ARUNIKA [END]

By AeriLHun

1.2M 109K 17.5K

Season 2 dari KANAGARA [Telah terbit di Penerbit Galaxy Media] Tragedi tawuran antar pelajar SMA yang dilakuk... More

CAST
ARUNIKA
P R O L O G
BAB 1| Kanagara
BAB 2| WABYO
BAB 3| Anak Baru
BAB 4| Babak Belur
BAB 5| Pantai Sore Hari
BAB 6| Kumpulan Markas
BAB 7| Jaket Cargion
BAB 8| Lo sebenarnya siapa?
BAB 9| Kita di Kantin
BAB 10| Hujan sore
BAB 11| Diary Gibran
BAB 12| Ketua ke-11
BAB 13| Pulang Sekolah
BAB 14| Ketua Cargion
BAB 15| Hilang Kabar
BAB 16| Bersama Orang Baru
BAB 17| Pura-pura Baik-baik Saja
BAB 18| Cantik dan Tulus
BAB 19| Jembatan Penyebrangan
BAB 20| Amigdala
BAB 21| Butuh Rangkulan
BAB 22| Reana Rubi
BAB 23| Astatin
BAB 25| Masalah Tersembunyi
BAB 26| Ambisi Mantan Ratu Dargez
BAB 27| Perasaan Konstan
BAB 28| Victorious Queen
BAB 29| Manusia Butuh Afeksi
BAB 30| Queen for Member
BAB 31| Rumah Alba
BAB 32| Dapur Alba
Special For You
BAB 33| Unfair
BAB 34| Select One
BAB 35| Ketua dan Wakil Ketua
BAB 36| Mengobati Luka
BAB 37| Hilangnya Saudara
BAB 38| Retaknya Solidaritas
BAB 39| Tanggung Jawab Raksa
BAB 40| Mereka yang Ternyata Luka
BAB 41| Mengorek Masa Lalu
BAB 42| Korban 20 Tusukan
BAB 43| Pembalasan
BAB 44| Peristiwa 2020
PRE ORDER KANAGARA
BAB 45| Kalung Serigala
BAB 46| Kehilangan Kepercayaan
BAB 47| Hilangnya Solidaritas DARGEZ
BAB 48| Alasan Memendam
BAB 49| Ketua Dargez dan Ketua Fazer
BAB 50| Salam Aliansi
BAB 51| Mencari Alda
BAB 52| Kecewa
BAB 53| Penangkapan
BAB 54| Terbelenggu Dendam
BAB 55| Menjauh Untuk Menjaga
BAB 56| I Love You More Than Love
E P I L O G
MEDSOS
VOTE COVER + GIVEAWAY
OFFICIAL MERCHANDISE + WAKTU PO
TUTUP PO
PO #2 ARUNIKA | New Cover
PO #2 KANAGARA | New Cover

BAB 24| Untuk Melindungi

15.4K 1.5K 224
By AeriLHun

Gerimis masih awet membuat udara dingin sore ini berhasil menembus kulit putihnya, cardigan yang ia pakai juga ternyata tidak mempan untuk melindungi dirinya dari hawa bersuhu rendah di sini. Dapat Alda lihat tetesan air hujan yang menguap pada kaca kafe juga belum hilang. Gadis itu duduk di temani musik bergenre jazz yang terputar di dalam cafe yang sedang ditempati. Beat nya cukup menenangkan untuk mereka dengar.

Ya, Alda memang tidak sendiri. "Lo masih sama Farel?" Gadis itu menatap tetesan air di luar sana lalu menatap ke arah depan.

Memang Alda sengaja mengajak Dianara untuk bertemu di kafe sore ini. Mereka berdua duduk di kursi, saling berhadapan di temani dua gelas kopi panas.

"Masih." Balas Dianara.

Sejak kepindahan Dianara, nama Alda menjadi paling teratas di Padja Utama. Insiden satu tahun lalu yang berhasil membongkar seluruh rahasia tentang keberadaan Dargez membuat semua orang yang terlibat menjadi bahan pembicaraan setiap hari. Merasa kegiatan belajarnya terganggu, akhirnya Dianara memilih untuk pindah ke sekolah baru, dimana Farel, sepupu Alda juga bersekolah di sana.

"Mamanya Farel masih maksa lo buat tahan sama dia?" Tanya Alda.

Dianara tersenyum tipis. "Enggak," jawabnya. Gadis itu menatap kaca kafe. "Gua bertahan sama dia karena gua sayang."

Jawaban ini persis seperti jawaban yang ada jauh di dalam lubuk hati Alda. "Lo yang sekarang adalah gua di masa lalu."

Mungkin tindakan Dianara saat itu bisa di sebut sebuah kesalahan. Posisinya yang menjadi tunangan Farel setelah mereka di jodohkan oleh orang tuanya membuat Farel marah dan terpaksa harus memutuskan hubungannya dengan Alda. Tapi Dianara yang terlanjur tulus tidak pernah mau meninggalkan Farel, ia tahu cowok itu sudah membuat kesalahan fatal karena membuat nyawa sepupunya sendiri melayang. Dianara tahu, Farel hanya orang yang perlu di beri pengertian.

"Lo tau kan, Al? Manusia kalo udah sayang, mau seburuk apapun dia, lo gak akan mampu liat dia hancur." Ujar Dianara.

Alda menatap Dianara, senyum tipisnya membentuk. "Gua rasa lo lebih tulus sama Farel. Tapi kenapa saat itu lo ambil Raksa dari gua?"

"Karena Farel." Lirih Dianara. "Gua gak bisa liat dia dapat perlakuan gak adil dari Ibunya, gua gak bisa liat dia sakit saat denger kalo Farel itu anak yang gak berguna buat keluarga dia."

Dinara menatap asap di atas gelas berisi kopi panas yang menguar ke udara dengan sorot sendu. "Farel itu baik, Al. Dia cuma punya amarah yang mudah di kendaliin orang aja. Farel gak maksud ambil Gibran."

"Gua tau." Ucap Alda. Ia sudah mengenal Farel selama belasan tahun, ia tahu bagaimana Farel yang selalu mendapat perlakuan tidak adil dari keluarganya.

Gadis itu kembali menghela napas pelan, aroma kafe yang menusuk indra penciumnya serta udara dingin itu tidak menghilangkan rasa sesak yang saat ini ia tahan.

"Damar, orang yang udah bunuh Gibran, Din."

"Farel cuma jadi kambing hitam, dia di peralat. Bahkan Regal yang termasuk anaknya sendiri juga di peralat." Ujar Alda.

Ingatannya kembali menutar memori kelam satu tahun lalu. Hari dimana segalanya memporak-porandakan Dargez serta ketua geng terbesar mereka di sebuah gudang kala itu. Raksa Kanagara menjadi tameng yang nyaris gagal di pertempuran. Segala rencana yang sudah di tata olehnya seketika hancur, berhasil merenggut nyawa kakak kandung Alda sendiri. Malam itu juga menjadi malam paling sakit dalam hidup Alda, Gibran pergi tepat di hari ulang tahunnya.

"Manusia bisa jadi buta kalo terlalu sayang. Kadang kita harus bisa ngeliat mereka dari jauh, biar tau, biar jelas tindakan apa yang harus kita ambil."

Dianara mengangguk pelan. "Sekarang gimana lo sama Raksa?"

Alda menoleh, ia tersenyum kecut. "Gak gimana-gimana, udah gak sama-sama." Jawab Alda membuat Dianara terkejut.

"Kalian putus?"

"Mungkin udah seharusnya." Balas Alda.

"Kenapa? Lo bukan tipe yang gampang nyerah soal Raksa. Apa ada orang lain yang sengaja masuk ke hubungan lo?" Tanya gadis itu.

Entahlah, rasanya Alda juga tidak paham siapa yang salah di sini. Raksa menyalahkannya karena dia dekat dengan Gevariel, tapi Alda kecewa karena cowok itu mengabaikannya sampai ia terpaksa harus berada di dekat Gevariel.

Alda tertawa sumbang, tapi Dianara tahu bahwa tawa gadis itu sebenarnya terasa pahit. "Kita sama-sama gagal buat saling memamahi."

Putus dari sebuah hubungan yang tidak pernah Alda harap akan selesai secepat ini rasanya sangat sakit. Raksa adalah satu-satunya orang yang bisa membuatnya menatap semesta satu tingkat lebih indah dari biasanya. Saat berada di dekat Raksa, Alda tidak pernah merasa kurang, dengan Raksa, Alda selalu merasa sempurna, Alda selalu merasa sembuh, bahkan tidak ada kata sakit di antara mereka sebelumnya. Tapi untuk yang terakhir kalinya, entah kenapa rasa sakitnya malah tidak terdefinisi, mungkin ia sudah berada di ujung batas lelah.

Gadis itu meneguk kopinya sebentar. "No offense. Gua ke sini mau nanya, Din."

"Nanya apa?"

"Apa yang ada di pikiran lo sampai sempat ambil Raksa dari gua, meskipun niat lo bukan rebut Raksa, tapi kenapa lo ngelakuin itu? Padahal masih ada seribu cara yang bisa lo ambil buat nyelesaian permasalahan lo."

Dinara yang mendapat pertanyaan itu menatap Alda dengan rasa bersalahnya. "Maaf,"

"Gua udah maafin lo dari jauh-jauh hari, di sini gua minta penjelasan."

"Just obsess to protect." Balasnya.

Kening Alda mengernyit.

Seakan paham Alda butuh jawaban lebih, Dianara kembali bersuara. "Dulu gua egois. Gua udah muak sama rasa sakit yang gua terima karena kekangan dari orang tua gue. Gua merasa berhak buat bahagia, gua akan ngelakuin cara apapun asalkan gua bahagia."

"Dan saat itu gua ketemu Farel, seumur gua hidup cuma dia satu-satunya orang yang berhasil ngebuat gua merasa dimengerti. Bahkan gua gak berpikir kalo dia udah punya pacar atau belum, gua cuma mau dia, karena gua rasa kebahagiaan gua cuma ada di Farel, Al."

"Sekarang mungkin semua orang akan bilang kalo Farel itu cuma ngebuat gua sakit, tapi rasanya gua bisa lebih sakit kalo gak sama dia." Tutur Dianara.

"Orang tua gua setuju dengan perjodohan keluarga kita, gua juga gak bisa nolak. Tapi setelah gua berhasil dapetin Farel, dia masih berharap balik sama lo. Jelas gua merasa gak di hargai, padahal gua udah berjuang ngebantu dia buat lepas dari kekangan orang tuanya. Sedangkan lo justru jadi pusat semua orang, bahkan Raksa dan semua teman-teman dia."

Dianara menatap Alda. "Lo bisa ngedapetin mereka tanpa lo yang minta. Siapa yang enggak iri?"

Alda masih diam mendengarkan. Ia berusaha mencerna seluruh penjelasan gadis itu.

"Maaf, Al. Mungkin karena obsesi gua, gua malah iri." Ujar Dianara pelan.

Sekarang Alda paham kenapa semua orang bisa jahat. Bukan karena mereka yang mau, tapi hati mereka yang butuh bahagia dan butuh dimengerti.

***

Shower menyala. Semburan air dingin mengguyur lantai kamar mandi saat Raksa menyalakannya.

Cowok itu sengaja berdiri di bawah guyuran air tersebut. Ia menengadah dengan mata terpejam membiarkan tubunya basah tanpa melepas celana hitam di atas lutut yang ia kenakan saat ini. Air mengalir di atas permukaan kulitnya yang perlahan membahasi seluruh tubuh kekarnya.

Rasa dingin yang menusuk ke seluruh tubunya mulai menjalar. Air membasahi rambut yang perlahan turun ke bagian punggung, mengalir di atas dadanya yang terasa sesak, menyebar menuju otot lengannya yang cukup atletis, hingga perut serta seluruh tubuhnya ikut basah.

Kanagara bermata elang itu menumpu tangannya pada dinding, lalu menyugar rambutnya seraya mematikan shower saat ponselnya yang berada di atas wastafel berdering.

Raksa segera melihat siapa yang mengganggu aktifitas mandinya itu. 'Reana is calling you'

"Apa?" Tanya Raksa tanpa basa-basi.

"Sibuk gak, Sa?"

"Sibuk, gua di markas."

"Ooh yaudah, nanti aku telepon lagi ya. Bai!"

Raksa tidak membalasnya dan langsung mematikan sambungan itu sepihak. Ia melempar ponselnya asal pada keramik wastafel yang dingin di kamar mandi, kemudian Raksa meletakan telapak tangannya di atas keramik itu.

"Shit."

Kanagara bermata elang itu menatap cermin, matanya menyorot dingin dengan tetesan air yang turun dari rambutnya, sedetik kemudian ia memejamkan matanya dengan ingatan yang kembali memutar kejadian tadi.

Raksa dan Reana memasuki ruangan direktur rumah sakit. Saat mereka masuk, di sana sudah ada seorang pria yang duduk di kursi kebesarannya memakai memakai jas putih khusus dokter.

"Gimana, kondisi kamu masih stabil, Re?" Tanya pria itu, dia Abraham, direktur rumah sakit terbesar sekaligus ayah dari gadis itu.

Reana duduk di sofa bersama Raksa, ia tersenyum sumringah. "Iya doang ayah, Rea sama Raksa terus soalnya. Temen-temen Raksa juga banyak, sekolah jadi seru banget!"

Abraham hanya tersenyum mendengar jawaban antusias sang putri, pria itu menatap Raksa. "Jaga Rea ya, jaga dia seperti cara kamu menjaga semuanya."

"Sialan!"

Prang!

Raksa tanpa sadar melempar ponsel itu pada cermin di hadapannya.

Retak.

Kondisi bayangan wajahnya di cermin itu juga sudah tidak tertata. Jantungnya ikut berdebar karena amarah, Kanagara bermata elang itu mengepalkan tangannya hingga buku-buku di jarinya menonjol tampak jelas. Berkat emosinya yang begerjolak semuanya hancur. Rasa percaya Alda padanya juga hancur termasuk hidupnya.

Alda pergi, Alda sudah kecewa, Alda tidak akan mungkin kembali lagi, mungkin Alda juga sudah menjadi milik orang lain, tidak lagi menjadi miliknya. Tapi apakah hati gadis itu juga sudah berpindah tempat?

Rahang Raksa mengeras. Ia menggenggam pecahan kaca itu, membiarkan amarahnya mengalir dalam darah, membiarkan tetesan darah dari telapak tangannya juga ikut mengalir akibat genggamannya yang semakin menguat pada pecahan kaca itu.

Hari ini benar-benar kacau.

Jika bisa, rasanya ia ingin membunuh orang-orang yang berani mengendalikan hidupnya seperti ini.

"Arrghh!"

***

Kalo kalian gak mau Raksa, buat aku aja❤

Aku akan sibuk sementara. See you minggu depan❤

Continue Reading

You'll Also Like

6.5M 276K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
962K 35.8K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
752 523 6
ini tentang Athar Rakhan Diaskara,laki-laki yang paling di segani seantero SMANDA.ketua geng motor,bagi Athar hidupnya adalah urusannya,dia tidak suk...
238 122 7
Adera adalah sosok seorang gadis yang bisa di bilang dingin dan cuek. Dia memiliki paras yang cantik dan tubuh yang sedikit agak pendek. Pada suatu...