UNDERCOVER

By bluesheart01

58.6K 10K 1.4K

Wei Wuxian kembali ke tanah kelahirannya hanya untuk membalaskan dendam adiknya yang tewas setelah menjadi ko... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
17
18 (FINAL CHAPTER)
side story

16

1.3K 254 48
By bluesheart01

Hola~

.
.
.

Hari dimana Wei Xuanyu mengakhiri hidupnya adalah hari dimana seluruh dunia Wei Wuxian berubah menjadi bencana.

Keluarga satu-satunya yang ia miliki direnggut begitu saja darinya,

Oleh orang-orang biadab yang katanya manusia.

Tidak ada yang bisa menggambarkan seberapa besar kemarahan Wei Wuxian. Ia murka sampai pada tahap dimana ia bisa membunuh mereka semua dalam satu waktu, dengan cara yang keji.

Setiap hari ia merenungkan segalanya, menyusun setiap rencana untuk membalas apa yang adiknya dapatkan selama ini.

Meski, terkadang ada satu sisi dirinya yang mengatakan bahwa bukan hanya dirinya yang pernah kehilangan, namun Wei Wuxian akan segera menepisnya dan membuat api kemarahan dalam dirinya semakin berkobar.

Wei Wuxian, tidak akan pernah berhenti.

Brak

"Wei Ying!"

Lan Wangji berusaha membuka gerbang yang telah digembok Wei Wuxian. Gurat khawatir tergambar jelas diwajahnya yang dilanda panik.

Baru saja, Wei Wuxian mendorongnya keluar dari gerbang sekolah sementara ia sendiri hanya berdiri mematung dibalik gerbang yang terlah terkunci.

Pagar besi yang menjulang tinggi itu memisahkan keduanya.

"Ini bukan lagi urusanmu, Lan Zhan. Aku akan mengakhiri semuanya hari ini." Wei Wuxian berujar dengan tenang lalu diakhiri senyum simpul.

Ia maju selangkah, menyentuh benda dingin berbahan besi itu ringan, "untuk setiap waktu yang kuhabiskan bersamamu, aku sangat berterimakasih. Aku merasa bahagia."

Ia menarik kembali tangannya saat Wangji hendak menggenggamnya.

"Tapi itu sudah cukup, kebahagiaan hanya akan membuatku goyah dan melupakan tujuan awalku. Jadi, pergilah, jangan pernah melihat lagi kebelakang atau kau akan menyesal."

Dengan begitu, Wei Wuxian berbalik menjauh. Ia mengabaikan Wangji yang memanggil-manggilnya, memintanya untuk kembali.

Wei Wuxian menghela napas berat lalu menghembuskannya,

Tekadnya sudah bulat.

Ia masuk ke pos penjaga sekolah dan mengabaikan sosok yang harusnya bertugas disana tengah sekarat. Tubuh pria parubaya itu masih mengejang dengan darah menggenang seperti hendak menenggelamkannya.

Wei Wuxian sama sekali tak terganggu, ia duduk di kursi yang biasa penjaga itu duduki untuk mengamati layar monitor dari kamera pengintai yang dipasang disetiap sudut sekolah.

Jika dilihat seperti ini, mereka semua tampak normal seperti manusia beradab. Mereka, seperti remaja dan orang dewasa pada umumnya.

Seolah tidak pernah melakukan hal-hal biadab. Seolah apa yang terjadi pada adiknya hanyalah sebuah lelucon yang bisa mereka lupakan dengan mudah.

Wei Wuxian mengamati setiap layar monitor, sampai pada sebuah monitor kecil yang terpisah dari monitor utama.

Matanya memicing, kemudian tersenyum miring. Ia berbalik pada pria yang mungkin telah direnggut ajal, menendang tubuh kaku itu dengan ujung sepatu, "oy, kau pria mesum."

Wei Wuxian merogoh ponsel disakunya dan merekam adegan yang berada di monitor itu.

Kepala sekolah mereka tengah melakukan hal menjijikan dengan gadis yang ia yakin adalah teman sekelasnya dibilik toilet perempuan.

Tiba-tiba saja rasa merinding melanda seluruh tubuhnya. Bagaimana mungkin tempat ini layak disebut sekolah? Sementara semua penghuni ditempat ini tak ubahnya binatang yang dipenuhi birahi.

Lagi-lagi, penyesalan menyeruak dalam dirinya karena telah mengirim XuanYu ketempat seperti ini.

Wei Wuxian menekan rasa bersalahnya.

Tidak ada waktu untuk bersedih sekarang.

Dendam XuanYu harus terbalaskan hari ini.

.
.
.

Langit telah terpoles jingga ketika bel tanda berhenti seluruh kegiatan belajar mengajar menggema diseluruh penjuru sekolah, segera saja koridor yang awalnya sepi langsung dipadati oleh siswa siswi yang berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing.

Gedung yang beberapa menit lalu khidmat berubah bising oleh percakapan yang saling tumpang tindih, tentang rencana yang akan masing-masing dari mereka lakukan setelah kegiatan menjenuhkan selama di sekolah berakhir.

"Sekolah ini benar-benar memuakkan, terjebak dari pagi sampai malam ditempat seperti ini sangat menjengkelkan."

"Masa mudaku sangat sia-sia, ya tuhan."

"Mungkin jika Wen Chao tidak tiba-tiba keluar dari sekolah si Xuan Yu tidak akan bertingkah dan kita masih bisa bermain-main dengannya."

Gadis dengan rambut diikat tiba-tiba saja terhenti, "apa kalian tidak merasa ada yang aneh dengannya?" Membuat teman-teman lainnya ikut memikirkan hal yang sama.

Xuan Yu yang saat ini mereka lihat, sama sekali berbeda dengan Xuan Yu yang selama ini mereka risak. Rasanya, seperti dua orang berbeda.

"Oy oy oy! Sudahlah, kenapa kalian memikirkan cecunguk satu itu sampai serius begitu, sih?! Lebih baik kita pergi ke club, aku teraktir!" Gadis dengan seragam ketat memamerkan amplop berisi setumpuk uang dari balik tasnya dan langsung menimbulkan sorakan tak percaya dari teman-temannya.

"Jangan bilang kau mendapatkannya dari pak tua itu?"

Gadis itu hanya mendengus lalu menutup kembali tasnya, "pria tua itu sangat menjijikan karena terus menerus keluar didalam. Untung saja aku sudah menyiapkan pil pencegah kehamilan."

"Bukankah akan lebih baik kalau kau mengandung anaknya saja? Dia pasti akan memberimu uang lebih banyak lagi."

"Kau gila, ya?!"

Lalu mereka semua tertawa terbahak-bahak, merasa tak peduli sama sekali bahkan jika percakapan kotor mereka terdengar oleh orang lain.

Lagipula, bukan sebuah rahasia lagi jika praktik menjijikan itu sudah menjadi hal lumrah ditempat ini.

Akan tetapi, tawa mereka berangsur terhenti ketika arah pandangan mereka tertuju pada gerbang yang tertutup rapat.

Bukan, bukan itu.

Lebih tepatnya, pada sosok penjaga sekolah yang tergantung di atas gerbang dengan leher hampir putus.

Darah segar mengucur deras dari leher yang sudah berada ditempat yang tak semestinya, juga bola mata yang hilang, tergantikan oleh rongga kosong yang dipenuhi darah.

Gadis-gadis itu segera menjerit ketakutan, diikuti oleh siswa dan guru-guru yang menghambur ketempat mereka.

Terjadi lagi!

Baru tadi pagi mereka menemukan Huang Meiyin tewas dengan cara mengerikan, dan kini penjaga sekolah mereka juga berakhir sama.

Seorang gadis lari sempoyongan ke arah semak-semak dan memuntahkan sisa makan siangnya disana. Pemandangan yang ia lihat barusan terlalu mengerikan.

"SIAPA ORANG BRENGSEK YANG BERANI MELAKUKAN HAL INI?!"

Seorang guru berbadan besar nampaknya sudah sangat muak dan murka, ia mengganyang kerah salah satu siswa yang terkenal sebagai biang onar, "jika kau yang melakukannya, segera mengaku atau aku akan membunuhmu saat ini juga."

Siswa itu memberontak, mencoba melepaskan diri meski percuma, "bukan aku!!! Kau bisa bertanya pada mereka jika sejak tadi aku membolos digudang belakang sekolah!"

Beberapa siswa mengangguk mengiyakan, guru itu melepaskan cengkeramannya dengan kasar sampai siswa yang ia cengkram jatuh dengan cukup keras.

"BRENGSEK!!"

sementara siswa siswi yang lain sudah sangat panik. Mereka mencoba membuka gerbang sekolah dengan berbagai cara namun tak berhasil. "Coba kau cari kunci di pos jaga." Titah seorang guru wanita.

"Semua kuncinya menghilang!"

Halaman sekolah yang luas dipenuhi teriakan panik. Burung-burung yang bertengger di atas pohon segera berhamburan diatas langit yang merangkak gelap, mungkin terganggu oleh aura yang kian mencekam.

Posisi sekolah yang jauh dari pemukimanpun menjadi salah satu situasi kacau lainnya.

Beberapa orang mencoba menghubungi bantuan melalui ponsel ditangan mereka,

"Ti tidak ada sinyal?" Seorang gadis bergumam lirih.

"Kau bercanda? Mana mungkin tiba-tiba tidak ada sinyal?!" Gadis lainnya segera merebut ponsel miliknya dan mengotak atiknya.

Tidak bisa menghubungi siapapun, tidak bisa mengirim pesan pada siapapun!

Ponsel ditangannya jatuh.

Semua orang dilanda kepanikan. Beberapa siswa berbadan besar mengerahkan kekuatannya mendobrak gerbang, meski percuma. Yang ada, beberapa bagian kulit mereka mulai lecet dan berdarah.

Salah seorang siswa memandang jauh ke ujung gerbang, "jika kita bisa memanjatnya, maka kita bisa keluar dari sini." Gumamnya, diangguki oleh semua orang yang ada disana.

"Jika kau berhasil kau harus segera membuat gerbangnya dari luar."

Siswa itu mengangguk.

Ia mulai memanjat. Gerbang ini dipasang cukup tinggi dari kebanyakan sekolah lainnya, tidak banyak pijakan yang bisa diinjak, namun siswa itu hampir berhasil sampai diujung

"Zidao, hati-hati!"

Siswa itu melihat kebawah, dengan jantung berdebar ia hampir keluar dari sana.

Jleb

Semua orang terpaku sejenak, melihat Zidao yang seketika jatuh setelah sesuatu menyasar lehernya.

Anak panah yang dilesatkan dari crossbow itu menembus kerongongan Zidao sampai hampir membuatnya putus, sama seperti si penjaga sekolah.

"Zi- Zidao."

Cicit beberapa siswi, masih tak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Begitu genangan darah mulai merembes, teriakan panik kembali menggema.

Seseorang, kembali terbunuh!

Ditengah kepanikan yang mencekam, lengkingan speaker sekolah mendengung membuat mereka semua menutup telinga.

Orang-orang yang ada disana menoleh mencari asal suara.

"Tes tes."

Semuanya berbalik menatap ke arah gedung utama sekolah.

"Halo, selamat malam para hadirin yang terhormat. Ah, mungkin sambutanku kurang meriah ya? Tapi menurutku ini sudah lebih dari cukup dan aku tidak akan berbasa basi."

Semua orang langsung saling memandang, mencoba berdiskusi tentang siapa pemilik suara ini. Namun tidak bisa, orang asing itu menggunakan pengubah suara sehingga mereka sulit mengenalinya.

"Siapa kau brengsek?! Hentikan permainan konyol ini sekarang juga! Tunjukan wajahmu! Akan kukirim kau kepenjara!!" Kepala sekolah mereka juga mungkin sudah muak. Meski dengan suara gemetar ditelan ketakutan, ia tetap menyuarakan murkanya pada sosok asing yang menjebak mereka disini.

Tak berapa lama orang yang berada dibalik mikrofon tertawa renyah, seolah mentertawakan kalimat sang kepala sekolah yang mungkin baginya hanya sebuah komedi basi.

"Polisi?"

Lalu hening beberapa saat, keheningan yang membuat orang-orang disana meremang tanpa alasan yang jelas. Seolah, keheningan itu tengah mengantarkan pesan Kematian untuk masing-masing mereka.

Dalam rasa takut yang perlahan membungkus mereka, lengkingan penuh rasa sakit menggema hingga membuat orang-orang yang terjebak terkejut sekaligus ngeri. Seolah mereka bisa merasakan rasa sakit yang diderita entah siapa itu.

"A-aaaatrrggghhh!"

Lagi suara itu menggema, mereka meremas tangan mereka yang sudah berkeringat dingin.

"Siapa namamu?"

"Q-Qin Shen! Aarrggh! Ampun!!!"

"Jadi, mereka bilang akan memanggilmu untuk menangkap ku. Menurutmu bagaimana?"

"Ti tidak- aarghh! Hentikan!!"

"Bukankah yang salah yang seharusnya dihukum, HM?"

"A aku yang salah! Aku yang selalu melindungi mereka!! Ampun!! Argh! Hentikan!"

Wajah sang kepala sekolah dan beberapa guru berubah menjadi pucat pasi.

Suara itu, bukankah suara kepala tim kepolisian yang selalu mereka suap untuk menutupi setiap kasus kriminal disekolah mereka?

Jadi, ini bukan lagi sebuah lelucon?

Dengan gemetar diseluruh tubuh, kepala sekolah dan dua orang guru berlutut, membuat orang-orang lainnya mengernyit bingung.

Seorang staff guru menghampiri kepala sekolah, "Apa yang anda lakukan?! Bukankah seharusnya kita segera menemukan orang brengsek itu dan membunuhnya?"

Namun pria tua sama sekali tak merespon, wajahnya terlihat sangat gelisah dan sama sekali tak memperdulikan pria yang lebih muda.

"A aku mohon, maafkan aku. Siapapun kau, kumohon maafkan aku." Ia bersujud, diikuti dua guru dibelakangnya.

Staff guru itu merasa frustasi, ia hendak kembali berteriak sebelum akhirnya ikut tumbang seperti Zidao.

Kali ini anak panah berukuran besar itu menghancurkan tengkoraknya.

Darah terciprat hingga mengenai wajah beberapa orang siswa, namun mereka tak berteriak. Apa yang mereka rasakan sudah lebih dalam dari rasa takut, mulut mereka terkunci rapat, suara mereka seolah tertahan disuatu tempat. Mata mereka hanya bisa melotot menatap jasad berlumuran darah tanpa bisa berkedip.

Berapa banyak lagi dari mereka yang akan mati disini?!

"Jika ada seseorang yang harusnya kalian mintai ampun, maka itu adalah Xuan Yu. Bukankah kalian yang sudah membunuhnya?"

Lagi, halaman luas yang sebelumnya hening kembali dipenuhi bisik-bisik. Mereka semua saling menebak apa yang dikatakan oleh sosok asing itu.

"X XuanYu? Bukan dia masih hidup?! Kami tidak pernah membunuh siapapun!"

"Apa kalian yakin yang kalian lihat selama ini adalah XuanYu?"

Sebuah cahaya menyorot ke satu titik dimana sebuah kain putih yang entah sejak kapan menjuntai dari lantai dua sampai lantai satu.

Sebuah rekaman video diputar.

Itu kolase dari setiap curahan hati XuanYu dalam diarynnya, barisan berisi daftar nama dari orang-orang yang telah merisaknya, hingga potret peristirahatan terakhir XuanYu, dan fotonya bersama Wei Wuxian.

"XuanYu ku yang malang sudah berada ditempat yang lebih baik dibanding tempat menjijikan bersama sampah seperti kalian."

Sontak semua orang merasa shock atas fakta yang seperti menampar mereka.

Jadi, Xuanyu yang selama ini bersama mereka bukanlah Xuanyu yang itu?

Apa XuanYu sudah benar-benar mati?

Ditengah pikiran mereka yang kalang kabut suara Wei Wuxian kembali menggema.

"Well, bukan waktunya untuk berduka cita. Dari pada itu, bagaimana jika kita melakukan sebuah permainan?"

Semua yang diucapkan Wei Wuxian seperti dentingan kematian. Membuat jantung mereka bertalu hebat seperti hendak mendobrak dada mereka. Orang-orang itu mulai dilahap panik dan kengerian setiap kali suara Wei Wuxian terdengar.

"Permainan yang akan menentukan apakah kalian akan mati, atau bertahan hidup."

Dan jika saja mereka bisa melihat wajah Wei Wuxian saat ini, mungkin mereka akan melihat bentuk senyum iblis sesungguhnya. Karena dibalik mikrofon itu, Wei Wuxian sudah merencanakan beragam skenario kematian untuk masing-masing dari mereka.

"Kalian siap?"

Jerit tangis memenuhi halaman sekolah, beberapa siswi yang tidak bisa menahan ketakutan telah dibasahi oleh air seni yang mengalir hingga ke kaki mereka.

Mereka tidak ingin mati disini, dengan cara yang mereka tidak tau akan seperti apa.

"Ah, tapi sebelum itu, biar kutunjukan kalian sesuatu yang sepertinya akan menghibur."

Sang kepala sekolah dan siswi berseragam ketat dihinggapi Tremor yang kian menjadi tatkala video tak pantas mereka diputar.

Keduanya membeku, seolah dihujam oleh ribuan jarum tak kasat.

Tawa Wei Wuxian menemani ketegangan yang mengalir erat.

Sebelum kemudian layar proyektor tersebut mati.

"Aku tau itu video yang bagus. Jika ada kesempatan, aku akan memutarnya di setiap videotron diseluruh kota agar orang-orang tau jika sekolah kita memiliki artis dan aktor yang hebat."

"Tapi, sayang sekali karena kita harus memulai permainannya sesegera mungkin. Aturannya sangat sederhana. Ketika aku menghitung dari satu sampai seratus, kalian harus bersembunyi dari satu sama lain. Satu orang, satu persembunyian, dan tidak ada yang boleh saling mengetahui, karena jika kalian saling bertemu satu sama lain, kalian harus saling membunuh. Seseorang yang mampu bertahan hidup, akan kubiarkan keluar dari tempat ini, bagaimana?"

Mereka semua berteriak protes, mempertanyakan hal yang tak masuk akal yang baru saja dilomtarkan Wei Wuxian.

Saling membunuh katanya?!

"Kau bertanya bagaimana jika kalian tidak melakukannya?"

Wei Wuxian terkekeh.

"Jika kalian tidak melakukannya, maka aku yang akan menjadi eksekutor kalian."

"Kyaaaaaa!!!!!"

Tiba-tiba saja mereka berteriak saat seorang siswa yang berada ditengah-tengah mereka ambruk.

Darah mengucur dari dahinya yang berlubang hingga membuatnya tewas seketika.

Mereka kembali panik.

Darimana datangnya semua serangan ini? Mereka mengedarkan pandangan mereka kesegala penjuru, namun suasana sekolah terlalu gelap.

Semua lampu padam membuat pandangan mereka terbatas.

"Permainan, dimulai ketika aku mulai mengjitung!"

Semua orang telah bersiaga dalam posisi mereka masing-masing.

"Satu."

Kepanikan semakin melonjak.

"Dua."

Mereka lari terbirit-birit. Sebagian orang terinjak-injak ketika mereka semua berlari berhamburan menujur gedung sekolah untuk mencari tempat persembunyian.

Tidak ingin ada yang mati disini.

Mereka ingin keluar dari permainan konyol ini.

Dan Wei Wuxian yang menyaksikan mereka tak bisa menahan senyum.

Neraka milik Wei Wuxian baru saja dimulai.

.
.
.

Tebece

Continue Reading

You'll Also Like

10.1K 876 11
𝐙𝐇𝐀𝐍𝐘𝐈 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘 𝐓𝐢𝐭𝐥𝐞 : Snow White 𝐆𝐞𝐧𝐫𝐞 : Disney Land , Boys Love 𝐃𝐞𝐬𝐜𝐫𝐢𝐩𝐭𝐢𝐨𝐧 : Hidup siapapun tidak ada yang sempurna...
178K 8.7K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
27K 2.6K 14
Sebuah malam membuat hidup Wei Wuxian berubah. Dia tahu, jika hal yang datang adalah sebuah berkah untuk hidupnya. Namun hal yang paling berat bagi...
21.8K 2.1K 34
Wei WuXian kembali membasuh mukanya di washtafel,entah yang ke berapa kali,kemudian dia melihat pantulan wajahnya di cermin,tampan ,ganteng juga kere...