Figuran Wife [Republish]

By imtinkerlose

744K 69.4K 5.1K

Transmigration Story. Cheryl Aubie, gadis yang baru saja lulus SMA itu tiba-tiba saja terbangun dalam raga an... More

Prolog
01. Dunia Novel?
02. I'm Sorry
03. Memulai Semuanya
04. Kencan?
05. Alasan
06. Bertemu
08. Cupcake
09. Tidur Bareng
10. Miss You
11. Makin Sayang
12. Pemulung dan Pemilik barang bekas
13. Don't leave Me
14. Bayangan Menyakitkan
15. Roti Sobek
16. Gosip
17. Unknown Number
18. Yang Pertama
19. Perasaan Egois
20. Yakin
21. A Challenge
22. Cerita Syakira
23. Sisi Sagara yang Lain
24. Kebohongan dan Rasa bersalah
25. Tujuan yang kini Tercapai
26. Selalu Sagara
27. Permintaan

07. Still Be Mine

36.3K 3.1K 147
By imtinkerlose

Hi, pacar taeyong disini!

Bagaimana kabarnya? Sehat selalu ya! Btw udah seminggu nih aku gak buka wattpad.

Pas buka, kaget dapet notif banyak. Ternyata ceritaku udah masuk 1k pembaca. Senang sangat! Apalagi kalian antusias nunggu cerita ini up, terhura aku😭 Terimakasih karena mau nyempetin diri buat mampir ke lapakku. Semoga betah dan kalian bisa nemenin aku tamatin cerita ini ya!

Jangan lupa tinggalkan jejak. Vote dan komen kalian sangat berharga untuk author. Tandai typo juga soalnya aku ngetiknya sambil ngatuk.

Happy reading <3
Enjoy!

***

Chapter 7. Still be Mine

Ziva mengikuti Sagara berjalan memasuki rumah. Dia baru saja sampai setelah tadi dari tukang sate. Saat melihatnya dengan Altair, Sagara tidak banyak bicara. Dia juga hanya merespon sekenanya saat Altair menanyakan kabarnya.

Ziva diam-diam berdesis ketika mengingat Altair menghampirinya dengan bersikap seolah tak terjadi apapun di antara mereka. Dia bahkan menanyakan kabarnya. Membuat Ziva muak saja.

"Gimana kabar lo?"

"Lo.. keliatan lebih baik dari sebelumnya."

Cih, sebelum-sebelumnya Ziva terlihat tidak baik-baik saja memangnya karena siapa?! Ha! Apa Altair lupa atas perbuatannya pada Ziva?! Ya meskipun semua ini bukan sepenuhnya salah Altair, tapi tetap saja dia merasa kesal. Namun, Ziva merespon sikap Altair dengan tenang, bertujuan ingin menunjukkan pada Altair, bahwa dia bisa baik-baik saja atau bahkan bisa tanpa Altair.

"Ya, gue jauh lebih baik dari sebelumnya. Bahkan lebih dari yang lo liat. Dan itu semua berkat Sagara. Gue tau lo udah liat status whatsapp gue. Dan gue yakin lo pasti ngerti."

Tak hanya itu, Ziva juga menunjukkan sikap berbeda pada Altair saat cowok itu berbicara dengan Sagara. Bersikap acuh seolah Altair hanyalah teman Sagara tanpa ingin saling mengenal satu sama lain. Ziva juga berharap setelah mengatakan demikian, Altair mengerti kalau Ziva tidak menginginkan Altair lagi di hidupnya dan saling fokus pada rumah tangga masing-masing.

"Sagaraaaaaa!" panggil Ziva. Dia lantas memeluk satu lengan Sagara membuat Sagara menunduk menatapnya. Dia kemudian ikut menempelkan kepalanya di lengan Sagara dengan kaki yang masih sama-sama melangkah. "Gue tadi nggak ngobrol apapun sama Altair kok. Dia cuma nanya gue sama siapa ke tukang sate, terus gue nanya kabar Aurora. Itu aja kok nggak lebih."

"Satu lagi. Dia bilang gue keliatan lebih baik dari sebelumnya. Ya pasti dong, 'kan Sagara sayang dan ngerawat gue dengan baik. Setiap hari bikin gue seneng juga. Terus sama itu...." Ziva menggantungkan ucapannya membuat Sagara menatapnya menunggu lanjutan dari perkataannya. "Suka bikin deg-degan, hehe."

Bukannya menanggapi penjelasan Ziva, Sagara malah merasa tertarik dengan kalimat terakhir Ziva. Suka bikin deg-degan katanya? Ziva tidak salah? Sagara juga sering dibuat salah tingkah dengan sikap Ziva yang manja padanya akhir-akhir ini. Bahkan tidak segan-segan memeluknya lebih dulu. Jadi Sagara tidak yakin sering membuat Ziva deg-degan.

"Sejak kapan gue suka bikin lo deg-degan?" tanya Sagara.

"Ih, sering tau!" jawab Ziva dengan nada protes. "Mau gue sebutin?! Oke! Nih, yang pertama, omongan lo yang manisnya lebih dari tebu, terus act of service lo, perhatian walaupun suka ketus, terus suka natap gue sedalam samudera. Itu gue kesel banget karena suka bikin salting! Terus--"

Ziva tidak jadi melanjutkan ucapannya dan malah menahan napas saat Sagara merunduk menyamakan tingginya dengan Ziva dan memajukan wajahnya, membuat Ziva melepaskan pelukannya dari tangan Sagara. Langkahnya refleks berhenti begitupun Sagara yang menumpukan kedua tangannya ke paha. Ziva menatap Sagara dengan mata membulat. Sementara Sagara terlihat santai dan malah menatap Ziva tepat di kedua matanya.

Tubuh Ziva panas dingin. Ziva menatap Sagara dengan sendi-sendi yang terasa lemas karena tatapan Sagara seolah seperti aliran listrik yang menyengat hatinya. Hingga membuat jantungnya berdetak kencang. Pipinya sudah seperti kepiting rebus sekarang.

"Ini yang lo maksud natap sedalam samudera?" bisik Sagara.

"I-ih, jangan lo praktekin juga!" decak Ziva sambil melangkah mundur. Dia mengalihkan tatapannya dari Sagara dengan senyum malu yang tidak dapat di tahan.

Sagara berdiri dengan tegak kembali, kemudian berjalan meninggalkan Ziva dengan senyuman yang dia tahan. Tak hanya Ziva, Sagara juga merasakan apa yang Ziva rasakan. Sial, apakah ini definisi senjata makan tuan? Niatnya ingin membuktikan ucapan Ziva, tapi dia sendiri juga malah ikut deg-degan.

Sementara Ziva, terlihat merengut di tempatnya. Sudah dibuat berdebar malah ditinggalkan begitu saja. "SAGARA, TANGGUNG JAWAB LO! SALTING NIH GUE!" katanya sambil berlari kecil menyusul Sagara.

Setelah memindahkan sate ke piring, Ziva mengajak Sagara untuk nonton drama Korea bersama menggunakan laptop Sagara sambil makan sate di ruang tamu. Mereka juga mengobrol banyak meski Ziva yang mendominasi pembicaraan. Tepat pukul sepuluh malam, Ziva tertidur dengan kepala yang bersandar di pundak Sagara.

Sagara menunduk sambil menyelipkan anak rambut Ziva yang menutupi wajahnya ke belakang telinga. Dia memperhatikan wajah damai Ziva dengan senyum tipis. Mendadak Sagara teringat tentang kejadian beberapa jam yang lalu, dimana Ziva mengobrol dengan Altair.

Sebenarnya Sagara tidak begitu mempermasalahkan Ziva berbicara dengan Altair. Melihat Ziva yang bahkan enggan menatap Altair, membuat Sagara tambah yakin kalau Ziva sudah tak lagi memusatkan perhatiannya pada cowok itu. Tapi tetap saja ada rasa tak suka yang muncul di hatinya. Sagara masih suka cemburu jika Ziva berdekatan dengan Altair, meski kini situasinya sudah berbeda.

Namun, Sagara tidak berniat marah pada Ziva. Sagara tidak ingin ikut menyakiti hati Ziva, apalagi karena alasan cemburu dengan Altair. Ziva sudah cukup menderita karena Altair mencampakkannya, Sagara tidak ingin ikut-ikutan menyakiti perempuan itu juga.

Sagara mendekatkan wajahnya dan menecup dahi Ziva cukup lama. "I love you and still be mine,"

***

Bahan makanan di kulkas sudah habis dan hari itu Ziva berinisiatif pergi ke supermarket untuk membeli semua keperluan yang di butuhkan. Tadi pagi saja Sagara sudah mengeluh karena tomat yang biasa dia makan setiap pagi habis.

Ziva saja sampai bingung, Sagara terlihat frustasi hanya karena tidak ada tomat. Saat Ziva bertanya Sagara suka sekali pada tomat, cowok itu malah menjawab hal yang membuat Ziva pagi-pagi saja sudah salah tingkah.

"Wortel aja, deh, pagi ini." bujuk Ziva ketika Sagara terlihat kesal.

"Nggak mau, Va. Mau tomat."

Ziva kemudian tersenyum jahil. "Masa dinosaurus makan tomat?" tanya nya berniat menggoda cowok itu.

"Ziva...." kata Sagara lirih. Tidak suka di goda saat sedang kesal.

Ziva lantas tertawa. "Suka banget kayaknya sama tomat,"

Sagara mengangguk. "Tapi gue lebih suka lo,"

Sebelum berangkat, Ziva memutuskan untuk mengabari Sagara lewat pesan whatsapp. Tidak peduli kalau sekarang jam kerja. Dia tidak ingin membuat Sagara khawatir lagi.

Anda: Sagaraaaaa

Anda: Lagi sibuk ya?

Anda: Kalau iya jangan di balas dulu

Sagara 🦕: nggak. Ada apa?

Anda: Gue mau kasih tau kalo hari ini mau belanja ke supermarket. Mau beli tomat sepabrik buat dinosaurus 🦕

Sagara 🦕: ya gak sepabrik juga. gue gak selalu suka tomat

Anda: Emang iya? Terus selain suka tomat Sagara suka apa? Siapa tau gue bisa buatin

Sagara 🦕: cupcake. tapi gak usah lo buatin, gue bisa beli di toko. gue gak mau lo repot

Anda: Ih nggak repot tau! Yaudah gue juga mau sekalian beli bahan buat bikin cupcake. Awas aja kalau lo nolak ☺️

Sagara 🦕: iya oke terserah lo

Anda: Okeeeee. Gue otw dulu yaaaaa

Sagara 🦕: hati-hati. jangan sendiri belanjanya. sama ART biar lo gak repot.

Anda: oke 😚

Anda : Cium online hehe

Sagara 🦕: ???? gue maunya langsung

Anda: Kalo langsung nanti pulang kerja 👀

Sagara 🦕: yaudah kalau gitu gue pulang sekarang

***

Status whatsapp Ziva pada malam itu sepertinya benar-benar membuat heboh orang-orang terdekatnya. Termasuk Altair Gardapati. Cowok yang sedang duduk di kursi kerjanya itu mengamati layar ponselnya yang menampilkan status whatsapp Ziva yang sempat dia ambil tangkap layar, dengan intens. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Altair selalu malas membuka ponsel karena pasti Ziva akan mengganggunya lewat pesan-pesan spam. Namun, sejak perempuan itu datang ke acara syukuran atas kehamilan Aurora, Istrinya. Ziva hilang seperti di telan bumi. Pesan-pesan spam yang selalu membuat ponselnya berisik kini tidak ada lagi.

Dan tiba-tiba saja, perempuan itu muncul lagi menggunakan status whatsapp yang membuat Altair terkejut. Ziva, memposting foto Sagara? Dalam hati dia bertanya-tanya, sejak kapan Ziva mulai dekat dengan Sagara hanya untuk sekedar memposting foto di sosial media, bahkan dalam foto itu terlihat mereka sedang berada di restoran cukup mewah. Itu artinya mereka sedang kencan bukan?

Terbiasa di ganggu Ziva, membuat Altair sedikit terusik. Ada sepercik perasaan tak terima di hatinya, ketika pusat perhatian Ziva kini tak lagi selalu padanya. Namun, dia segera menepis perasaan itu. Seharusnya kini dia merasa tenang karena tidak ada lagi yang akan membuat Altair dan Aurora bertengkar kecil hanya karena pesan-pesan spam mengganggu dari Ziva. Ya, Aurora sering ngambek padanya karena Ziva selalu mengirim pesan-pesan tidak sopan selama Altair berumah tangga dengan Aurora.

Dan malam itu, karena Aurora merengek padanya meminta dibelikan sate dengan dalih ngidam, Altair bertemu dengan Ziva. Tentu dia merasa terkejut. Perasaan sulit di jelaskan langsung menyerang hatinya. Entah kenapa ada rasa senang yang membuncah di hati saat Altair bertemu dengan Ziva yang Altair sendiri tidak tahu kenapa.

Altair tahu kalau dia akan terlihat tidak tahu diri, namun Altair tidak bisa menahan untuk tidak bertanya kabar perempuan itu. Terlebih melihat Ziva yang jauh lebih baik dari sebelumnya, membuat Altair resah. Benarkah Ziva kini dekat dengan Sagara? Ziva mulai bahagia bersama Sagara?

"Gimana kabar lo?"

"Baik."

Ziva menjawab tanpa menatapnya. Hal itu cukup menyentil hati Altair. Ziva bahkan terlihat enggan menatapnya. Namun, wajar bukan perempuan itu bersikap demikian, mengingat Altair telah menyakitinya. Tapi Altair tetap merasa tak rela. Ziva selau menatapnya lembut dan teduh, rasanya benar-benar berbeda dan membuat napas Altair memberat untuk sesaat.

"Lo.. Keliatan lebih baik dari sebelumnya."

"Ya, gue jauh lebih baik dari sebelumnya. Bahkan lebih dari yang lo liat. Dan itu semua berkat Sagara. Gue tau lo udah liat status whatsapp gue. Dan gue yakin lo pasti ngerti."

Ya, Altair mengerti semua yang dikatakan Ziva. Dan sekali lagi, Altair merasa tak rela. Ucapan yang dikatakan dengan nada tenang itu berhasil membuat Ziva memenuhi pikiran Altair.

Altair berdecak. Dia menyandarkan punggungnya pada kursi kantor sambil menghela napas. Seharusnya Altair tidak boleh seperti ini. Memikirkan perempuan yang jelas-jelas sudah ia campakkan bahkan saat dia mengandung darah dagingnya sendiri. Namun, tetap saja. Sekeras apapun Altair berusaha untuk tidak memikirkan, ucapan Ziva semakin menghantuinya.

Ponsel Altair berdering menandakan ada notifikasi pesan masuk. Altair segera menatap ponselnya untuk mengetahui siapa yang telah mengirim pesan.

Aurora: Send a picture

Aurora: Al, aku mau tas itu. Kamu beliin ya :( Baby yang mau

Altair melempar ponselnya dengan pelan keatas meja. Berdecak pelan ketika mengetahui tas yang Auora tunjukkan harganya tidaklah murah. Bisa sampai ratusan juta. Apa Aurora lupa kalau bisnis perhotelan keluarga Altair sedang goyah? Seharusnya dia memikirkan terlebih dahulu sebelum meminta pada Altair. Jika begini Altair akan pusing karena jika keinginannya tidak dituruti, Aurora akan pundung bahkan sampai menangis. Hal yang cukup membuat Altair terkadang merasa kesal dengan Aurora.

Berbeda sekali dengan Ziva. Walaupun memiliki keluarga yang memanjakannya dan menyayanginya, Ziva tidak pernah memanfaatkan itu semua. Ziva selalu bersikap dewasa dan mengerti, termasuk pada Altair. Jika Altair tidak mampu memenuhi keinginannya, Ziva pasti akan mengerti dan tidak akan memaksa Altair.

Tapi tunggu, kenapa Altair malah membandingkan Ziva dengan Aurora sih?!

"Damn, Ziva. You rile me up just thinking about you,"

--- To Be Continued ---

Aku ggak begitu bisa buat konflik berat. Jadi bisa dibilang cerita ini cerita santai. Tapi nggak tau nanti, siapa tau aku berubah pikiran


Bisa dibilang versi chat story itu spoiler tipis-tipis untuk next part! Gas atuh di follow!

See you next chapter!
-luv!

20 Mei 2023

Continue Reading

You'll Also Like

1M 78.5K 30
"Tetap jadikan aku obsesimu, dengan begitu aku bisa membalas semua dendamku."-Kalea Nazeera. "Baby, kau seperti tidak suka melihatnya. Apa harus ku b...
135K 10.1K 41
"Hadiah yang gue mau cuman satu. Lo hilang dari kehidupan gue untuk selamanya! Lebih bagus lagi kalau lo mati!" Amora kira ucapannya tak akan diangga...
666K 79.5K 36
terperosot ke selokan jadi pindah ke dalem novel? mana jadi pelayan pula, dosa apa aku astaga.
47.7K 7.4K 16
S2 dari Mommy Kelaya. First of all, u can read MK as mommy kelaya. Buku nya hangus. Ceritanya berlanjut. Tidak pernah terbayangkan bahwa kehidupan it...