Sarangeo Pak Dosen (On Going)

By lasedestarini

841 82 25

Kanaya Tabitha Admajaya , gadis ekspresif,ceria, lugu, dan ceroboh kadang jatuhnya terlalu seperti anak anak... More

SPD 1
SPD 2
SPD 3
SPD 4
SPD 5
SPD 6
SPD 7
SPD 8
SPD 9
SPD 11

SPD 10

34 3 2
By lasedestarini








"Nay, Kanaya" panggilan Ares membuat Kanaya yang terlelap tampak menggeliat dan perlahan membuka matanya.

"Bangun, udah sampai ke Bandung ini," jelas Ares tanpa harus ditanya.

Kanaya yang tertidur hanya mengangguk pelan sesekali mengucek matanya dan menguap.

Setelah benar benar sadar, Kanaya turun dari mobil Ares diikuti Ares.
Tampak kediaman keluarga Raden Admadya a.k.a sepupu Ares.

Keduanya berjalan bersisian memasuki rumah tersebut, dan terlihat sudah tampak ramai para keluarga Ares lainnya.

"Eh ini Naya? Ya ampun udah besar ya cantik lagi," suara wanita paruh baya tampak heboh melihat Kanaya, namanya Amira Admadya ibu dari Raden Admadya.

Kanaya tersenyum dan menyalim Amira, Kanaya beberapa kali berjumpa dengannya dulu.

"Apa kabar Tante?" tanya Kanaya ramah.

"Sehat sehat, ih pangling loh Tante lihat kamu. Padahal dulu masih kecil banget ngintilin Ares Kemana mana," cerita Amira yang hanya ditanggapi senyuman oleh Kanaya.

"Aduh Mira, itu Naya nya jangan diajak ngobrol doang. Suruh duduk dulu," itu Widya menegur iparnya tersebut.

"Hahaha iya ya, aku lupa soalnya udah lama enggak ketemu sama Naya," ujar Amira kemudian membawa Kanaya untuk duduk bersama keluarga lainnya.

"Hai Nay," kali ini sosok pemuda tampan menyapanya, wajahnya yang memiliki campuran indo-arab membuatnya tampak maskulin.

"Hai juga kak Ran," sapa Kanaya ramah, dia sepupu Ares sekaligus tokoh utama acaranya. Raden Admadya yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya.

"Loh-loh ini siapa ya? Kayak kenal aku?" seorang wanita paruh baya lainnya tampak heboh melihat Kanaya dan berusaha mengingat.

"Aduh kamu ya Sa, penyakit tua udah mulai pikun," ejek Widya "ini Kanaya, anaknya jeng Ratna dan Agam. Dulu sering kesini buat liburan," lanjut Widya.

"Ya ampun iya! Astaga aku kok pikun banget. Naya dulu ya sering banget main sama Abi," ceritanya, namanya Raisa Andriana Admadya ibu dari abi, Abimanyu Admadya.

Kanaya hanya menanggapi dengan senyuman, bingung juga mau ngomong apa. Melirik sekitar sepertinya para ibu ibu berkumpul semua disini sedangkan Ares dan sepupunya sudah pergi.

"Capek ya Nay? Mau istirahat dulu?" tanya Widya, dan Kanaya mengangguk tidak enak.

"Naya mau istirahat, nah itu Abi. Abi sini dulu," ujar Raisa mendapati Abi yang baru saja memasuki ruang keluarga.

"Ya ma?"

"Ini Naya anterin ke kamar, udah capek kayaknya," suruh Raisa.

"Ayo Nay," ajak Abi kemudian keduanya berjalan bersisian menaiki tangga menuju lantai dua.

"Yang lain mana kak?" tanya Kanaya.

"Pada kumpul dikamar bang Raden, biasa acara cowok cowok. Mau ikutan?" tawar Abi .

"Enggak ah, masa Naya sendiri cewek," tolak Kanaya.

Abi terkekeh "ya mau gimana Nay, kan sepupu gue semuanya cowok," jelasnya.

Kanaya tersenyum dan berhenti setelah sampai didepan sebuah kamar.
"Ini kamar lo, Ares tadi udah bawa barang barang lo kedalam. Selama beristirahat cantik," ujar Abi mengusap rambut Kanaya sebelum menjauh.

Kanaya melihat punggung tegap Abi yang perlahan menjauh, kemudian memasuki kamar bernuansa pink, dia memang pecinta warna pink.
Merebahkan dirinya di kasur dan beberapa saat kemudian mulai terlelap.***


"Habis dari mana bi?" pertanyaan dilontarkan Raden melihat sosok Abi yang baru memasuki kamarnya.

"Habis ngantar Naya ke kamar," jawab Abi kemudian mendudukkan dirinya disofa yang tersedia dalam kamar sepupunya itu.

"Naya? Kanaya yang dulu sering bareng Ares?" seorang Pria lainnya bertanya.

"Iya," timpal Ares.

"Udah lama gue enggak ketemu, dulu sering banget berantam sama Ares," lanjutnya, namanya Bian Yunanda Admadya adik dari Raden.

"Udah punya pacar enggak Res si Naya?"  lanjut Bian bertanya.

"Ngapain nanya soal itu?" tanya Ares tampak tidak suka.

"Sekedar nanya aja sih, kalau belum punya gue mau pdkt," celoteh Bian.

"Tidak boleh," ujar Ares dan Abi bersamaan membuat Raden dan Bian saling pandang.

"Maksud gue, kalau lo niat main main jangan dekati Naya. Dia itu anak kesayangan bokap nyokap kita," ujar Abi menjelaskan.

"Gue enggak niat main main kali Bi, Kanaya itu cantik, lucu, pintar dan terpenting seperti yang lo bilang dia udah diterima dikeluarga kita," jelas Bian.

Terlihat Ares mengeraskan rahangnya sebelum bangkit berdiri.
"Mau kemana Res?" tanya Raden menyadari suasana tampak canggung.

"Kebawah," balasnya langsung melangkah keluar.

Tampak Raden, Bian dan Abi saling pandang. "Menurut lo Ares aneh enggak sih?" tanya Abi dan ditanggapi anggukan bersamaan dari Raden dan Bian.

.
.
.

Keluar dari kamar Raden, langkah Ares yang hendak menuruni tangga terhenti mendapati Kanaya yang baru saja keluar dari kamar.

"Pak Ares mau turun?" tanya Kanaya melangkah mendekati Ares.

"Ganti celana gih," suruh Ares membuat Kanaya mengernyit bingung, apa yang salah dengan celana pink selutut miliknya.

"Enggak ah, lagi panas juga," tolak Kanaya hendak melangkah mendahului Ares turun namun terhenti karena Ares menarik Kanaya menghadapnya.

"Enggak baik,celana kamu kependekan. Dirumah ini banyak laki laki," nasehat Ares.

"Tapi Naya malas Pak, lagian kan sering pakai celana gini dirumah Momy sama Bunda," ujar Kanaya.

"Ganti sekarang atau sekalian kamu saya pulangin," ancam Ares.

Kanaya mendesah pasrah kemudian dengan setengah hati masuk kembali kedalam kamarnya.

Selang beberapa menit, Kanaya keluar dari kamarnya dengan celana training hitam panjang dan menatap sosok Ares yang masih menunggunya.

"Gini aja terus, jangan pakai baju dan celana kurang bahan lagi," nasehat Ares membuat Kanaya hanya berdehem malas. Ares dan mengomel adalah satu paket.

"Iya Pak, kalau gitu udah boleh turun kan!" ajak Kanaya mengerjap ngerjap semangat.

"Hm," ujar Ares melangkah turun dan Kanaya mengekori dibelakang.

"Eh Naya Ares," sapa Widya melihat keduanya yang baru saja turun.

"Iya Bun, Naya lapar," ujar Kanaya.

"Aduh lapar ya Nay? sabar ya ini lagi masak buat sekeluarga," timpal Raisa yang sedang mencuci sayur.

Kanaya tersenyum "Naya bantu aunty?" tawar Kanaya.

"Boleh boleh, ini kamu bantu cuci sayuran gih," perintah Widya.

Kanaya bergabung dengan Raisa, Widya dan Amira di dapur untuk masak. Sedangkan Ares menuju kulkas untuk mengambil air. Lalu bergabung bersama om Arkan ayah Raden dan Bian serta om Farel ayah dari Abi.

Fyi, ayah Ares sudah meninggal 3 tahun lalu saat dirinya baru saja menyelesaikan studi S3 di Oxford.

"Ares apa kabar," sapa om Arkan melihat Ares mendekat.

"Baik Om," balasnya tersenyum tipis.

"Gimana kerja kamu betah?" tanya om Farel.

Ares mengangguk "baik Om,"

"Enggak ada niatan ngurus perusahaan Res? Saham atas nama kamu di perusahaan 15% loh," ujar Farel.

"Untuk saat ini Ares percayain aja sama om, Ares juga sibuk di kampus jadi enggak ada waktu keperusahaan," jelas Ares.

Arkan dan Farel mengangguk mengerti "ya sudah, tapi kalau berubah pikiran jangan sungkan ya," timpal Arkan yang mendapat anggukan mantap Ares.

Bruak ...
Bruk...
Brak....

"Naya!"

Seruan dari dapur dengan suara teriakan ibu ibu membuat seluruh penghuni rumah terkejut.
Ares spontan berlari ke dapur mendengar nama Naya disebut.

.

.

.

.


Continue Reading

You'll Also Like

5.6K 350 74
Ke salah pahaman yang membuat hidupnya seakan-akan hancur, tetapi lama-lama mulai menyaman! Gimana kisahnya? Langsung baca aja seng๐Ÿ’๐Ÿคช Tapi jangan...
2.9M 29.3K 28
(โš ๏ธ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”žโš ๏ธ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] โ€ขโ€ขโ€ขโ€ข punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

2.9M 206K 36
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
444K 15.7K 64
*** "Tapi kenapa? Alasannya apa?" tanya Renata menggenggam tangan Alfa. "Gak ada alasannya, intinya lupain gue." tegas Alfa lalu melepaskan genggaman...