16

1.3K 251 48
                                    

Hola~

.
.
.

Hari dimana Wei Xuanyu mengakhiri hidupnya adalah hari dimana seluruh dunia Wei Wuxian berubah menjadi bencana.

Keluarga satu-satunya yang ia miliki direnggut begitu saja darinya,

Oleh orang-orang biadab yang katanya manusia.

Tidak ada yang bisa menggambarkan seberapa besar kemarahan Wei Wuxian. Ia murka sampai pada tahap dimana ia bisa membunuh mereka semua dalam satu waktu, dengan cara yang keji.

Setiap hari ia merenungkan segalanya, menyusun setiap rencana untuk membalas apa yang adiknya dapatkan selama ini.

Meski, terkadang ada satu sisi dirinya yang mengatakan bahwa bukan hanya dirinya yang pernah kehilangan, namun Wei Wuxian akan segera menepisnya dan membuat api kemarahan dalam dirinya semakin berkobar.

Wei Wuxian, tidak akan pernah berhenti.

Brak

"Wei Ying!"

Lan Wangji berusaha membuka gerbang yang telah digembok Wei Wuxian. Gurat khawatir tergambar jelas diwajahnya yang dilanda panik.

Baru saja, Wei Wuxian mendorongnya keluar dari gerbang sekolah sementara ia sendiri hanya berdiri mematung dibalik gerbang yang terlah terkunci.

Pagar besi yang menjulang tinggi itu memisahkan keduanya.

"Ini bukan lagi urusanmu, Lan Zhan. Aku akan mengakhiri semuanya hari ini." Wei Wuxian berujar dengan tenang lalu diakhiri senyum simpul.

Ia maju selangkah, menyentuh benda dingin berbahan besi itu ringan, "untuk setiap waktu yang kuhabiskan bersamamu, aku sangat berterimakasih. Aku merasa bahagia."

Ia menarik kembali tangannya saat Wangji hendak menggenggamnya.

"Tapi itu sudah cukup, kebahagiaan hanya akan membuatku goyah dan melupakan tujuan awalku. Jadi, pergilah, jangan pernah melihat lagi kebelakang atau kau akan menyesal."

Dengan begitu, Wei Wuxian berbalik menjauh. Ia mengabaikan Wangji yang memanggil-manggilnya, memintanya untuk kembali.

Wei Wuxian menghela napas berat lalu menghembuskannya,

Tekadnya sudah bulat.

Ia masuk ke pos penjaga sekolah dan mengabaikan sosok yang harusnya bertugas disana tengah sekarat. Tubuh pria parubaya itu masih mengejang dengan darah menggenang seperti hendak menenggelamkannya.

Wei Wuxian sama sekali tak terganggu, ia duduk di kursi yang biasa penjaga itu duduki untuk mengamati layar monitor dari kamera pengintai yang dipasang disetiap sudut sekolah.

Jika dilihat seperti ini, mereka semua tampak normal seperti manusia beradab. Mereka, seperti remaja dan orang dewasa pada umumnya.

Seolah tidak pernah melakukan hal-hal biadab. Seolah apa yang terjadi pada adiknya hanyalah sebuah lelucon yang bisa mereka lupakan dengan mudah.

Wei Wuxian mengamati setiap layar monitor, sampai pada sebuah monitor kecil yang terpisah dari monitor utama.

Matanya memicing, kemudian tersenyum miring. Ia berbalik pada pria yang mungkin telah direnggut ajal, menendang tubuh kaku itu dengan ujung sepatu, "oy, kau pria mesum."

Wei Wuxian merogoh ponsel disakunya dan merekam adegan yang berada di monitor itu.

Kepala sekolah mereka tengah melakukan hal menjijikan dengan gadis yang ia yakin adalah teman sekelasnya dibilik toilet perempuan.

UNDERCOVERDonde viven las historias. Descúbrelo ahora