ALKANA [END]

By hafifahdaulay_

789K 38.2K 3.1K

Dia Alkana Lucian Faresta dan pusat kehidupannya Liona Athena. Alkana adalah tipikal lelaki dingin, angkuh da... More

PROLOG
CAST
Trailer
CHAPTER 01
CHAPTER 02
CHAPTER 03
CHAPTER 04
CHAPTER 05
CHAPTER 06
CHAPTER 07
CHAPTER 08
CHAPTER 09
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
EPILOG
New Story! (Squel)

CHAPTER 43

8.3K 474 29
By hafifahdaulay_

Happy reading:)

"Itu harga yang harus lo bayar karena perbuatan lo!"

~Liona Athena~

Liona mengelus lengan lelaki yang masih di kuasa emosi itu, Liona duduk di sebelah Alkana di atas ranjangnya. River pergi beberapa saat lalu, namun emosi akibat ulahnya masih menyisakan bekas. Alkana yang paling terkena dampak dari kedekatan River dan adiknya Florin, jelas saja karena River adalah musuhnya sejak lama.

Sedangkan Florin sibuk menangis di kamarnya karena memikirkan kemarahan Alkana, Arseno setia menemani gadis itu.

"Kenapa harus Florin?" gumam lelaki itu.

"Itu takdir Alka, kalau memang Florin juga suka sama River kita bisa apa--"

"Nggak bisa! Sampai kapan pun aku gak bakalan izinin hubungan mereka!"

"Tapi--"

"Denger Athena, coba kamu yang ada di posisi aku, mungkin menurut kamu aku terlalu berlebihan dan terlalu buruk menilai sepupu kamu itu, tapi itu sudut pandang aku, aku kenal jahatnya River, sedangkan kamu kenal dia menurut versi kamu sendiri!" sarkas Alkana.

Liona menggeleng pelan, "Aku gak berpikir gitu Alka, aku juga gak mau bujuk kamu untuk kasih izin River deketin Florin, aku cuman mau kamu tenang, jangan emosi, pikirin kesehatan kamu. Jangan terlalu keras sama Florin, dia gak tau apa-apa, dia gak tau soal permusuhan kalian, River bantu dia dan mereka saling kenal, sesimpel itu sebenarnya."

"Simpel? Florin adik aku Athena, aku gak mau dia kenapa-kenapa!"

"Aku--"

"Cukup! Aku gak mau berdebat sama kamu!" sarkas Alkana bangkit dari sana menunju kamar mandi.

Liona memejamkan matanya lelah, kepalanya pusing sekarang, Liona mengambil minum di nakas dan meminum pereda nyerinya.

Alkana memejamkan matanya merasa bersalah, ia kembali berbalik dan mengambil alih gelas di tangan Liona saat gadis itu selesai minum, "Maaf sayang, kepalanya sakit hm?" suara Alkana mulai melembut, mata Liona berkaca-kaca. Alkana langsung memeluk gadis itu.

"Maaf..." lirih Alkana.

"Aku khawatir sama kamu," lirih Liona serak.

"Aku gak papa sayang." Alkana mengelus kepala gadis itu dengan sayang.

"Maaf aku kelepasan bentak kamu." sesal Alkana, Liona mengangguk dalam pelukannya, tiba-tiba ponsel Liona berdering, Alkana meraih ponsel Liona di atas ranjang.

Melihat nama Arga tertera di sana Alkana menyerahkannya pada gadis itu dengan wajah tak suka. Liona menghela nafas lalu mengangkat panggilan itu.

Suara Arga terdengar frustasi di seberang sana. Deretan kalimat Arga sampaikan pada Liona membuat jantung gadis itu seakan berhenti.

"Liona, Aurel hamil. Dia bilang Alkana pelakunya."

******

Alkana mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, emosinya yang belum reda kini kembali naik karena alasan lain. Tak lama mereka tiba di kediaman Danuarja, Alkana yang sudah tidak menggunakan Sling Brace miliknya, dia membukakan pintu untuk Liona yang nampak tidak baik-baik saja.

"Are you okay?" tanya Alkana.

Liona mengangguk, "Kamu gak percaya sama omongan Aurel kan?" tanya Alkana untuk kesekian kalinya.

Liona menghela nafas, "Cuma perempuan tolol yang mau percaya sama omongan dia Alka, kamu gak usah khawatir, aku percaya sama kamu, lagian kamu gak pernah hilang dari pandangan aku, kamu selalu sama aku, kapan kamu main gila sama dia?!"

Liona rasanya tidak habis pikir dengan semua ini, mereka terpaksa berbohong pada Teresa untuk mencari alasan agar bisa ke sini. Liona beralasan ingin mencari udara segar agar meredakan emosi Alkana, nyatanya mereka sedang menghampiri emosi yang lebih besar.

"Aku juga gak habis pikir, jangan-jangan ini akal-akalan dia lagi, bisa aja dia bohong kalo dia hamil!" Alkana mengeluarkan pendapatnya.

"Bisa jadi, kamu tau sendiri kan dia terobsesi sama kamu." Liona mencoba menahan emosi.

"Ayo kita masuk!" ajak Liona menggenggam tangan Alkana. Sampai di depan pintu, Liona mengetuk pintu lebih dulu, tak lama Arga muncul dengan wajah kusut dan mata sembab.

"Papa..." sapa Liona.

"Ayo masuk..." ajak Arga dengan nada lemahnya.

Mereka mulai melangkah masuk, keadaan ruang tengah terlihat kacau, barang-barang banyak yang pecah dan hancur.

Liona bisa melihat Aurel yang terduduk di lantai bersandar pada sofa sambil menyembunyikan wajahnya di lututnya, sedangkan di ujung sana Miranda duduk di atas sofa sambil menutup wajahnya dengan tangan.

Sepertinya sudah terjadi pertengkaran hebat sebelum mereka tiba di sini.

"Bisnis Papa hancur Liona, Papa terancam di pecat juga dari kantor..." lirih Arga membuka suara, sembari duduk di ujung tangga, sedangkan Alkana dan Liona masih setia berdiri.

Arga bekerja di salah satu perusahaan Faresta sebagai manager keuangan, di samping itu Arga juga mulai membangun bisnisnya sendiri.

"Dan sekarang Aurel hamil, dia akan mempermalukan keluarga ini Liona. Aurel hamil, dan dia bilang itu perbuatan Alkana--"

"Dan Papa percaya?" tanya Liona langsung.

Arga terdiam beberapa saat, dia melirik wajah Alkana, seketika Arga mengingat betapa besar lelaki itu mencintai putrinya. Arga menggeleng dengan tangis, bagaimana mungkin orang terhormat seperti mereka mau melakukan hal sekotor itu.

"Papa tau dari mana kalau jalang itu hamil?" tanya Liona yang tak kuasa menahan makian dari mulutnya.

"Ini." Arga dengan lemah memperlihatkan tes pack di tangannya, seketika mata Liona membulat, ternyata ini bukan hanya sekedar akal-akalan Aurel, gadis itu benar-benar hamil.

"Siapa yang lo sebut jalang?" tanya Aurel mengangkat wajahnya menatap benci pada Liona.

Liona melangkah mendekat sambil membawa tes pack di tangannya, "Apa lagi sebutan yang cocok untuk cewek kayak lo? Murahan!" maki Liona melemparkan tes pack itu ke wajah Aurel.

Aurel mengeluarkan air matanya, "CEWEK YANG LO BILANG MURAHAN INI NYATANYA DI HAMIL ANAK TUNANGAN LO!" Liona dengan sekuat tenaga menarik Aurel untuk berdiri dan melayangkan tangannya ke pipi gadis itu.

Liona menampar pipi itu bolak balik, wajah Aurel terasa begitu panas, bahkan tangan Liona terasa kebas sankin kuatnya tamparan yang ia berikan.

"Pikirin seribu kali sebelum lo ngasih tuduhan palsu, karena lo gak tau, siapa yang lo hadapi!" gumam Liona dengan nada rendah.

"Kamu pernah sentuh dia Alkana?" tanya Liona dengan sengaja.

"Gak sama sekali!" jawab Alkana datar membuat Aurel menunduk.

"Sebenarnya ini mudah Pa, dia cewek dan dia punya pacar, sesulit itu untuk nuduh Malvin?!" sarkas Liona.

"Dari kemarin Liona udah bilang Pa, bahkan waktu sidang di sekolah, Aurel selingkuh sama Malvin di belakang Liona, Malvin mau sama Aurel karena dia mau ngasih tubuhnya dan memuaskan nafsu si bajingan itu! Tapi Papa gak percaya sama Liona!"

"Tutup mulut lo!" bentak Aurel.

"Tutup mulut? LO NYURUH GUE TUTUP MULUT SETELAH LO NUDUH TUNANGAN GUE HAMILIN LO?! NGOTAK LO ANJING!" Aurel memejamkan matanya mendengar teriakan Liona.

"Gak cukup lo rebut semua hal yang gue punya selama ini? Gak cukup lo hancurin kebahagiaan gue? Dan sekarang tunangan gue juga mau lo rebut? Lo pikir gue bakalan tinggal diam?!" Liona menunjuk-nunjuk dada gadis itu.

"Gue gak bohong! Gue ngelakuin itu sama Kak Alkana atas dasar suka sama suka--"

"Suka sama suka? Gue gak suka sama lo, gue jijik sama cewek kayak lo, pikiran lo terlalu dangkal nuduh gue ayah dari bayi lo itu. Lo pikir gue bakalan mau tanggung jawab sama hal yang gak gue lakuin sama sekali?. Ngaca Aurel! Lo gak secantik dan semenarik itu! Gue gak nafsu ngeliat lo!" sarkas Alkana terang-terangan.

"Setelah seperti ini baru kamu ngomong jijik sama anak saya?!" teriak Miranda kini membuka suara.

"Apa buktinya kalau Alkana pelakunya?" tanya Liona membuat mereka diam.

"Butuh bukti apa lagi, lihat Aurel--"

"Ayo tes DNA! Dan buktikan jika memang itu anak Alkana!" bentak Liona di depan wajah Aurel.

"Gak perlu--" sela Aurel.

"Kenapa? Lo takutkan? Asal lo tau Aurel, kalau keluarga besar Faresta tau lo ngasih tuduhan ini, malam ini juga lo sama Mama lo itu bakalan mati."

"Tapi ini memang anak gue sama Kak Alkana--"

Muak mendengarkan omong kosong itu Liona menarik rambut Aurel dan membenturkan kepalanya ke dinding.

"AKHH!!" teriak Aurel kesakitan, Miranda hendak menghalangi Liona, tapi Alkana langsung menahan wanita itu.

"Siapa ayah dari anak haram lo itu?!" teriak Liona kesetanan.

"Alkana!" jawab Aurel percaya diri, dengan sekuat tenaga Liona kembali membenturkan kepala Aurel.

"Jawab yang bener!"

"Alkana!" lagi-lagi kepala Aurel menjadi sasaran.

"Kayaknya lo emang maksa gue Aurel..." lirih Liona sebelum membenturkan kepala Aurel berkali-kali seperti orang kesetanan.

"Ampun!!" teriak gadis itu kesakitan, kepalanya terasa mau pecah. Arga hanya diam dengan tatapan kosong ke arah lantai menghiraukan tindakan Liona pada Aurel.

"Gue dengan sabar nanya sama lo tadi, tapi ini kan yang lo mau!" Liona memegang perut gadis itu dan menekannya kuat.

"Kalo perlu, gue bakal bunuh lo sama anak lo!" ancam Liona membuat Aurel bergetar ketakutan.

"Jangan! Akhhhh!!!" Aurel berteriak kesakitan.

"Aurel!!" panik Miranda.

"Jawab!" bentak Liona.

"Iya, iya, Malvin, Malvin pelakunya!" teriaknya membuat Liona tersenyum puas, barulah Liona melepaskan perut Aurel. Seketika Aurel bernafas lega memegangi perutnya.

"Papa denger sendiri kan?" Liona menatap Arga dengan pandangan marah. Arga langsung bangkit dari duduknya berjalan menuju Aurel sambil melepaskan ikat pinggangnya.

"Jangan!!!" teriak Miranda karena tau apa yang akan di lakukan Arga, Alkana dengan sigap menahan wanita itu.

Setelahnya teriakan kesakitan Aurel yang terdengar karena di pukuli oleh Arga, Liona menatap itu dengan mata terbuka lebar, mata gadis itu berkaca-kaca dengan rahang mengeras mengingat dia yang selalu berada di posisi itu dulu.

"Ini pertama kalinya Papa mukul lo, kenapa sakit? Apa kabar sama gue yang dulu hampir tiap hari? Gak usah lebay!" ucap Liona di iringi tawa menyakitkan.

"AMPUN PA, AMPUN!!!" teriakan Aurel tidak di hiraukan oleh Arga.

"Mas udah Mas!" teriak Miranda.

Setelah meraih kepuasannya barulah Arga berhenti, punggung Aurel menjadi sasarannya. Gadis itu meringkuk sambil memeluk perutnya untuk melindunginya dari serangan Arga.

"Kalo Malvin pelakunya kenapa kamu menuduh Alkana, Aurel?!" teriak Arga.

Aurel terus terisak dengan susah payah gadis itu menjawab, "Malvin tunangan sama orang lain Pa, tadi Aurel ketemu sama mereka."

"Gue sama Alkana juga udah tunangan anjing! Bahkan lo di undang, lo emang kayaknya iri banget ya sama gue?! Pertunangan gue mau lo rusak! kenapa gak pertunangan Malvin aja? Padahal dia ayah anak lo!"

Aurel terus terisak menyadari kebodohannya, "Gue bingung, gue gak tau harus gimana, gue takut, gue--"

"Itu harga yang harus lo bayar karena perbuatan lo!" sarkas Liona.

Liona menatap Arga, "Kemarin Papa minta maaf kan sama Liona, aku bakalan maafin Papa kalo Papa ceraikan wanita itu dan usir mereka dari sini!"

Miranda menatap Liona berang, "Enak aja kamu! Gak bisa, Mas! Jangan dengerin dia!"

Arga menatap Liona kaget, pria itu menatap Alkana yang menatapnya datar, Arga harus bagaimana sekarang? Tidak punya pilihan lain Arga memilih mengakui semuanya sekarang. Sepertinya inilah waktu yang tepat itu.

"Papa gak bisa Liona, Papa--"

"Sesayang itu Papa sama mereka?" Liona menatap sedih pada Arga.

"Aurel sama seperti kamu Liona, kalian sama-sama anak Papa, darah daging Papa." ucapnya yang membuat jantung Liona seperti di tikam.

Gadis itu merasa lidahnya kelu, demi Tuhan ini begitu sakit, sangat sakit, nafas Liona tercekat. Kepalanya pusing dan sangat sakit seperti di tusuk-tusuk, Liona memegang kepalanya menahan sakit.

Alkana langsung melepaskan Miranda dengan kasar dan meraih gadis itu, tepat saat Alkana menangkapnya Liona jatuh pingsan.

"Liona!" panik Arga, Alkana menatap mereka semua dengan benci.

"Jika terjadi sesuatu dengan tunangan saya, kalian yang akan saya cari pertama kali!" sentak Alkana menggendong gadis itu dan dengan cepat membawanya ke mobil menunju rumah sakit. Alkana menahan ngilu sekaligus sakit di lengannya yang belum pulih betul saat mengangkat Liona.

******

Seorang gadis melangkah menuruni tangga, dia menyandang tas di bahunya, gadis itu berniat menghadiri les nya yang memang jadwal malam.

Arumi yang duduk di sofa menatap penampilan putrinya itu, "Lain kali bajunya jangan terlalu terbuka, kamu mau les, mau belajar, bukan keluyuran gak jelas!"

Mela memejamkan matanya lelah, gadis itu menghampiri Arumi, "Papa mana?" tanya Mela.

"Keluar kota, kayaknya pulangnya baru lusa. Ohh iya tadi mobil Papa mogok, jadi dia bawa mobil kamu. Kamu pake mobil Mama aja kalau mau pergi les." jelas Arumi membuat mata Mela melotot.

"What? Papa pake mobil aku?" tanyanya kaget.

"Iya, kenapa? Lagian kamu di beliin mobil bukannya di pake malah di anggurin di situ sampe berdebu. Untung mesinnya masih mau nyala!" kesal Arumi.

"Udah Mama bilang kan, kalo gak suka mobilnya kamu bisa ganti yang baru!"

Mela menatap Mamanya tidak habis pikir, "Kenapa Papa gak pake mobil Mama aja sih!" ucapnya dengan suara meninggi.

"Kalo ada mobil lain yang nganggur kenapa harus mobil Mama?!" balas Arumi tak kalah tajam.

Mela meremas rambutnya panik, bagaimana sekarang? Habis sudah dirinya! Mela mencoba menelpon Papanya tapi sialnya tiga di angkat. Gadis itu berlari kembali ke kamarnya membuat Arumi semakin heran.

"Gak jadi les?" tanya Arumi.

"Kepala Mela pusing, besok aja." jawabnya.

"Gak bisa gitu dong--"

"Kalo Mela bilang besok ya besok Ma!" bentak Mela menghilang dari tangga. Arumi menghela nafas, susah sekali mendidik Mela. Seandainya dia punya anak sepintar Liona dia pasti sudah tenang sekarang.

******

"Mama kenapa bersikap kayak tadi sama Aurel? Kasian dia Ma!" marah Malvin pada Rania, saat ini mereka baru tiba dari acara makan malam itu.

Rania memutar bola matanya malas dan duduk di sofa, Pras menatap putranya, "Jadi itu pacar kamu? Cantik sih, tapi sayang kata Mama kamu keluarga mereka gak sederajat sama kita." ucap Pras dengan santai.

"Malvin gak mau nikah karena bisnis Pa, Malvin gak cinta sama Amira!" sentak Malvin.

Rania tertawa, "Tau apa kamu soal cinta? Buktinya kamu bisa pacaran sama dua bersaudara itu sekaligus, kenapa nggak sama yang ini? Mama mau tanya, kamu lebih cinta Aurel atau si Liona itu?" Malvin mendengus kasar mendengar ucapan ibunya.

"Mama kenapa sih?!" kesalnya.

"Kamu yang kenapa?! Seharusnya kamu itu mikir Malvin, kamu itu anak Mama satu-satunya, penerus perusahaan kita, kamu cocok sama Amira, jangan lupakan perusahaan besar mereka. Kalau kalian nikah, perusahaan kita mungkin bisa mengalahkan perusahaan Faresta!"

"Papa setuju sama Mama kamu, pikirkan kedepannya Malvin, jangan egois. Nanti kalau kamu sudah merasakannya sendiri, kamu akan mengerti." ucap Pras.

Malvin menatap kecewa pada kedua orangtuanya, mimpi sekali mereka ingin mengalahkan perusahaan Faresta, itu tidak mungkin. Malvin merasa bersalah pada Aurel, sedang apa gadis itu sekarang? Malvin merindukannya, bahkan ia rindu menyentuh gadis itu. Brengsek memang!.

"Balikin ponsel Malvin!" pintanya sambil menyodorkan tangannya. Sudah beberapa hari ini Rania menyita ponselnya, sehingga dia tidak bisa menghubungi siapapun. Bahkan ingin menjenguk Daniel di penjara pun ia tidak bisa karena Rania melarangnya kemana-mana selain bertemu Amira.

Padahal Malvin ingin bercerita pada Daniel jika dia keluarkan dari Jupiter oleh, dan siapa sangka besoknya River membubarkan geng itu, karena banyak juga dari mereka yang sudah di tangkap polisi.

Malvin sangat berterimakasih kepada Daniel karena sudah membuat Alkana dan Liona kecelakaan, hingga secara tidak langsung dendamnya ikut terbalaskan juga. Menurut Malvin River terlalu naif, dia pikir ketika dirinya menyatakan Jupiter bubar maka semua anggota akan menurutinya?.

Meski River sudah menjual markas mereka, nyatanya banyak yang meminta agar geng mereka bersatu kembali, ibarat kata, River meminta mereka bubar, nyatanya mereka membuat geng lagi tanpa adanya lelaki itu.

River mengeluarkan Malvin, tapi sayangnya mereka membuat geng baru dengan nama yang sama, tanpa ada River di dalamnya.

"Buat apa?" tanya Rania.

"Balikin ponsel Malvin atau Malvin gak akan mau dinner sama Amira!" ancamnya.

"Nih! Suka banget ngancam orang tua!" Rania mengembalikan ponsel Malvin, tak ingin melanjutkan perdebatan Malvin berjalan menuju kamarnya di lantai atas.

Saat menyalakan ponselnya, Malvin melihat banyak deretan pesan dan panggilan tak terjawab dari Aurel, rasa bersalah semakin menyerang Malvin. Mengabaikan pesan-pesan dari teman-teman Jupiter nya, Malvin menghubungi Aurel lebih dulu.

Malvin berkali-kali mencoba menghubungi Aurel, namun sayang ponsel gadis itu tidak aktif, kini gantian Aurel yang menghilang.











TBC!
Haiii? Selamat malam? Apa kabar?
Gimana sama part ini?
Aku ngakak baca komen-komen kalian di part sebelumnya.

Yang menghujat Aurel semoga rezekinya lancar aminn, yang nungguin update kemarin maaf banget ya readers, aku sengaja dobel update kemarin itu biar besoknya fokus revisi gitu.

Ini aku udah update lagi hehe, aku usahakan revisi sambil update.

Follow akun penulis dan Instagram aku ya subscribe channel YouTube aku juga. Semuanya di @hafifahdaulay_

See you next part!!!

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 147K 48
‼️FOLLOW SEBELUM MEMBACA Belum direvisi. HIGH RANK: • 2 #persahabatan [21/03/2022] • 1 #mostwanted [03/04/2022] • 2 #fiksiremaja [03/04/2022] • 3 #ta...
253K 10.7K 77
Best rank #1 of teenfiction [29 Oct 2022] [15+] Cerita ini mengandung banyak kata-kata kasar, harap bijak untuk tidak ditiru! ** Gimana rasanya jatuh...
191K 11.8K 54
Alleta Nadeleine, gadis cantik yang harus pindah sekolah karena mengikuti papanya yang bekerja. Namun, siapa sangka di sekolah barunya ini membawanya...
958K 47.6K 42
"Jadi, kakak lebih milih pulang bareng Freya dibanding Kia?" ujar Kia pada Arzel. Kalimat apa yang dia ucapkan pada Arzel ini? Tentu saja Arzel lebih...