TAKDIR

By kitawim2021

21 7 0

Sutradara dalam hidup kita memang hanya Tuhan. Takdir memang tidak bisa kita atur dan tugas kita hanya memak... More

1. Kamu Pemilik Hatiku
2. Kita Yang Tidak Bisa Bersatu
3. Katanya Sahabatan, Tapi Kok?
4. Aku Bukan Tipenya
5. Takdirku Itu Kamu
6. Rencana Takdir
7. Dandelion
8. Heart Peaces
10. Ada Diantara Kita
11. Story' Of Nindi
12. You Are Mine
13. Khayal
14. Alunan Senja
15. Kenapa Harus Aku?
16. Hati Yang Terluka
17. Perspektif Raisa
18. Motivasi Nadia
19. Cuma Mantan
20. Inilah Takdirku
21. Fire Princess
22. Hope
Motivasi

9. Gara-Gara Novel

0 0 0
By kitawim2021

Ditulis oleh Senja Kinanti

Jessy mempunyai impian yang sangat sederhana, yaitu menjadi seorang guru dan penulis, butuh beberapa tahun lagi untuk mewujudkan semua itu. Saat ini, menyelesaikan sekolah adalah satusatunya tujuan yang harus ia kejar.

Jessy memasukan beberapa buku kedalam tas nya, kamar yang dominan berwarna biru terlihat sangat sederhana, di kamar ini hanya terdapat tempat tidur, lemari, meja belajar, dan sofa di sudut kamar. Hari minggu ini ia gunakan untuk membereskan rumah, suara dering ponsel mengehentikan aktifitasnya, dengan terburu-buru Jessy berjalan kearah tempat tidur dan mengambil ponselnya.

"Assalamu'alaikum, Jes."  Suara paruh baya menyapanya dari ujung telepon.

"Wa'alaikumussalam, Nek."

"Jes, kamu baik-baik aja kan tinggal sendiri di rumah?"  tanya neneknya sedikit khawatir.

"Nenek tenang aja, aku baik-baik aja kok dirumah." Jessy mencoba untuk menenangkan sang nenek.

"Yaudah, minggu depan nenek pulang kok. Hati-hati dirumah jangan lupa makan."

"Iya, Nek."

Jessy menutup telepon, dan melanjutkan kembali kegiatannya yang sempat tertunda, ia pun berjalan menuju dapur untuk memasak. Gadis itu membuka kulkas mini yang berada di sudut kanan dapur, hanya ada dua butir telur dan sosis.

"Elah, harus belanja lagi ini mah." Ia menghela napas panjang. Terpaksa hari ini ia hanya memasak omelet saja untuk sarapan pagi ini, setelah masakan sederhananya sudah jadi ia pun berjalan menuju mesin cuci dan mencuci pakaiannya yang kotor, sambil menunggu Jessy makan terlebih dahulu. Setelah selesai Jessy mencuci piring, ia mengeluarkan baju dari mesin cuci dan menjemurnya di belakang rumah, ia pun melanjutkan bersih-bersih.

Jessy mengelap keringatnya dengan punggung tangannya, "cape juga."

Saat Jessy ingin duduk untuk beristirahat, seseorang mengetuk pintu. Ia pun berjalan dan membuka pintu, Jessy melihat seorang gadis seumuran dengannya membawa keranjang sedang, Jessy tersenyum kecil, gadis itu menyodorkan keranjang berisi makanan kepadanya.

"Hai, selamat pagi, salam kenal aku baru pindahan kesini." Sapa gadis di hadapannya dengan ramah, "ini ada sedikit kue untuk mu."

"Ah, terimakasih."

"Perkenalkan, aku April Dania. Panggil aja April." Gadis itu menyodorkan tangannya, yang disambut hangat oleh Jessy.

"Aku Jessy Putri Diana, panggil aja Jessy."

***

Jessy duduk di dalam kelas. Tiba-tiba saja ia melihat April yang kelihatan bingung, ia pun beranjak menghampiri April, " April," panggil Jessy, April menoleh dan melambaikan tangan.

"Ternyata kamu sekolah di sini juga?" tanya April dengan senang.

"Iya, aku juga gk nyangka," jawab Jessy tersenyum.

"Wah, seneng banget ada temen," kata April sumringah.

***

Jessy berlari kecil mengelilingi taman, ia menikmati keindahan taman di sore hari, di tengah kesibukannya di sekolah. Terkadang, ia merasa kesepian dan merindukan keluarganya, meski terkadang ada sang nenek yang menemaninya.

Tetapi, ia tidak bisa berbohong kalau ia rindu saat kebersamaan dengan ayah dan ibunya.

Kini ayah dan ibunya sudah memiliki keluarganya masing-masing, ntah mereka mengingat dirinya atau tidak, sesekali ia juga berkunjung kerumah ayah atau ibunya. Itu pun hanya sebentar, karena ia tidak bisa berkunjung terlalu lama. Ia pun pernah disuruh untuk memilih ingin tinggal dengan sang ayah atau sang ibu, tetapi ia lebih memilih tinggal dengan sang nenek.

Jessy merupakan anak tunggal dari pasangan Hendra Kusuma dan Dewi Pertiwi, sedikit demi sedikit ia mencoba menerima takdir ketika keluarganya tidak lengkap, meskipun sulit tapi ia sudah bisa menerima keadaannya. Sore itu, setelah berkeliling di taman ia mengunjungi toko buku, Jessy sangat suka membaca novel, karena menurutnya membaca novel sudah menjadi bagian dari hidupnya.

Ia menyusuri setiap lorong rak buku yang berjajar rapi, ia mencari novel fiksi remaja kesuksesannya, netranya berkeliaran ke sana kemari. Keadaan toko buku masih lenggang, keadaan ini lah yang sangat ia sukai. Ingin rasanya ia membeli semua novel yang ada di toko ini, tapi ia hanya bisa membeli satu atau dua novel saja. 

Jessy mengambil satu novel dengan tangan kanannya, kebiasaan ketika saat membeli novel ia akan membaca sinopsis, netranya meneliti sampul novel yang menurutnya sangat menari, ia pun mengambil novel tersebut. Kakinya berjalan kembali mengelilingi rak demj rak novel, ketika ada novel yang menarik perhatiannya, ia pun mengambil dan tanpa pikir panjang ia pun menuju meja kasir untuk membayar.

Keadaan di toko buku semakin ramai, ketika Jessy berbalik tidak sengaja ia menabrak seorang pemuda yang berada di belakangnya, "eh, maaf gk sengaja." Jessy tersenyum tak enak hati.

Pemuda itu tertegun melihat gadis yang sudah berlalu dari hadapannya, netranya terus melihat punggung gadis itu sampai hilang di balik pintu toko buku, menurut pemuda itu senyum Jessy sangat manis dan membuatnya terpesona. Ia tersadar ketika pundaknya ada yang menepuk dari belakang, "Dek, cepet dong. Anak saya udah rewel ini."

"Eh, iya. Maaf bu," ujarnya tak enak hati. Kejadian ini sungguh memalukan, namun di dalam hatinya ia bertanya-tanya siapa gerangan gadis itu?

***

Hari sudah mulai gelap, Jessy menuju halte bus yang tidak jauh dari toko buku. Ia duduk menunggu bus untuk pulang, tiba-tiba saja pemuda yang tidak sengaja ia tabrak duduk di sampingnya, tetapi Jessy tidak menyadarinya karena terlalu asik dengan novel yang baru saja ia beli.

" Kamu, gadis yang nambrak tadi kan?" tanya pemuda itu basa-basi.

Jessy menoleh dan memandang pemuda itu dengan seksama, "ah, iya. Aku minta maaf ya, tadi tidak tau kalau di belakang ku ada orang."

"Iya, tidak apa-apa."

Jessy memaksakan senyumnya dan sedikit menggaruk tengkuknya, menahan rasa canggung yang menghampiri dirinya, pemuda itu tersenyum manis. Namun, itu malah membuat jessy sedikit takut, karena pemuda itu sangat asing untuk Jessy. Ketika bus sudah datang ia sedikit terburu-buru masuk kedalam bus, meninggalkan pemuda yang Jessy sendiri tidak tau siapa namanya, pemuda itu melihat kearah tempat duduk Jessy sebelumnya, ia melihat kantong berisi novel Jessy yang tertinggal. Pemuda itu mengambil dan akan mengembalikannya, tetapi ia terlambat. Karena bus sudah jauh dan tak mungkin untuk di kejar.

***

Jessy berjalan gontai menuju dapur, ia menghela napas lelah. Tenggorokannya sedikit kering, karena kehausan sehabis berjalan cukup jauh dari halte sampai rumahnya, setelah minum ia pun melangkah menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Rencana ia akan membaca novel yang baru saja ia beli, ia pun merasa ada yang aneh, ketika ingat bahwa novelnya tertinggal di halte bus, ia pun mengerang kesal.

Tiba-tiba wajah pemuda yang tidak sengaja ia tabrak melintas di pikirannya, ia sedikit menggeram kesal ketika wajah pemuda tersebut, gara-gara pemuda itu novelnya tertinggal. Jessy mencakmencak tidak jelas, begitulah ia kalau sedal kesal. Ia akan bergumam tidak jelas, dan menyumpah serapahi orang yang membuatnya kesal.

***

"Jessy, muka kamu gk enak banget buat di liat," April menyapa Jessy dan dududk di kursi sebelahnya.

"Kesel banget aku tuh, baru aja beli dua novel baru tapi malah ketinggalan di halte bus." Jessy mengacak-acak rambutnya sendiri. "Lagi? Kamu itu ceroboh banget sih. Emang halte bus mana?"

"Halte bus yang dekat toko buku, ish semua gara-gara cowok itu," geram Jessy.

"Siapa?" tanya April penasaran, sebab semenjak ia mengenal Jessy ia tidak pernah mendengar sahabatnya itu bercerita tentang laki-laki.

"Gak tau, aku gk tanya namanya siapa," ujar Jessy sedikit meringis.

"Yee, gimana sih."

Jessy menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan tersenyum canggung, ketika Jessy akan berbicara tetapi tidak jadi. Karena sudah ada guru yang masuk kedalam kelas, Jessy pun membenarkan duduknya dan mengeluarkan buku catatan.

***

Sudah satu tahun berlalu, kini Jessy dan April berkuliah di tempat yang sama dan hari ini adalah hari pertama mereka masuk kuliah, sudah satu tahun juga Jessy tidak bertemu lagi dengan cowok itu. Ia sangat berharap ia bertemu kembali, bukan karena ia suka atau bagaimana, ia hanya ingin menyakan novel yang tertinggal. Apakah laki-laki itu menyimpan apa tidak, bahkan April sampai terheranheran dengan pemikiran Jessy.

Jessy dan April mengambil jurusan yang sama, ketika sedang asik berbincang dengan April, Jessy merasa terdorong dari belakang. Untung saja Jessy bisa menyeimbangkan tubuhnya, ketika ia berbalik netranya melihat seorang lelaki yang berdiri di depannya tertegun melihat kearahnya.

"Eh, maaf gk sengaja." Ketika lelaki itu tersadar dari lamunannya.

"It's oke, gk papa." Jessy pun menarik April mengajaknya untuk masuk ke kelas karena sebentar lagi mereka ada kelas.

Apa dia lupa? Lelaki itu membatin, kepalanya menggeleng pelan. Memangnya ia berharap apa? Ia pun melanjutkan langkahnya yang tertunda, ia pasti akan menjadikan gadis itu miliknya, itulah tekadnya.

***

Sudah satu tahun lebih Jessy berkuliah di tempat yang sama dengan April, sudah lebih dari enam bulan pula ia dekat dengan lelaki yang tidak sengaja menabraknya di koridor kampus, lelaki itu bernama Septian Pamungkas. Tetapi,  Jessy lebih suka memanggil Akas ketika yang lain memanggilnya Septian, kini Jessy beserta April dan Septian sedang berada di kantin.

Ketiganya sedang menikmati makanan mereka masing-masing,
"Jessy, makannya pelan-pelan aja, kek yang gk makan sebulan aja." April melihat ngeri cara makan sahabatnya itu, Septian hanya tersenyum kecil memperhatikan Jessy yang ada didepannya.

"Septian, coba kamu bilangin Jessy." April menatap Septian serta menunjuk Jessy dengan dagunya.

"Apa sih Pril? Aku tuh lapar tau." Jessy kembali mengunyah makanannya.

"Ya, gk gitu juga. Nanti kalau kese …." Sebelum April menyelesaikan perkataannya, Jessy keburu terbatuk sambil memukul pelan dadanya.

Ekspresi April dan Septian tiba-tiba berubah khawatir, April mencoba melepaskan tangan Jessy yang memukul terus dadanya, sedangkan Septian menyodorkan segelas air yang lansung di minum oleh jessy.

"Lagi," Jessy bergumam lirih, wajahnya terlihat memerah dengan mata yang berkaca-kaca. Septian yang paham apa maksud Jessy pun bergegas membeli minum. 

"Ini, Jess." 

Jessy mengambil minuman yang Septian beli, dan meminumnya. "Gimana? Udah baikan?" tanya Septian sambil mengelus pelan rambut Jessy.

"Udah,"

"Nah kan, dibilangin ngeyel. Udah keselek aja aku sama Septian yang panik," ujar April kesal.

Jessy tersenyum lebar, "iya deh iya, maaf ya." Ia pun memeluk April.

***

Hari minggu adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Jessy, karena ia akan menghabisakan waktunya dengan April dan Septian, ia sudah menunggu mereka berdua di depan rumahnya. Bibirnya tersenyum ketika melihat April yang datang menghampirinya, tetapi senyumnya luntur ketika April tidak bisa ikut karena akan ada acara keluarga.

Ketika April pamit dan sudah pergi dari rumahnya, Septian datang. "Gimana? Udah siap,"

Jessy hanya mengangguk lesu, "loh, kenapa? Kok gk semanagat gitu," tanya Septian.

"April gk jadi ikut, katanya ada acara keluarga." Kepalanya menunduk lesu. Seketika menatap kaget kearah Septian, ia kembali mengalihkan netranya kepada tangan Septian yang menyodorkan dua buah novel.

Saat di amati, jessy kenal dengan novel yang Septian sodorkan, "Akas, ini …." Septian mengangguk kepala sambila tersenyum manis.

"Jadi selama ini, kamu … cowok itu," ujar Jessy kaget.

Septian tertawa kecil, "iya, itu aku."

"Kenapa gk bilang? Padahal aku udah berharap banget bakal ketemu lagi sama cowok itu," Jessy mendengus sambil mengambil novel miliknya.

"Ciee, jadi selama ini kamu berharap ketemu sama aku," goda Septian.

"Iya, soalnya aku mau nanyain ini novel," ujar Jessy menatap Septian dengan polos. Septian menganga tidak percaya, padahal ia sudah berharap lebih, tetapi gadis didepannya ini. Ah, sudahlah.

"Aku mau jujur sama kamu," ucap Septian sedikit gugup.

"Apa?" Jessy menatap Septian dengan penasaran.

"Oke, to the point aja." Septian menarik napasnya dengan perlahan, "Sebenarnya aku itu suka sama kamu," ucapnya dengan cepat.

"Hah," Jessy sangat kagek ketika ia mendengar apa yang Septian ucapkan, meskipun awalnya ia tidak paham dengan ucapan Septian, tetapi ketika ia mencerna kembali. Ia sangat kaget luar biasa.

Ketika melihat Jessy yang terdiam dan tak menjawab, Septian sedikit pesimis kalau cintanya itu bertepuk sebelah tangan, tetapi ia sangat senang mendengar penuturan Jessy.

"Aku juga suka, Akas." Jessy menundukkan kepalanya, menahan malu.

Ketika melihat reaksi gadisnya, Septian tertawa lucu. Ah, apakah ia boleh mengakui kalau sekarang gadis yang berdiri sambil menunduk malu itu adalah milik nya? Rasanya Septian senang bukan main.

Continue Reading

You'll Also Like

4.2M 319K 52
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
1.8M 129K 49
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
1.1M 45.4K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
7M 296K 60
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...