Eccedentesiast

By ArunikaRinjani15

5.7K 472 3

Orang yang menyembunyikan tentang banyak hal dengan senyumannya, entah itu rasa sedih, trumatis atau bahkan d... More

ASING
Beku
Tiga Sekawan
Hangat di Sisimu
Illusi
Akad
Attention !!!
Family Time
My Crazy Brother
Irisa Day
Siapa Kamu di Hatiku?
Benci Dengan Perasaan Ini
Seseorang Sepertimu
Matahariku
Broken Home Story
Ragu
Bestie
Pengumuman
Perasaan Yang Rumit
Jera
Terkapar
Penyesalan
Koma
Cinta Pertama
Hampa
Pulang kemana lagi?
Ego
Benci
ATTENTION
Arti Rasa
Persamaan
Menolak Terjatuh
Luka Lama
Intermittent explosive disorder
Keindahan hatimu
Psikoterapi
De Javu
Kobaran api cemburu
Hal Kecil
Peresmian
Kembali lagi
Tugas akhir dan Kejutan
Keresahan
Pesan bunda
Melepaskan
ATTENTION
Tragedi penculikan
Pencarian Hari Pertama
Pencarian Hari Kedua
Pencarian Hari Ketiga
ATTENTION !!!
Pencarian Hari keempat
Pencarian Hari kelima
Ledakan Amarah
Flashback
Rindu akan temu
Perubahan
Post Traumatic Stress Disorders
Tenang Tapi Sepi
Tongkrongan Baru & Konspirasi Dunia
Artis Dadakan
Pernyataan yang menyakitkan
Hampir kelewat Batas
Sengaja Menghilang
Masih Sama
Penantian
Sunset
Pagi Hari yang Cerah
Akhir dari Perjuangan
Rencana Kedepan
Impian bersama
LDR
Sunset Sanur Beach
H-4
Sosok Ayah
Hari Bahagia
Tak pantaskah untuk bahagia?
Inilah Hidupku yang Berantakan
Pergi
Akhir Rasa Sakit
ATTENTION

Akankah pupus?

32 4 0
By ArunikaRinjani15

"Kok buka sendiri pintunya?". Ujar arsen yang melihat devina membuka pintu mobilnya sendiri dan keluar begitu saja.

"Dev kamu masih marah sama aku?". Tanya arsen yang kini masih berdiri di samping mobilnya bersama devina.

"Enggak".

"Maafin aku kalo tadi udah bentak kamu".

"Gapapa sen. Udah ya aku mau masuk dulu". Devina pergi begitu saja meninggalkan arsen. Sementara arsen masih mematung disana dan hanya melihat punggung devina yang menghilang di balik pintu rumahnya.

Siang ini sama sekali tak ada cahaya matahari. Semesta sepertinya sedang berada di pihak devina. Sama - sama tak mimiliki cahaya untuk bersemangat menjalani hari.

"Dev udah pulang?. Arsen nggak mampir dulu". Tanya friska yang duduk di ruang tamu sambil sibuk dengan laptop yang ada di tangannya.

Devina sama sekali tak merespon friska. Ia terus berjalan menuju kamarnya. Friska sama sekali tidak kembali menegor devina yang terlihat seperti tidak baik - baik saja.

Devina masuk ke kamar dan kembali menangis mengingat kejadian tadi bersama arsen. Karena baru kali ini ia melihat arsen semarah tadi dan sedikit membentak devina. Hati mana yang tidak rapuh ketika melihat laki - laki yang kita cintai menunjukkan sedikit sisi kasarnya kepada perempuannya?".

Beberapa panggilan masuk dari arsen di abaikan devina. Spam chat pun juga di abaikan. Sementara arsen juga tidak tau harus bersikap seperti apa menghadapi situasi seperti ini. Dia sendiri juga pusing bagaimana jika devina benar - benar menuruti kemauan bundanya dengan perjodohannya dengan dirga?.

Devina masih menangis dan membuang hp nya ke pintu arah balkon. Ia sedikit pusing dan kemudian tertidur.

"Bun, devina mana?". Tanya angga yang baru saja pulang dari tongkrongannya.

"Dikamar ngga". Jawab friska yang masih fokus dengan laptopnya.

Angga pun berjalan menuju ke lantai atas, kamar devina. Ternyata kamarnya tidak di kunci. Ia masuk dan melihat devina ternyat tertidur. Lalu ia kembali keluar dari kamar devina dan turun lagi ke ruang tamu.

"Devina tumben tidur jam segini".

"Kecapekan paling ngga".

"Abis darimana emangnya?".

"Tadi habis keluar sama arsen".

"Gak biasanya tu anak tidur kalo sehabis keluar sama arsen"

"Gatau juga deh ngga".

Hari telah sore, hujan turun dengan lebat. Beberapa kali petir menyambar dan suara gemuruh terdengar dari langit. Devina terbangun dan melihat suasana dari jendela kamarnya ternyata sudah gelap. Mungkin karena mendung dan hujan. Ia mencari hp untuk melihat jam. Namun ia lupa kalau hp nya telah dibuang ke depan pintu balkon.

Ia masih mengumpulkan nyawanya. Matanya nampak berat dan masih terasa pusing. Ia ingin mengambil hp nya namun sangat malas beranjak dari tempat tidurnya. Namun tiba - tiba angga datang dan masuk ke kamar devina.

"Dev bangun gih. Hujan nya lebat banget diluar".

"Males bang".

"Eh, itu apaan kamu buang?. Hp kamu ya". Ujar angga tidak sengaja melihat hp devina seperti hp yang tidak ada gunanya terbuang begitu saja di lantai.

"Ini kamu buang apa emang jatoh dev?". Tanya angga.

"Devina buang bang".

"Loh kenapa? Untung gak rusak dev".

"Kalo rusak pun aku juga gak peduli bang".

"Kamu kenapa dev?. Ada masalah sama arsen?".

Devina hanya terdiam dengan tatapan kosong. Ia terbangun dan mengingat kembali kejadian tadi siang yang sangat menyesakkan dada.

"Jawab dev kenapa diem?".

"Enggak bang. Sini hp nya". Devina mengambil hp nya dari tangan angga.

"Mata kamu kenapa sembab gitu? Abis nangis?".

"Enggak bang cuma ngantuk banget".

"Bohong. Kenapa coba cerita sama abang".

"Gapapa bang".

"Jawab dulu dev. Kamu gak kaya biasanya".

"Devina masih tetep kek biasanya kok bang".

"Enggak dev. Jawab dulu. Kamu ada masalah sama arsen? Atau kamu ada masalah sama bunda? Atau sama siapa?".

"Devina cuma punya masalah sama diri aku sendiri bang".

"Kenapa?".

"Baru aja kemaren bahagia. Eh ada - ada aja hidup. Kayaknya devina dilahirin untuk setiap kepedihan bukan kebahagiaan".

"Ssttt... kamu jangan ngomong kek gitu. Cerita sama abang siapa yang bikin adek abang kek gini".

"Devina benci semuanya bang".

"Siapa? Termasuk abang juga kamu benci?".

"Enggak. Cuma bang angga yang gak bisa devina benci".

"Siapa dev yang kamu benci hmm?".

"Bunda sama arsen".

"Bunda kenapa?. Arsen kenapa?".

"Bisa - bisanya bunda bilang sama arsen kalo devina udah lamaran sama dirga".

"Loh kok gitu?".

"Sementara arsen percaya sama bunda dan tadi aku juga sempet dibentak sama dia". Devina tidak bisa menahan air matanya untuk tidak keluar.

"Kok jadi gini sih dev. Udahh kamu jangan nangis yaa". Angga memeluk devina ke dalam dekapannya. Melihat devina kembali seperti ini hatinya ikut terasa teriris.

"Semua sama aja bang. Devina capek".

"Udah dev udahhh". Angga masih menenangkan devina dalam pelukannya.

Tiba - tiba rio datang dan melihat devina menangis dalam pelukan angga. Angga mengkode rio untuk tidak masuk dulu ke kamar devina. Kemudian rio pergi dari hadapan angga.

"Udah ya dev kamu tenangin dulu diri kamu. Kamu mandi habis tu kita makan malam oke".

Devina hanya mengangguk saja kemudian angga keluar dari kamar devina. Sementara itu devina masih merenung dengan tatapan kosong.

"Kenapa bang?". Tanya rio yang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Ada sedikit problema ri".

"Apa?".

"Soal bunda yang udah bilang sama arsen kalo devina udah dijodohin sama dirga".

"Lah, bukannya kemaren devina nolak".

"Tapi bunda bilang sama arsen kalo devina terima lamarannya".

"Kok bisa - bisanya bunda bohongin arsen".

"Ya gatau lah ri. Bingung gue harus gimana".

"Yaudah daripada salah paham mending lo telfon aja arsen terus kasih penjelasan".

"Besok aja gue ajak ketemuan, ga enak juga ngobrol serius lewat telfon".

"Iya juga bang".

Malam beranjak pergi. Kini pagi hari telah datang dengan sambutan hangat mentari. Meski masih banyak embun di dedaunan dan beberapa tetesan air hujan dari atas genting. Namun cuaca kali ini lumayan cukup cerah.

Devina sedang tidak mood untuk masuk kuliah. Padahal arsen sudah menunggunya di bawah. Namun devina masih enggan untuk keluar dari kamar. Beberapa kali di bujuk angga dan rio namun devina masih tetap tidak mau berangkat kuliah. Pagi ini friska memang sudah berangkat duluan untuk melakukan agenda meeting di kantor.

"Devina masih gamau keluar bang". Ujar rio dengan raut wajah yang pasrah.

"Yaudah ri tu anak emang kek gitu kalo gak mood".

"Yaudah bang kalo gitu saya berangkat sendirian aja".

"Eh sen. Gue mau ngomong sedikit sama elo". Ujar angga.

"Ngomong apa bang?".

"Kemarin devina sempet cerita semua sama gue. Dan lo jangan salah paham dulu. Kita, gue sama rio jadi saksi waktu devina mau dijodohkan sama dirga. Dan devina menolak sen. Devina sama sekali gak nerima perjodohan tersebut".

"Loh kok kemaren...".

"Bunda udah bohongin kamu sen. Sekali lagi maafin omongan bunda ya".

"Tapi ini serius kan bang?. Devina belum lamaran sama dirga?."

"Demi Tuhan sen, devina gak nerima perjodohan tersebut".

"Alhamdulillah syukur, saya jadi sedikit lebih lega bang". Arsen menghela nafas dan ia merasa bisa sedikit bernafas kembali.

"Sekali lagi maafin bunda ya sen".

"Gapapa bang".

"Coba lo yang bujuk sekarang. Masuk sana gih ke kamar devina".

"Gapapa bang?".

"Ya gapapa siapa tau dia mau berangkat kuliah kalo yang bujuk elo".

Arsen beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke lantai atas kamarnya devina. Ia mengetuk beberapa kali dan tidak ada sahutan. Angga mengkode dari bawah untuk masuk saja ke dalam karena pintu tidak di kunci devina.

Arsen pun masuk ke dalam dan melihat devina sedang duduk di tepi ranjang dan termenung sambil menatap ke arah balkon.

"Dev". Ujar lembut arsen yang duduk di bawah devina.

"Kamu ngapain kesini?". Tanya devina dengan lesu dan raut wajah yang pucat, rambut juga seperti tidak terurus.

"Aku gak suka liat kamu kek gini". Sesekali arsen memperhatikan devina dan menatap tidak tega melihatnya seperti ini.

Devina sama sekali tak merespon arsen, dia kembali menatap luar arah balkon dengan tatapan mata yang kosong.

"Maafin aku dev. Jujur aku kemaren ga ada maksud buat bentak kamu. Aku sedikit emosi saat denger bunda kamu cerita kalo kamu udah dilamar dirga".

"Dev, tadi bang angga juga udah jelasin semuanya. Dan aku minta maaf sama kamu". Arsen menggenggam kedua tangan devina yang ternyata kedua tangannya dingin.

"Tangan kamu dingin banget dev".

"Gapapa". Jawab devina tanpa melihat wajah arsen.

"Kamu gamau maafin aku dev?".

"Kamu gak salah apa - apa kenapa minta maaf?".

"Aku udah salah lebih percaya sama bunda kamu ketimbang kamu".

"Gapapa, aku juga ga maksa kamu buat percaya sama aku".

"Maafin juga soal perkataan ku kemarin. Jujur mau bagaimanapun aku gak ikhlas ngelepasin kamu gitu aja. Sementara buat dapetin kamu aja aku perlu waktu lama dev".

"Tapi kenapa segampang itu kamu mau bilang ngelepasin aku?. Kamu ga ada usahanya buat pertahanin hubungan ini kah?".

"Engga gitu dev. Sekarang aku denger kamu udah dilamar dirga aja sakit banget hati aku dev. Dan aku juga gabisa berbuat apa - apa disaat kamu udah nerima lamaran orang lain tanpa sepengtahuan aku. Tapi ternyata ini cuma salah paham dan aku bener - bener minta maaf sama kamu dev. Pliss maafin aku dev". Arsen sampai membenamkan wajah nya di lutut devina.

"Sen udahhh jangan kek gini". Devina mengangkat kepala arsen dan memegang wajahnya dengan kedua tangan devina yang dingin.

"Maafin aku dev. Aku janji ga bakal buat kamu kek gini lagi".

"Kamu gak salah. Akunya aja yang terlalu rumit dan berantakan buat kamu. Maaf selama ini kamu terbebani dengan segala sifat buruk ku".

"Enggak dev kamu itu sempurna ga ada kurangnya dimataku".

"Janji ya kamu ga akan bilang buat ngelepasin aku lagi?".

"Iya dev aku janji".

Mereka berjanji untuk tidak saling menyakiti lagi. Bukan mereka yang salah. Namun keadaan sedang jahat kepada mereka. Sampai air mata kembali terjatuh. Hati dan fikiraan sangat tidak tenang. Mereka saling mencintai dan hanya merekalah yang bisa saling mengobati dari setiap luka yang semesta beri.

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 232K 56
"Kenzo, aku hamil." Kenzo menjadikan Jihan rumah untuk pulang, sebaliknya, gadis itu membuat Kenzo patah hingga pincang. Cover by: painterest
4M 43.2K 33
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
587K 98.3K 44
Ini menceritakan tentang kisah percintaan seorang gadis yang memiliki tingkat halusinasi tinggi. Dirinya percaya kalau halu yang tercipta akan beruba...
2.2M 10.3K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...