Eccedentesiast

By ArunikaRinjani__

8.1K 694 17

Orang yang menyembunyikan tentang banyak hal dengan senyumannya, entah itu rasa sedih, trumatis atau bahkan d... More

ASING
Beku
Tiga Sekawan
Hangat di Sisimu
Illusi
Akad
Attention !!!
Family Time
My Crazy Brother
Irisa Day
Siapa Kamu di Hatiku?
Benci Dengan Perasaan Ini
Seseorang Sepertimu
Matahariku
Broken Home Story
Ragu
Bestie
Pengumuman
Perasaan Yang Rumit
Jera
Terkapar
Penyesalan
Koma
Cinta Pertama
Hampa
Pulang kemana lagi?
Ego
Benci
ATTENTION
Arti Rasa
Persamaan
Menolak Terjatuh
Luka Lama
Intermittent explosive disorder
Keindahan hatimu
Psikoterapi
De Javu
Kobaran api cemburu
Hal Kecil
Peresmian
Kembali lagi
Tugas akhir dan Kejutan
Keresahan
Pesan bunda
Akankah pupus?
ATTENTION
Tragedi penculikan
Pencarian Hari Pertama
Pencarian Hari Kedua
Pencarian Hari Ketiga
ATTENTION !!!
Pencarian Hari keempat
Pencarian Hari kelima
Ledakan Amarah
Flashback
Rindu akan temu
Perubahan
Post Traumatic Stress Disorders
Tenang Tapi Sepi
Tongkrongan Baru & Konspirasi Dunia
Artis Dadakan
Pernyataan yang menyakitkan
Hampir kelewat Batas
Sengaja Menghilang
Masih Sama
Penantian
Sunset
Pagi Hari yang Cerah
Akhir dari Perjuangan
Rencana Kedepan
Impian bersama
LDR
Sunset Sanur Beach
H-4
Sosok Ayah
Hari Bahagia
Tak pantaskah untuk bahagia?
Inilah Hidupku yang Berantakan
Pergi
Akhir Rasa Sakit
ATTENTION

Melepaskan

42 6 0
By ArunikaRinjani__

Pagi ini mungkin tidak cerah, cuaca sering kali mendadak mendung. Jam 10 rasanya masih seperti jam 6 pagi. Karena matahari enggan menampakkan sinarnya.

"Mau keluar sama devina ya sen?".

"Iya tan". Jawaban singkat dari arsen sambil tersenyum ke arah friska.

"Sebentar ya, tante panggilin dulu devinanya".

"Siap tante".

Friska pergi ke kamar devina, ia mengetuk pintu beberapa kali tapi tak ada jawaban. Kemudian ia membuka saja pintu kamar devina, ternyata ia masih tertidur pulas.

"Dev, bangun udah jam berapa lho ini. Di cariin tuh sama arsen".

"Apasih bun, devina masih ngantuk ini". Devina menggeliat dan mengucek matanya.

"Bangun heh, itu kamu di cariin arsen di bawah".

"Ini baru jam berapa lho bun".

"Ini udah jam 10 devina".

"Lah udah jam 10?". Devina mengambil hp di meja nya dan memastikan bawah benar ini jam 10 pagi.

"Ya ampun bun, tak kirain masih jam 6 pagi, yaudah aku mandi dulu ya. Suruh arsen nunggu sebentar". Devina segera bergegas masuk ke kamar mandi meski nyawanya belum cukup terkumpul.

"Dasar devina, selalu ngebo".

"Arsen, kamu tunggu devinanya sebentar ya. Dia baru bangun". Ujar friska yang baru saja datang menghampiri arsen.

"Iya tan santai aja".

"Oh iya, kamu setelah wisuda nanti mau kemana?".

"Mau lanjut S2 ke london kayaknya tan".

"Terus setelah S2 selesai kamu balik lagi ke indo?".

"Iya dong tan, mau bagaimanapun keluarga saya di sini juga kan".

"Terus kamu nanti rencananya mau bekerja atau buka usaha atau bisnis apa gitu sen?".

"Rencananya sih mau buka usaha aja tante".

"Usaha apa sen, kalau tante boleh tau".

"Yaa buka usaha motoshop, kebetulan papa saya masih punya lahan kosong yang belum di apa - apain tan".

"Anak muda sekarang kalau buka usaha kaya gitu pasti laris ya sen".

"Iya tan, dulu bang rio juga pernah nyuruh saya nyariin knalpot buat motornya".

"Oh pantes dulu tante sempat tanya tapi gak dijawab. Sen tante mau ngomong serius sama kamu".

"Mau ngomong apa tan?".

"Hubungan kamu sama devina udah jalan berapa bulan nak?".

"Yaa kurang lebih 8 bulan tan".

"Kalau misal suatu saat nanti kamu tidak berjodoh dengan devina, kamu gapapa kan?".

Hati arsen seperti tertusuk pedang berkali - kali mendengar pertanyaan dari friska tersebut.

"Yaaa, jodoh kan udah ada yang ngatur tan. Kalau misal nanti saya sama devina gak berjodoh. Ya gapapa".

"Kamu ikhlas ?".

"Insyallah ikhlas tan".

"Jadi begini sen, sebelumnya tante minta maaf sama kamu".

"Kenapa tan?". Arsen sudah spot jantung dengan pertanyaan - pertanyaan friska.

"Sebenarnya kemarin devina sudah tante jodohkan dengan seseorang".

"Siapa tan kalau boleh tau?".

"Kamu pasti sudah tau orangnya. Kebetulan juga ia anak dari teman tante juga sen".

"Berarti devina sudah menerima perjodohan tersebut dong tan".

"Iya nak".

Arsen rasanya ingin mencabik - cabik hatinya sendiri mendengar jawaban dari friska. Seperti tidak menyangka mengapa garis takdir harus seperti ini.

"Yaudah tante gapapa. Maafin arsen ya kalau arsen masih banyak kurangnya".

"Enggak nak, tante justru makasih sama kamu sudah bikin anak tante jadi lebih bahagia dan jauh lebih membaik kondisinya".

"Sen, maaf ya nunggu lama". Ujar devina yang baru saja datang menghampiri arsen dan friska.

"Enggak kok dev, yaudah tan. Ijin keluar sebentar ya".

"Iya sen hati - hati ya".

Arsen dan devina pun berpamitan kepada friska. Mood arsen telah memburuk, ia tak tau harus bagaimana lagi. Ia dan devina telah keluar dari pelataran halaman rumah devina. Dan selama perjalanan arsen hanya mendiamkan devina. Sesekali dua kali devina bertanya namun hanya di jawab singkat dan cuek oleh arsen.

"Kamu kenapa sih sen jadi cuek gini". Tanya devina dengan raut wajah yang sedih melihat arsen seperti ini.

"Aku gapapa dev".

"Enggak sen, aku gamau kamu balik ke settingan awal kamu yang cuek dan dingin sama aku dulu".

"Enggak dev". Ujar arsen yang masih fokus menyetir mobilnya.

"Sen jawab dulu aku gabisa kamu diemin kek gini".

Tiba - tiba arsen berhenti mendadak di pinggiran jalan yang lumayan cukup sepi.

"Kamu kenapa gabilang dari awal".

"Apa?".

"Kalau kamu udah di jodohin bunda kamu sama orang lain kan?".

"Bunda cerita semuanya sama kamu?".

"Iya tadi".

"Enggak sen, aku gak terima lamaran dari dirga".

"Oh ternyata dirga anak dari temannya bunda kamu".

"Sen kamu salah paham, aku gak terima sama sekali lamaran itu. Aku cuma mau kamu yang ngelamar aku nanti".

"Kamu gak usah bohong kaya gini atas dasar kamu ga enak sama aku dev. Aku bisa terima semuanya kalau emang ini yang terbaik buat kamu".

"Sen, pliss kapan aku pernah bohong sama kamu". Mata devina sudah berkaca - kaca dan tak bisa terbendung lagi.

"Tadi bunda kamu sendiri yang bilang, kalau kamu terima lamaran dirga. Itu sama aja bunda kamu nyuruh aku buat ngelepasin kamu kan". Mata arsen juga sudah mulai berkaca - kaca namun ia masih bisa menahannya.

"Enggak sen, bunda bohong. Aku sama sekali gak nerima lamaran dirga sen. Percaya sama aku".

"Aghhhhhhh brengsek". Arsen sudah tidak bisa membendung amarahnya sedari tadi. Ia memukul stir mobilnya dan mengusap kasar wajahnya.

Devina yang melihat arsen seperti ini pun takut. Ia hanya menangis dan baru kali ini arsen tidak menenangkannnya saat ia menangis. Arsen juga frustasi dengan keadaan mengapa takdir harus seperti ini.

"Sen plisss kamu percaya sama aku". Ujar devina yang masih menangis mencoba membujuk arsen agar percaya dengannya.

"Aku lebih percaya bunda kamu dev, lagian buat apa bunda kamu berbohong sama aku?".

"Sen bunda bohongin kamu, kamu harusnya percaya sama aku. Lihat jari aku ga ada cincin sama sekali kan sen. Kamu harusnya lebih percaya sama aku. Bunda aku gak sebaik yang kamu fikir kan aku juga udah pernah cerita semua tentang baik buruknya keluarga aku kan?".

"Ya tapi apa maksunya bunda kamu bohongin aku dev. Kalau memang ini jalannya aku ikhlas lepasin kamu dev. Meski kamu tau aku gak akan baik - baik aja tanpa kamu".

Devina semakin terisak tangisnya, ia tak sanggup lagi mengeluarkan sepatah kata. Rasanya sangat menyesakkan dada mendengar arsen ingin melepaskannya.

"Yaudah, yaudah maaf udah sedikit bentak kamu dev. Aku minta maaf. Udah kamu jangan nangis lagi ya". Ujar arsen mulai menenangkan devina dan mengahapus air matanya. Namun devina masih saja menangis sesenggukkan dan dadanya masih terasa sangat sakit dengan perdebatan barusan.

"Dev, udah ya jangan nangis gini maaf. Iya aku percaya kok sama kamu". Arsen memeluk devina dan mencoba menenangkan kembali.

"Udah ya cantikku jangan nangis lagi, aku gasuka liat kamu kek gini. Maafin aku yaa". Ujar arsen sambil membelai rambut devina, sementara devina masih membenamkan wajah di pundak arsen.

"Devv, udah yuk nangisnya. Katanya mau ke timezone".

"Aku mau pulang aja sen". Ujar devina sambil melepaskan pelukan dari arsen.

"Kok pulang hmm?".

"Udah gak mood pergi".

"Tapi aku gak bisa mulangin kamu kalo mata kamu sembab kek gini".

"Udah biarin aja ntar bilang aja kelilipan kan"

"Enggak dev, kamu mau kemana ayo bilang sama aku".

"Pulang".

"Kamu tadi kan belum sarapan, nyari sarapan dulu yuk".

"Enggak mau".

"Dev, maafin aku jangan kek gini".

"Enggak sen, aku gapapa. Yaudah yuk pulang aja".

"Yaudah kalo kamu mau pulang oke aku anterin. Tapi kita muter dulu sampai mata kamu gak sembab kek gini ya".

Devina tidak merespon apapun lagi. Arsen juga melajukan mobilnya kembali. Selama perjalanan pun mereka berdua juga saling berdiam diri. Arsen menatap fokus jalanan meski otak masih ngajak tawuran. Devina mengamati jalanan dengan tatapan kosong.

Bukankah ini bagian dari sebuah kepedihan.
Saat bahagia meredam dan kesedihan bergantian membara.
Hidup rasanya tidak adil ketika selalu bahagia namun tanpa ada tangis air mata.
Air mata yang paling sakit adalah air mata karena kepergian dan air mata karena cinta.
Ketulusan tidak dapat di ukur namun bisa dirasakan.
melepaskan adalah hal yang mudah.
Yang sulit adalah mengikhlaskannya dan menjalani hari - hari tanpanya.
Nanti akan ada suatu waktu yang dapat menghapus sebuah kepiluan.
Mesti waktu terkadang berputar lebih lama.
Nikmati saja setiap alur yang telah Tuhan rencanakan.

Continue Reading

You'll Also Like

1.9K 532 32
Peringkat 1 🥇 dalam Event Writing Marathon 30Day's With Karoden Jateng (Tamat) Bumi memang tempat hujan berpulang Tapi, tidak selamanya bumi berta...
64K 1.6K 30
Sebelumnya ini sajak cinta dari senja untuk dia, tapi kini jadi buku usang tak bertuan Dengan banyak coret luka yang belum disembuhkan Terimakasih t...
171K 5.5K 20
**** Note : proses revisi dan akan direpost secara bertahap Amazing cover by @kaaser Namanya Argenara Prianita, cewek pendek yang selalu bertingkah g...
19.2M 1.8M 51
Sudah terbit, buku bisa dibeli di shopee. INGAT BELI YANG ORI!! [Follow akun ini dulu, bro. Anda senang, aku juga. Simbiosis mutualisme] Tuhan, mana...