Bima Sakti

By bundalidiii

16.7K 1.7K 188

[ FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA ] Galang adalah korban dari pembantaian satu keluarga 8 tahun silam. Dirinya... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Cast
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 19
Bab 20
BIMA SAKTI IS BACK
BIMA SAKTI IS BACK
PENGUMUMAN

Bab 18

337 47 13
By bundalidiii

❗WARNING ❗
CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.
JIKA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, PERISTIWA ITU HANYALAH KEBETULAN.
HUKUM DALAM CERITA INI FIKSI SELURUH NAMA PEMERINTAH DAN PRESIDEN JUGA FIKSI.
DIMOHON MENJADI PEMBACA YANG BIJAK, JANGAN LUPA VOTE & KOMEN UNTUK MENDUKUNG BUNDALIDIII TERUS BERKEMBANG.

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR

®®®

Bima dan yang lainnya sudah sampai di gapura desa Jati. Mereka di sambut oleh 3 laki-laki yang tak lain adalah teman Mahesa. Mereka berlima tersenyum pada ketiga laki-laki itu.

"Selamat datang di desa Jati, sebelumnya gue bakal kenalin diri dulu. Jadi, nama gue Rafa Pratama. Panggil Rafa aja, ini di samping kanan gue ada Gaga dan samping kiri gue namanya Fatur." Ucap laki-laki bernama Rafa tersebut sambil tersenyum.

"Kita perlu kenalan nih?" Tanya Mahesa.

"Gak perlu, gue udah tau nama-nama mereka Hes." Jawab Rafa.

Setelah itu, Bima dan yang lainnya di tuntun untuk masuk ke dalam desa. Suasana Desa bisa dibilang lumayan damai, banyak anak-anak berkeliaran. Ada juga para ibu-ibu yang sedang berkumpul atau beli sesuatu di warung. Udara di desa ini juga cukup segar, mungkin karena dekat pantai.

"Di kota pemandangan kaya gini jarang banget." Ucap Reza.

"Karena di kota semuanya manusia sibuk." Saut Yaksa.

Reza mengangguk setuju, ia kembali memperhatikan sekitarnya dengan tersenyum bahagia. Saat melewati beberapa anak yang bermain, tiba-tiba saja ada satu anak yang berlari ke arah mereka. Anak itu melihat Bima dengan wajah kagum.

"Kenapa Raka?" Tanya Rafa lalu berjongkok menyamai tinggi anak kecil bernama Rafa tadi.

"Kak mereka siapa?" Tanya Raka.

"Mereka? Mereka anak kota yang berkunjung di desa kita." Jawab Rafa.

"Kakak itu kelihatan mirip banget." Raka menunjuk Bima.

Semua orang di sana bingung begitupun dengan Bima sendiri.

"Gak mirip, main aja sana." Ucap Fatur pada Raka.

Raka mengangguk lalu berjalan pergi menuju teman-temannya. Bima melirik ke arah Fatur sejenak, ia tak paham dengan yang mereka bicarakan.

"Dia kalo di perhatiin daritadi emang diem." Ucap Bima dalam hati.

Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan menuju tempat yang akan di tinggali oleh Bima dan para sahabatnya.

"Yah gini lah di kampung, sehari-hari kalian bakal liat pemandangan yang sama. Setiap hari bakal kecium bau amis karena sebagian besar profesi di sini nelayan." Jelas Rafa.

"Gak masalah sih, di sini ada tukang kayu buat bangun kapal?" Tanya Mahesa.

"Kalian mau bangun kapal?" Tanya Gaga yang akhirnya ikut bersuara.

"Kita..." Mahesa melihat Bima sejenak.

"Mau tanya aja jenis-jenis kayu yang bagus buat kapal, penelitian soalnya." Jawab Mahesa.

"Gue mau liat laut." Bima berpisah dari rombongan. Tak lama setelahnya, Fatur juga pergi meninggalkan rombongannya.

Mahesa terlihat memperhatikan Fatur dengan serius, ia juga melihat ke arah Bima yang berjalan ke arah laut. Entah kenapa, saat melihat Fatur ia seperti melihat kloningan Bima.

"Dia emang gak sopan gitu, tapi anaknya baik." Ucap Rafa merasa tak enak.

"Maaf juga tentang Bima, dia gak bisa dikekang hehe." Tambah Mahesa lalu tersenyum.

®®®

Alsava saat ini tengah berbincang serius dengan Vino di ruang rawatnya. Arga dan Neva di usir begitu saja keluar oleh Vino dengan alasan tak mau di ganggu. Walaupun mereka sedikit kesal, tapi mereka menurut saja.

"Jadi desa Jati itu sebenernya desa yang gimana?" Tanya Neva.

"Luka tembak di tangan lo masih ker-"

"Cuman goresan doang, lagian sakitnya karena tangan gue cidera." Neva menatap Agra dengan sinis.

"Gue gak tau pasti tentang desa Jati." Jawab Arga.

"Lo gak sehebat itu gali informasinya." Arga terlihat kesal pada Neva, ia bisa saja menjitak gadis itu tapi tak ada gunanya melawan wanita apalagi saat dia sedang sakit.

Sementara itu di dalam ruang rawat Alsava, Vino terlihat memberikan gadis itu sebuah amplop coklat dan beberapa flashdisk yang ia simpan di dalam kaleng. Alsava menerima semua itu lalu mengangguk pada Vino. Tak lama setelahnya, Vino langsung berdiri dan pergi meninggalkan Alsava.

"Alsava..." Panggil Vino sebelum pergi.

"Kalo semuanya udah damai, lo harus hidup bahagia." Ucap Vino lalu benar-benar pergi.

"Tapi kapan?" Bisik Alsava.

Di luar, saat Vino keluar dari ruang rawat Alsava. Agra dan Neva langsung berdiri lalu masuk ke dalam untuk melihat keadaan Alsava. Mereka sedikit lega saat melihat Alsava tengah duduk di ranjang sambil meminum susu.

"Gimana? Kalian ngomongin apa aja?" Tanya Neva.

"Gak ada yang penting kok, dia cuman mau makasih ke gue." Jawab Alsava.

"Gitu ya, gue pikir dia bakal nyakitin lo." Ucap Neva.

Sementara itu, Vino yang sedang berjalan di lorong rumah sakit tiba-tiba saja dikejutkan oleh kedatangan Kevin Sanjaya dan Jorji. Mereka juga turut terkejut saat melihat Vino.

"Pak Kevin sedang apa di sini?" Tanya Vino.

"Saya mencari anak saya." Jawab Kevin.

Vino terlihat bingung, ia melirik ke arah Jorji untuk meminta penjelasan. Laki-laki itu menatap Vino tapi dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan.

"Duduk Vino, saya tidak akan merahasiakan apapun dari kamu." Kevin langsung duduk di bangku biru dekat mesin minum otomatis.

Jorji berjalan menjauh dari mereka berdua, Vino masih tak paham. Ia berjalan ke arah mesin minuman tersebut lalu mengambil 2 kaleng kopi dan soda. Vino berjalan ke arah Kevin lalu duduk di samping Kevin. Ia memberikan sekaleng kopi pada Kevin.

"Jadi saya pikir Bima Sakti adalah anak saya." Ucap Kevin sambil mengocok kaleng kopi pemberian Vino.

"Jadi, anda yakin jika anak itu adalah Bima?" Tanya Vino.

"Bima memang anak saya." Jawab Kevin sambil tersenyum.

Vino terkejut, ia tak bisa berbicara apapun lagi. Kevin memandang Vino dengan tegas mengisyaratkan jika Bima memang benar-benar anaknya. Ia membuka kaleng kopi tersebut lalu meminumnya.

"Dan selama ini Bima bersembunyi dengan siapa? Jika dilihat dari perkembangannya, ia benar-benar berbeda. Skill bertarungnya bahkan mentalnya sangat membuat saya terkesan." Tanya Vino masih tak percaya.

"Saya juga begitu, dia selama ini dilatih oleh ahli bela diri. Sekarang yang melatihnya berprofesi sebagai guru olahraga di SMA desa-desa terpencil. Siapkan diri kamu karena kita akan ke sana beberapa jam lagi, saya harus makan siang dahulu." Jawab Kevin.

"SMA di desa? Pak Kevin gak mungkin jauh-jauh tes DNA ke sini karena dia percaya sama rumah sakitnya sendiri, kalo dia jauh-jauh ke sini tandanya di desa sekitar sini. Dan tentang Bima, kalo dia anak itu tandanya yang bunuh sekertaris presiden itu bukan karangan Alsava." Vino mengerutkan keningnya.

"Bener, Bima pasti ke desa Jati buat masuk ke pulau Carnavero. Kalo dia masuk ke pulau, yayasan bisa dalam bahaya."

Vino menatap Kevin serius, ia menarik nafas dalam-dalam lalu membuka kaleng sodanya.

®®®

Bima sudah sampai di depan laut, ia berdiri dan melihat gelombang laut. Tatapannya masih datar, sementara itu Fatur terlihat memperhatikan Bima di belakangnya.

"Lo bener, gue gak sama kaya temen-temen gue lainnya. Kalo ada yang mau lo tanyain, bilang langsung aja. Gue sengaja dateng ke sini biar lo mau tanya ke gue." Ucap Bima tanpa menatap Fatur.

"Lo galang kan? Kalo lo udah ke sini tandanya lo bakal balas dendam ke yayasan yang di pulai sebrang sana. Kenapa secepet ini?" Tanya Fatur.

"Udah 4 tahun sejak gue ninggalin desa Jati, gue gak tau kalo yayasan bakal berdiri di pulau mati itu. Sesuai janji gue sama lo dan Rosa, gue gak akan biarin yayasan beroperasi untuk kedua kalinya." Jawab Bima.

"Tapi yayasan itu gak ambil anak-anak di desa ini, lo gak bisa ya? Hidup normal tanpa harus mikirin dendam?" Tanya Fatur lagi.

"Dendam itu beban yang bakal hancurin hati dan memakan semua kedamaian di diri lo sendiri. Ayolah, gue mohon kaya pesan gue waktu itu. Lo harus hidup dengan baik tanpa harus balas dendam ke siapapun, lo masih hidup tandanya tuhan ngasih lo kesempatan ke dua buat lebih baik lagi." Lanjut Fatur.

Bima diam, ia tak berbalik ke arah Fatur. Pandangannya masih sama seperti sebelumnya, ekspresinya juga masih sama. Ia seperti tidak mendengarkan ucapan Fatur tadi.

"Bayangin, kalo lo jadi gue bakal apa."

Kembali ke kejadian 8 tahun lalu sehari sebelum insiden pembantaian. Saat itu Galang dan Rani terlihat bersemangat di ruang tamu karena dibuatkan kue oleh sang ibu. Pagi tadi, Rani merengek ke ayahnya untuk di buatkan kue tapi sang ayah menolah dengan alasan sibuk. Galang merasa kasihan dengan adiknya, ia langsung meminta tolong ibunya untuk membantunya membuat kue yang Rani mau.

"Kak, Rani bahagia deh punya kakak kaya kak Galang." Ucap Rani lalu memeluk Bima.

"Kamu makan dulu, nanti kakak buatin yang banyak kalo kamu suka." Galang memotong kue di depannya lalu menyuapi Rani.

"Kenapa ya, ayah selalu ngajak kak Galang ke yayasan? Kenapa Rani gak pernah di ajak ke yayasan?" Tanya Rani.

"Rani, kadang ada yang gak boleh kamu kunjungi dan ada yang boleh kamu kunjungi. Yayasan bukan tempat yang bagus buat kamu kunjungi, kakak juga sama. Tapi kakak udah jadi bagian dari yayasan." Jawab Galang.

"Kakak pucat lagi." Rani menunjuk wajah Galang.

Galang tersenyum lalu langsung berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Ia langsung mengunci pintu kamar lalu mengambil sebuah suntikan dari laci meja belajarnya. Ia menyanyikan cairan ke dalam tubuhnya lewat tangan kanannya.

Saat cairan mulai masuk, Galang menutup matanya lalu menggerakkan kepalanya. Saat matanya terbuka, pandangan berbeda dengan yang sebelumnya. Galang menatap ke arah cermin lalu tersenyum, dan tiba-tiba saja ia menutup matanya lagi. Kali ini Bima memegang kepalanya dengan kedua tangannya.

"Bisa gak kalo sama Rani lo jangan keluar!" Ucap Galang sedikit kesal.

Dan tibalah hari dimana seluruh keluarga Galang di bantai. Pukul 15.00 WIB, Galang sudah berada di depan gedung yayasan Raflesia. Mata hitamnya menatap bangunan tersebut penuh dengan kegelapan. Saat kakinya memasuki gedung, ia di sapa oleh orang-orang yang lewat. Galang tak perduli pada mereka, ia terus berjalan hingga tiba di kantor bertuliskan 'Dr. Pandegas'.

Galang membuka pintu lalu mendapati laki-laki paruh baya sedang duduk santai sambil membaca berkas di meja kerjanya. Galang berdiri di depan meja kerja laki-laki tersebut.

"Galang? Kenapa ke kantor ayah?" Tanya laki-laki bernam Pandegas tersebut.

"Gue bakal lo jadiin apa?" Tanya Galang dengan suara beratnya.

"Maksudnya?" Tanya Pandegas.

"Lo masih tanya maksudnya? Kenapa gue harus jadi bahan percobaan lo di sini! Lo gak punya belas kasihan sama anak lo sendiri brengsek!" Teriak Galang.

"Galang, tenangin diri kamu jangan biarin kepribadian itu nguasain kamu." Ucap Pandegas.

"Jangan coba-coba salahin gue, karena lo gue muncul brengsek!" Galang menatap Pandegas dengan tajam.

"Galang, dia bukan anak kandung yang harus saya jaga seperti Rani. Sejak awal dia anak yang dibuang di depan rumah saya, fungsi Galang adalah untuk percobaan saya di sini. Sejak bayi Galang gak pernah nolak obat yang saya berikan." Jelas Pandegas.

"Dasar manusia serakah, tunggu sampe yayasan lo meledak. Dan lagi, gue bukan Galang. Nama itu gak cocok buat gue, panggil gue Bima Sakti mulai sekarang." Galang langsung pergi.

Fatur menghela nafas panjang, ia menatap Bima dengan tatapan melas. Sejak awal melihat Bima, ia selalu merasa hawa kegelapan menyelimuti laki-laki itu. Fatur memang mengenal Bima tidak sampai 1 tahun, tapi aura Bima sejauh ini yang mampu membuatnya pahan seberapa besar luka hati laki-laki itu.

"Dan lo bakal balas dendam? Padahal yang bunuh keluarga lo itu diri lo sendiri kan?" Tanya Fatur.

"Ya, tapi gue belum bunuh mereka. Dan gue marah karena ada yang bunuh mereka sebelum gue." Jawab Bima.

"Lo bakal bunuh semua yang bersangkutan?" Tanya Fatur.

"Bahkan gue bisa bunuh satu desa kalo mereka bersangkutan."

BERSAMBUNG

HAIII

MAAF LAMA YAA

Jangan lupa follow ig bundalidiii

Continue Reading

You'll Also Like

1.5K 230 17
"jangan pernah temui aku lagi, selagi kamu masih main-main dengan namanya janji, Na Jaemin - !!" ©2021
274K 40.5K 46
Mohon untuk tetap meninggalkan VOTE + KOMENTAR meski cerita sudah end. - DEAR RENZA - Hidup tidak berjalan menurut apa yang kita mau. Kadang, yang in...
Untuk Haidan By Kaii

Teen Fiction

799 240 31
Bagi Naya, Haidan seperti bunga mawar di hidupnya. Indah ketika dipandang, tapi menyakitkan ketika digenggam. Namun, bagi Haidan, Naya hanya menjadi...
74K 6.5K 54
Penulis/karya:Xishe. Shen Qing adalah Tuan muda dari keluarga Shen,ia mengantikan saudari perempuannya yang kabur di hari pernikahan dan menikah deng...