadak banget."

"Bu Chika baru ngasih tau tadi waktu meeting."

"Oh gitu ya. Berapa hari kamu di sana?"

"Mungkin tiga harian."

Arnold mengangguk paham. "Mau aku temenin?" tawarnya.

Sarah buru-buru menggeleng. "Enggak, gak usah. Andi aja aku larang kok."

"Kenapa Andi kamu larang ikut?"

"Kan di sana udah sama model-model yang lain. Lagian aku kan rombongan, gak pergi sendiri."

"Tapi nanti siapa yang jagain kamu di sana?"

Sarah menghela nafasnya. "Kan ada Kak Leia sama yang lain."

"Lagian kasihan Andi, dia jarang banget libur." Lanjutnya.

"Ya udah, oke. Tapi kamu di sana harus hati-hati."

"Iya sayang."

Cup

Arnold mengecup bibir Sarah, membuat wanita itu terkejut.

Sarah memukul lengan kekasihnya. "Arnold!"

Melihat ekspresi wajah Sarah yang terkejut membuat Arnold tertawa. "Hahaha..."

Tangan lelaki itu mengusap pelan kepala wanita yang dia cintai. "Kamu itu bikin aku gemes tau gak." Ucapnya seraya mencubit pelan pipi Sarah.

Mendapat perlakuan seperti itu tentu saja membuat hati Sarah senang.

Cup

Arnold kembali mencium bibir Sarah dengan lembut, Sarah membalas ciuman itu tak kalah lembutnya.

Berkat Arnold, Sarah bisa melupakan Sena sejenak.

***

Seperti yang sudah di agendakan, hari ini Sarah ada agenda pemotretan di Bogor bersama model-model lainnya. Mereka berangkat pukul 10.00 pagi dan baru tiba di Bogor pukul 11.30. Sesampainya di Bogor rombongan Sarah segera menuju ke hotel untuk menaruh barang-barang mereka serta beristirahat sejenak karena sore nanti mereka akan melakukan fitting baju yang akan digunakan untuk pemotretan besok pagi.

Sesampainya di kamar Sarah segera merebahkan dirinya, disusul Leia, Maya dan Tiara. Satu kamar ini terdapat dua ranjang berukuran cukup besar yang bisa ditempati masing-masing dua orang, jadi dalam satu kamar diisi empat orang.

Ponsel Sarah berbunyi, dia melihat ada panggilan video dari kekasihnya, dia buru-buru menggeser tombol hijau.

"Hai, udah sampai?" tanya Arnold di seberang sana.

"Udah, ini habis tata-tata." Jawabnya.

"Kamu udah makan?"

"Udah tadi."

"Habis ini mau ke mana?"

"Gak ke mana-mana sih, kita mau istirahat dulu habis itu nanti sore kita mau fitting baju buat dipakai besok."

"Ya udah aku tutup dulu teleponnya ya. See you."

"Hmm, see you."

Setelah sambungan dimatikan teman-teman Sarah mendekatinya.

"Cie-cie yang sekarang diperhatiin ayang." Goda Tiara.

"Iya dong, pasangan baru gitu lho." Goda Maya.

Leia tertawa. "Adik kecil kita udah besar."

Mendengar itu Sarah hanya bisa tertawa. "Udah-udah. Aku malu..."

Mereka tak mau berhenti dan terus menggoda Sarah.

***

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali mereka sudah harus berangkat ke lokasi pemotretan. Dari banyaknya model di Angle's Management hanya dua belas model yang dipilih oleh Brand Glamor untuk menjadi model mereka.

Saat ini Sarah sedang menunggu gilirannya pemotretan, sembari menunggu dia dan teman-temannya yang lain mengobrol agar tidak jenuh.

"Kak Sarah."

Ketika menoleh, matanya dibuat membelalak saat melihat salah satu orang dari masa lalunya berdiri di belakangnya.

"Kak Sarah."

Mendengar itu, semua model yang duduk di sekitar Sarah menoleh bingung.

"Siapa, Sar?" tanya Leia.

Tak menjawab pertanyaan Leia, Sarah buru-buru berdiri untuk menghampiri orang itu.

"Ini bener-bener Kakak?" mata orang itu berbinar bahagia. "Aku kangen banget sama Kakak."

"Satria."

Ya, orang itu adalah Satria, adiknya.

Sarah sedikit mengajak Sartia menjauh dari lokasi pemotretannya. Dan saat ini mereka tengah duduk di bangku yang ada di sana.

Mata Satria tak henti-hentinya menatap kakaknya yang telah lama pergi.

"Kakak apa kabar?"

"Baik."

Satria bahkan sampai bingung harus berkata apa saking banyaknya hal yang ingin dia bicarakan dengan kakaknya itu.

"Kamu apa kabar?" tanya Sarah.

"Aku baik, Kak."

"Kamu, kok bisa ada di sini?"

"Aku lagi penelitian, Kak. Aku sekarang kuliah di IPB."

"Oh."

Hening

Mereka berdua masih berkutat dengan pikiran masing-masing.

"Kak-"

"Mama sama Sonya apa kabar?"

Hati Sartia terenyuh mendengar kakaknya masih mengingat mama dan adiknya.

"Mereka baik. Mereka kangen banget sama Kakak."

Sarah hanya diam, tak mau menjawab.

"Papa sama Kak She-"

"Tolong jangan ngomongin mereka."

Bibir Satria langsung terkatup. Dulu dia masih terlalu kecil untuk mengetahui apa yang terjadi waktu itu, tapi setelah dia beranjak dewasa, dia mulai paham dengan semuanya. Hal apa yang menyebabkan keluarganya hancur.

Sarah melipat tangannya di depan dada. Sebenarnya dia sangat merindukan adiknya ini, dia ingin sekali memeluk adik laki-lakinya, tapi sekali lagi dia harus mengubur keinginan itu.

"Kak, Kakak gak mau pulang?" tanya Satria begitu hati-hati.

"Enggak!" jawabnya terdengar sangat mantap.

"Kenapa?"

"Buat apa Kakak pulang?"

"Kakak gak mau tau keadaan orang rumah? Banyak hal yang terjadi setelah Kakak pergi. Apa Kakak gak mau tau keadaan Mama, Sonya, Papa, Kak Sheila dan Kak Sena?"

Sena?

Untuk apa Satria menyebut nama itu? Mereka sudah bercerai, jadi tidak ada hubungan lagi antara dia dengan Sena.

"Kakak gak mau lagi menoleh ke belakang, Sat. Bagi Kakak, kalian semua hanya masa lalu."

Sakit?

Tentu saja hati Satria sangat sakit mendengar kakaknya berkata seperti itu.

"Maaf kalau perkataan Kakak melukai hati kamu, tapi Kakak gak mau bohong, emang itu yang Kakak rasakan."

Satria berusaha tersenyum. "Iya, aku tau."

Suasana kembali hening.

"Sarah."

Mereka berdua menoleh kala Miki memanggil nama Sarah, itu artinya sekarang adalah gilirannya melakukan pemotretan.

"Kayaknya Kakak harus pergi." Sarah bangkit dari duduknya.

"Tunggu, Kak."

Sarah kembali menoleh ketika Satria memanggilnya.

"Apa boleh aku minta nomor Kakak? Eyang memblokir semua akses kami untuk menghubungi Kakak."

"Maaf, Kakak gak bisa."

"Tapi, Kak-"

Sarah menggeleng. "Maaf, Kakak gak bisa."

Satria pun hanya bisa menatap nanar kepergian kakaknya. Kakaknya itu benar-benar sudah berubah. Hatinya seperti sudah mati.

"Banyak hal yang pengen aku omongin ke Kakak..." gumamnya.



Sebenarnya ini bukan waktunya buat update, tapi aku pengen update 😁



17 Juni 2023

Continue Reading

You'll Also Like

3.9K 352 10
Semuanya kuberikan, tapi jangan cinta. Karena cintaku sudah lama mati. Andara Winasti
130K 9.5K 55
Naksir bapak kos sendiri boleh gak sih? boleh dong ya, kan lumayan kalau aku dijadikan istri plus dapet satu set usaha kosan dia
714K 71.1K 33
Pernikahan Rhea dan Starky hanya berlangsung selama tiga tahun. Meskipun mereka telah dikaruniai seorang putra, ternyata Starky belum juga bisa usai...
456K 67.8K 33
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...