TAKDIR

By kitawim2021

21 7 0

Sutradara dalam hidup kita memang hanya Tuhan. Takdir memang tidak bisa kita atur dan tugas kita hanya memak... More

1. Kamu Pemilik Hatiku
2. Kita Yang Tidak Bisa Bersatu
3. Katanya Sahabatan, Tapi Kok?
4. Aku Bukan Tipenya
5. Takdirku Itu Kamu
6. Rencana Takdir
7. Dandelion
8. Heart Peaces
9. Gara-Gara Novel
10. Ada Diantara Kita
11. Story' Of Nindi
13. Khayal
14. Alunan Senja
15. Kenapa Harus Aku?
16. Hati Yang Terluka
17. Perspektif Raisa
18. Motivasi Nadia
19. Cuma Mantan
20. Inilah Takdirku
21. Fire Princess
22. Hope
Motivasi

12. You Are Mine

0 0 0
By kitawim2021

Ditulis oleh Refy Handayani

"Lo apa apaan sih? Pake ngagetin segala. Kalo gue jantungan dan mati di sini gimana? Emang lo mau tanggung jawab?" Kata gadis itu kesal.

"Ngaco lo kalau ngomong. Diklakson gitu doang gak bakal bikin lo mati kali," balas cowok itu tak kalah kesal yang hanya dibalas dengan celotehan tak jelas dari gadis itu.

"Sekolah udah mau tutup bentar lagi, kalau lo gak mau telat lo bareng aja sama gue," kata cowok itu menawarkan bantuan yang malah tidak dihiraukan oleh gadis tersebut.

"Nadia! Buruan ayo. Lo mau emangnya dihukum? Gue sih ogah,"

"Berisik, Sam! Gue harus buru buru biar gak telat. Ganggu aja lo heran,"

"Ya kalau gak mau telat makanya bareng sama gue. Gimana sih lo? Oon banget jadi cewek," 

"Bodo amat, bye!" Nadia sebenarnya ingin ikut dengan Sam, tapi ia gengsi untuk mengatakannya. Ia juga tidak mau telat dan dihukum. 

Samuel tidak menyerah begitu saja, ia menarik tangan Nadia dan memaksanya untuk ikut bersamanya. Nadia yang menerima perlakuan itu hanya bisa pasrah, lagipula benar jika ia hanya berlari pasti ia akan telat. Untuk kali ini sepertinya ia harus mengalah dan menerima ajakan cowok itu. Samuel memberikan helm cadangan pada Nadia. Setelah memastikan Nadia sudah naik dan duduk nyaman di belakangnya, mereka pun bersiap menuju sekolah.

"Biar lebih cepet sampe sekolah, gue mau ngebut. Jadi lo pegangan, oke?" kata Samuel sembari memakai helm.

"Modus banget sih lo! Gak usah ngebut kan bisa," Nadia memprotes.

"Ini kita udah hampir telat banget loh Nad, emang lo mau telat?"

"Ya nggak. Tapi gue gak mau ngebut ngerti gak sih lo,"

"Banyak omong banget sih lo. Tinggal pegangan doang apa susahnya coba," 

                                      ***

"Nad udah selesai belum?" Tanya Mela.

"Udah kok. Yaudah yuk kantin," ajaknya yang langsung mendapatkan persetujuan.

"Untung banget ya tadi lo nggak telat. Kalau sampe telat gue yakin lo pasti dihukum, sih,"

"Untung sih untung. Tapi nyawa gue yang bahaya. Gila emang tuh si Sam bawa motor ngebut banget. Dia kira lagi di arena balap kali ya, sebel banget gue," Nadia menggerutu mengingat kejadian tadi.

"Udah gapapa, yang penting kan sekarang lo selamat dan gak dihukum. Btw lo cocok juga sama Sam kalo diperhatiin," kata Mela yang membuat Nadia kaget.

"Apa sih kok ngomong gitu? Gue sama dia tuh gak pernah akur. Mana mungkin cocok Mel, ngaco lo," 

"Ya emang kalian cocok Nad,"

"Udah ah banyak omong lo. Mending buruan ke kantin, nanti keburu penuh mejanya," ajak Nadia sembari menarik tangan Mela agar lebih cepat sebelum kehabisan tempat duduk.

Benar saja, setelah mereka sampai kantin mejanya sudah dipenuhi oleh orang orang yang sudah kelaparan seperti zombie mencari mangsa.

"Kita duduk di mana? Mejanya udah penuh lagi," kata Nadia sambil melihat ke segala arah, mencari meja yang kosong. Kali saja ada kan.

"Iya nih penuh banget. Eh tapi ada satu tuh yang kosong. Tapi, deket sama gengnya si Clara," Mela berkata sebal.

"Yaudah gapapa. Duduk di sana aja, daripada kita kelaparan kan,"  "Gue yang pesen ya kali ini. Lo mau apa?" Tanya Mela.

"Gue bakso sama es jeruk aja ya. Thanks Mela. Sayang deh," kata Nadia lebay yang dibalas dengusan oleh Mela.

Brak...

"Apa apaan sih lo? Gak liat kita lagi makan?" Tanya Mela marah. Pelaku yang menggebrak meja itu malah menatap sinis ke arah Nadia lalu bergantian menatap Mela.

"Bilangin ya ke temen lo yang itu. Gak usah sok kecakepan jadi orang! Dasar belagu," Clara. Cewek itu berkata dengan nada sinis.

Nadia hanya menyimak, ia tidak akan terpancing oleh cewek itu. Kecuali memang Clara sudah kelewatan baru ia akan bertindak.

"Lah? Emang temen gue cakep kok. Lebih cakepan temen gue malah daripada lo," jelas Mela tak mau kalah. Ia tidak akan suka jika ada orang yang menjelekkan sahabatnya. 

"Gue heran sama lo Mel. Kenapa sih lo mau temenan sama cewek kampungan kaya dia? Kalau gue sih ogah banget," perkataan Clara kali ini sudah memancing emosi Nadia. Tapi ia masih bisa tahan. Ia harus bersabar.

"Ya suka suka gue lah. Gue temenan sama dia karena dia baik. Gak kaya lo. Ada juga gue yang heran sama Lo. Kenapa lo selalu benci sama Nadia? Lo iri karena dia deket sama Sam? Lo bilang dia kampungan kan? Tapi nyatanya lo kalah sama yang kampungan, ck!" Mela berdecak di akhir kalimatnya. 

"Udah Mel. Kita pergi aja yuk," ajak Nadia karena tak mau terjadi keributan.

Saat mereka hendak pergi, tiba tiba Clara menghadang jalan Nadia dan menjulurkan kakinya yang membuat Nadia terjatuh dengan posisi berlutut di hadapan Clara. Clara mengambil satu gelas jus dan menyiramnya tepat di kepala Nadia.

"Dasar cewek kampung lo. Gak usah banyak tingkah deh. Udah miskin belagu lagi! Kasian orangtua lo. Ups, gue lupa. Lo kan gak punya orang tua ya," kata Clara diakhiri tawa yang diikuti oleh dua teman di sisinya. 

"Gila lo ya?! Apa lo gak punya hati sampe bisa ngomong kaya gitu tanpa beban?" Mela benar benar emosi dan ingin menyumpal mulut sialan Clara jika saja Nadia tak menahannya.

"Lo bilang apa tadi?" Tanya Nadia pelan namun menusuk. Nadia menancapkan sedikit beling yang  bagian  tajam ke  leher Clara. Clara yang menerima perlakuan itu tidak bisa berkutik sedikit pun. Mela yang melihat itu kaget, dan menarik pelan tangan Nadia namun segera ditepis olehnya.

"Lo bilang apa?!" Kali ini Nadia bicara dengan nada yang tinggi. Emosinya sudah tidak bisa terkendali saat ini. 

"Emangnya salah apa gue sama lo? Apa yang salah sama anak yatim piatu? Gue juga manusia. Gue berhak bahagia! Kalau gue bisa milih, gue juga gak mau jadi anak yatim-piatu! Gue juga pengen punya keluarga yang utuh. Pengen bahagia sama orangtua. Tapi gue bisa apa? Ini semua udah takdir yang Tuhan kasih buat gue dan gue harus terima semuanya dengan ikhlas. Dengan hidup kaya gini gue jadi lebih banyak bersyukur. Mungkin kalau gue punya kekayaan yang banyak, gue juga bakal kaya lo yang sukanya nindas orang. Sombong. Foya foya. Lo gak tau gimana rasanya tiap malem nangis karena kangen orang tua. Lo gak akan pernah tau rasanya jadi gue," Nadia berkata dengan air mata yang sudah berderai membasahi pipinya. Ia sudah tidak kuat.

Semua orang yang ada di sana merasa ikut sedih dengan cerita Nadia. Selama ini mereka tidak tau kesedihan yang Nadia alami sepanjang hidupnya. Ternyata, gadis itu menyimpan segudang luka yang selama ini ia tutupi. Mela, ia sudah tahu soal itu, tapi tetap saja mendengar Nadia berkata sambil menangis, ia tidak kuat dan ikut menangis juga. 

Clara diam seribu bahasa mendengar kenyataan pahit yang diucapkan Nadia. Ia merasa sangat bersalah karena telah membuat Nadia seperti itu. Tapi, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa ia tidak tau harus berbicara apa. Nadia melempar pecahan gelas tadi ke sembarang arah dan ia berlari meninggalkan area kantin. Mela menyusul di belakangnya dan memanggil Nadia beberapa kali tapi tak dihiraukan oleh Nadia. 

"Puas lo?! Puas bikin temen gue kaya gitu? Apa lo gak mikir akibatnya bakal kaya apa? Dasar iblis Lo!" Mela pergi menyusul Nadia.

                            ***

"Kenapa? Kenapa gue terlahir tanpa orang tua? Apa salah gue sampe hidup kaya gini? Ma, Pa, aku kangen sama kalian. Aku capek dari dulu diejek terus sama temen temen karena aku gak punya orang tua. Emang aku salah apa, Ma? Pa? Sampe kayanya semesta gak izinin aku bahagia," Nadia menangis tersedu sedu di tempatnya. Ia memang tidak sendirian karena masih ada kakek dan neneknya, tapi tetap saja, kadang ia rindu dengan sosok orang tuanya walaupun ia hanya tau mereka dari foto. 

"Ternyata lo di sini. Temen lo nyariin tuh dari tadi," tiba tiba Samuel datang dan langsung duduk di samping Nadia. 

"Sam," panggil Nadia yang membuat Sam menoleh dan mengernyitkan dahinya menunggu Nadia berbicara.

"Emang apa yang salah sama anak yatim-piatu? Emang gue ngerugiin banyak orang ya? Sampe sampe gue dihina kaya gitu," Tanya Nadia yang kini menoleh pada Sam. 

"Lo ngga salah kok. Mereka yang ngehina lo mungkin iri sama lo. Karena mereka punya pikiran kalau anak yang gak punya orang tua mungkin hidupnya bakal hancur dan sengsara. Tapi nyatanya lo ngga kaya gitu. Lo bisa berdiri sendiri. Lo mandiri dan lo menarik. Itu yang bikin mereka iri sama lo. Mereka kan cuma tau luarnya aja tapi di balik semua itu mereka gak tau apa apa. Lo hebat, Nad! Gue salut sama lo,"

Baru kali ini Nadia melihat sisi lain dari Samuel. Biasanya cowok itu selalu mengajaknya berdebat dan cari masalah terus setiap hari. Tapi kali ini, cowok itu sangat bijak dan membuat Nadia terpukau. 

"Udah jangan nangis lagi. Lo tambah jelek kalau nangis, Nad," kata Samuel sembari menarik pelan hidung Nadia yang memerah akibat terlalu lama menangis. Samuel baru sadar, ternyata Nadia sangat manis ketika menangis.

Nadia mendengus mendengar perkataan Samuel tadi. Baru saja ia memujinya, tapi Samuel tetaplah Samuel dengan segala tingkah menyebalkannya yang membuat ia selalu emosi dibuatnya. 

"Pulang sekolah nanti lo bareng gue lagi. Nanti gue yang bilang ke Mela. Dan lo, gak boleh protes," kata Sam yang hanya dibalas anggukan oleh Nadia.

                              ***

"Makasih Sam udah nganterin gue. Lo mau mampir?" Kata Nadia basa basi. Ia harap Samuel tidak mengiyakan tawaran nya. Karena ia hanya basa basi saja.

"Gak usah deh, gue balik aja. Duluan ya, jaga diri baik baik. Sampai ketemu besok, Sayang," kata Samuel yang membuat Nadia melotot seketika. Hal itu membuat Samuel tertawa dan ia langsung melajukan motornya takut jika gadisnya mengamuk. Eh, gadisnya? Hm, memang setelah kejadian tadi di taman belakang sekolah, Samuel menyatakan cintanya pada Nadia. Awalnya Nadia memang bingung ingin menjawab apa. Tapi karena ia yakin bahwa Samuel tulus, maka dari itu ia menerimanya. Toh ia juga memang sudah suka Samuel sebenernya. 

"Ekhem. Ada yang senyum senyum sendiri nih kayanya," ucap kakek Nadia yang entah sejak kapan sudah ada di belakangnya. 

"E-eh kakek. Sejak kapan kakek ada di situ?" Tanya Nindi gugup. Apa kakeknya melihat ia dan Samuel tadi? Ah ini masalah buat dia. Ia takut kakeknya marah karena ia diantar pulang oleh laki laki.
"Itu tadi siapa dek? Pacar kamu, ya?" Tanya kakeknya curiga. 

"Ehmm bukan kok, kek! Itu cuma temen Nadia. Tadi searah soalnya," Nadia meyakinkan kakeknya. Dan sepertinya kakeknya percaya. 

"Yaudah ayo masuk. Nenek udah nunggu di meja makan," ajak kakeknya.

"Ayo makan sayang, kamu pasti laper kan abis sekolah? Nih nenek udah bikin masakan kesukaan kamu," kata neneknya ketika Nadia baru saja sampai dapur.

                                     ***

Beberapa tahun kemudian.....

"Akhirnya kita udah wisuda, Nad! Seneng banget gue. Kita dari SMA selalu bareng dan sekarang kita juga sukses bareng. Lo temen terbaik yang pernah gue kenal, Nad. Makasih udah mau jadi temen gue selama ini," kata Mela lalu memeluk Nadia dengan erat dan dibalas dengan tak kah erat oleh Nadia.

"Gue juga seneng banget, Mel! Semua penderitaan gue selama ini terbayar dengan kesuksesan yang gue capai," 

"Nadia!" Panggil seseorang dari arah belakang mereka. Saat ia menoleh, ternyata itu Sam yang bersama dengan kakek dan neneknya. 

Nadia berlari memeluk kakek dan neneknya secara bergantian. Ia bahagia melihat kakek dan neneknya bangga terhadapnya. Cita cita yang ia impikan dulu akhirnya tercapai. Bisa melihat senyum di wajah mereka adalah suatu hal yang sangat ia syukuri. Karena peran kedua orang tua yang sudah paruh baya itu yang membuat ia bisa mencapai kesuksesan. Dan hari ini, ini adalah hadiah untuk mereka.
 
"Kakek sama nenek bangga sekali sama kamu, nak. Semoga, kedepannya kamu bisa lebih sukses ya. Kami di sini selalu mendukung dan mendoakan yang terbaik buat kamu," kata neneknya lalu sekali lagi ia memeluk Nadia. 

"Sukses terus ya, nak," kini giliran kakeknya yang berbicara.

"Aku gak dipeluk nih? Masa kakek sama nenek doang. Aku nya ngga," kata Samuel memasang wajah cemberut membuat Nadia geli melihatnya.
"Bucinnya kumat dah lo. Lebay tau gak," Mela mencibir.

"Suka suka gue lah. Iri aja lo," Samuel mengejek Mela dengan menjulurkan lidahnya. Hal itu membuat mereka semua tertawa. 

Akhirnya Nadia menghampiri Samuel dan memeluknya dengan erat yang dibalas oleh Sam.

"Nad, you are mine. Gak boleh ada yang miliki kamu selain aku," 

"Yes, i know. Aku tau itu Sam. Dan aku juga maunya cuma sama kamu," 

Inilah akhir dari kisah Nadia, hidupnya dipenuhi dengan liku liku. Tapi atas semua kesabarannya, membuahkan hasil yang begitu membanggakan. Kuncinya adalah memang harus pandai bersyukur dan menerima semua yang telah ditentukan untuk kita.

Continue Reading

You'll Also Like

586K 27.7K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
1.5M 130K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
3.4M 279K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
626K 24.6K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...