ALKANA [END]

By hafifahdaulay_

794K 38.3K 3.1K

Alkana Lucian Faresta dan pusat kehidupannya Liona Athena. Alkana mengklaim Liona sebagai miliknya tanpa pers... More

PROLOG
CAST
Trailer
CHAPTER 01
CHAPTER 02
CHAPTER 03
CHAPTER 04
CHAPTER 05
CHAPTER 06
CHAPTER 07
CHAPTER 08
CHAPTER 09
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
EPILOG
New Story! (Squel)

CHAPTER 38

8.4K 512 21
By hafifahdaulay_

Happy reading:)

"Jika kehidupan selanjutnya benar-benar ada, ayo bertemu kembali dengan kamu sebagai ibuku dan aku tetap menjadi putrimu..."

~Liona Athena~

Di sebuah tempat dengan hamparan rumput yang begitu indah langsung menghadap ke laut, seorang gadis terlihat duduk termenung menatap pemandangan yang begitu indah di depannya.

Gadis dengan gaun putih selutut itu menatap sebuah cincin di jari manisnya, pikirannya berkelana mengenai apa yang sudah dirinya alami selama ini, lamunannya seketika buyar saat seseorang memanggil namanya.

"Liona Athena!" gadis itu menoleh ke belakang, matanya membulat sempurna melihat sosok itu. Liona langsung berdiri dari duduknya, bibirnya bergetar tidak tau harus mengatakan apa.

"Ma-mama..." jantungnya berdegup kencang setelah kata itu lolos dari bibirnya.

"Apa kabar anak Mama?" tanyanya sambil merentangkan tangannya, Liona langsung berlari memeluk tubuh itu.

"Mama, ini Mama kan?" tanyanya tak percaya dengan mata berkaca-kaca.

"Iya sayang, ini Mama."

Liona menjauhkan wajahnya tanpa melepaskan pelukannya, gadis itu membingkai wajah ibunya dengan kedua tangannya. Ibunya cantik sekali, wajah itu terlihat sehat dan segar, bukan wajah yang terakhir Liona lihat ketika ibunya meninggal karena kanker.

"Aku kangen sama Mama, Papa jahat Ma, dia gak sayang sama aku, dia ngusir aku dari rumah kita Ma, dia bawa anak dan istri barunya ke sana." jelas gadis itu dengan air matanya yang mulai keluar membuat Nilam tersenyum getir.

"Kamu gadis yang kuat sayang, ikhlaskan apa yang sudah terjadi, lepaskan semua rasa sakit kamu, buka lembaran baru dalam hidup kamu."

Liona menggeleng tidak mau, "Gak! Aku di sini aja sama Mama, aku gak mau kemana-mana lagi, aku mau sama Mama terus!" jelasnya keras kepala.

Nilam membawa putrinya duduk di pinggiran tebing penuh rumput itu, kaki keduanya menjuntai ke bawah di terpa angin bebas, rambut mereka berterbangan ke sana kemari.

"Mama punya kehidupan sendiri sekarang, begitu juga kamu, kamu harus ngerti sayang, tidak semua hal yang kita inginkan bisa terkabul, jalani apa yang menjadi jalan mu, nikmati apa yang sudah kamu peroleh, dan raih apa yang menjadi tujuan mu."

Air mata Liona kian deras, hidupnya begitu berat dan banyak sekali cobaan, dan Liona sangat membutuhkan Nilam dalam hidupnya.

"Tapi semua itu gak akan bisa tanpa adanya Mama."

Nilam menatap wajah putrinya itu, sangat mirip seperti dirinya, "Kamu cantik sekali..." pujinya.

"Mirip Mama..." balas Liona.

"Mata kamu kayak Papa kamu..." wajah Liona langsung keruh mendengar ucapan Nilam.

"Nggak! Aku gak sudi!"

"Dengar sayang, jangan membenci Papa mu, bagaimanapun juga dia ayah kamu nak, orang tua kamu, pengganti Mama."

Liona menatap laut lepas di depannya, "Orang tua? Nggak ada orang tua yang membuang anaknya sendiri demi anak orang lain Ma, laki-laki brengsek itu gak pantas di sebut sebagai seorang ayah!."

"Keadaan yang memaksa dia bersikap begitu, Mama tidak pernah membela Arga, apa yang dia lakukan sama kamu selama ini salah, tapi dalam hatinya masih ada rasa sayang buat kamu."

"Berhenti membohongi diri sendiri Ma, percuma. Liona di bentak, di maki-maki, di usir, di pukuli, bahkan dia berani main tangan sama anaknya sendiri!"

Nilam terisak juga di hadapan Liona, wanita itu tidak sanggup mendengar perkataan putrinya, "Coba maafkan ayah mu Liona, setidaknya mulailah berhubungan baik dengannya."

Liona membuang muka tidak habis pikir dengan permintaan ibunya.

"Demi Mama...." Liona memejamkan matanya, gadis itu melihat ibunya yang nampak memohon kepadanya.

"Aku gak janji, tapi aku akan coba."

"Cari alasan kamu untuk tetap bertahan sayang, kamu punya banyak orang yang sayang sama kamu, jangan terpaku pada masa lalu."

"Mama satu-satunya alasan aku untuk hidup, tapi Mama udah gak ada, jadi apa lagi alasan aku untuk hidup?"

Nilam meraih tangan kiri gadis itu, Nilam mengelus cincin di jari manis putrinya, "Mama rasa kamu sudah menemukan alasannya."

"Alkana..." lirih gadis itu.

"Selamat atas pertunangan kamu, Mama sangat senang. Alkana anak yang baik, dia sangat sayang dan peduli sama kamu, begitu juga dengan Teresa, sahabat Mama. Kamu tau, dulu waktu sekolah kami mempunyai mimpi untuk menjodohkan anak kami, siapa sangka semuanya terwujud, gak ada yang tahu skenario Tuhan, dengan sendirinya kamu bertemu dengan Alkana."

Liona tersenyum menatap ibunya, "Jadi ini termasuk mimpi Mama?" tanya gadis itu ikut memegang cincinnya. Nilam mengangguk membuat senyum Liona semakin lebar.

"Mama bener, Alkana sangat baik, dia selalu berusaha mewujudkan apa yang Liona mau, Alkana selalu melakukan yang terbaik dan selalu ada untuk Liona. Liona cinta sama Alkana Ma, dan Liona gak bisa hidup tanpa dia..."

"Sekarang saatnya kamu pulang sayang, Alkana butuh kamu, Alkana merindukan kamu, begitu juga dengan keluarganya. Mama sangat bersyukur kamu bertemu dengan orang-orang baik seperti mereka."

Liona menatap ibunya bingung, "Pulang? Terus Mama gimana? Liona gak mau kehilangan Mama lagi."

"Sejak awal kamu sudah kehilangan Mama sayang, maafin Mama ya karena gak bisa selalu ada di samping kamu, tapi Mama akan selalu hidup di sini." Nilam menunjuk dada gadis itu.

"Di hati kamu." lanjutnya membuat Liona menangis mendengar ucapan Mamanya.

"Sini! Mama kangen ngelus rambut kamu." Nilam menuntun kepala gadis itu agar bersandar di pahanya.

"Anak Mama sudah besar dan tumbuh menjadi gadis yang cantik."

Air mata Liona terus menetes mendengar suara ibunya yang begitu dirinya rindukan, begitu beruntungnya orang-orang di luar sana yang masih memiliki ibu dan masih bisa melihat juga mendengar suaranya setiap hari.

"Jika kehidupan selanjutnya benar-benar ada, ayo bertemu kembali dengan kamu sebagai ibuku dan aku tetap menjadi putrimu." ucap Liona menatap wajah ibunya dari bawah, gadis itu seolah tidak ingin melewatkan setiap detik kesempatan ini.

Nilam terisak mendengar ucapan putrinya, "Pasti sayang, Mama selalu minta sama Tuhan supaya kamu selalu menjadi putrinya Mama sampai kapan pun dan di kehidupan mana pun."

"Aku ingin di kehidupan manapun, aku tetap terlahir sebagai putrimu Ma, dan Mama akan terus sama Liona, gak akan pernah tinggalin Liona lagi. Mungkin di kehidupan ini kita kurang beruntung Ma." gadis itu menatap kosong ke arah hamparan laut sambil terus menggenggam erat tangan Nilam.

"Ingat semua ucapan Mama tadi, teruslah hidup sayang dan temukan kebahagiaan kamu. Mama selalu sayang sama kamu sampai kapanpun...." ucapnya yang terdengar seperti bisikan ketika Liona mulai menutup matanya di pangkuan Mamanya.

******

Bunyi alat pendeteksi jantung di ruangan itu membangunkan Alkana dari tidur nyenyaknya,  mengabaikan rasa kantuknya lelaki itu bangun dan dengan panik memencet tombol di bawah kasur Liona.

Alkana berdiri di samping Liona dan menatap EKG dengan angka yang lebih rendah dari kemarin malam, merasa tidak ada tanda-tanda kedatangan dokter Alkana berlari ke pintu dan membukanya.

"APA SEMUA DOKTER UDAH MATI DI SINI HAH?! GUE BAKAR RUMAH SAKIT INI SEKARANG!!!" amuknya, di ujung koridor Jeno dan Jihan lari terengah-engah bersama suster.

Tepat sekali Arga baru datang dengan kantong plastik berisi buah, pria itu itu menyempatkan diri sejenak ke sini untuk menjenguk Liona sebelum ke kantor. Hari yang masih sangat pagi membuat rumah sakit masih sepi.

"Liona kenapa Alkana?" panik Arga mendekat.

"Kondisinya drop lagi!" Alkana kembali menangis kemudian mengikuti Jeno, Jihan dan suster masuk ke dalam, sedangkan Arga tetap di luar.

Pria itu terduduk lemas di bangku besi itu, Arga melepaskan kaca matanya dan menutupi matanya dengan tangan ketika air matanya turun.

"Maaf anda dilarang masuk, silahkan keluar." ucap suster pada Alkana membuat lelaki itu langsung menatap tajam pada suster itu.

"Berani lo nyuruh gue keluar, gue pecat lo sekarang juga!"

Jeno menatap mereka bergantian, dalam keadaan begini bisa-bisanya mereka bertengkar. "Biarkan saja sus, dia keras kepala!" kesal Jeno fokus pada Liona.

Alkana menjambak rambutnya frustasi melihat tiga orang di sana sibuk, ketakutan benar-benar menguasai Alkana sekarang.

Belasan menit mereka mencoba melakukan usaha terbaik, dan untungnya detak jantung gadis itu kembali normal. Jeno bernafas lega lalu menatap Alkana.

"Tidak masalah, sekarang dia baik-baik saja. Selang oksigennya tidak berfungsi dengan baik, sehingga tidak mendapatkan cukup oksigen ke otak, apalagi luka jahitan di kepalanya masih belum kering." jelas Jeno yang membuat Alkana mengangguk mengerti.

"Makasih Om." tulus Alkana bernafas lega. Suster keluar dari sana dan memberitahu Arga jika kondisi Liona sudah kembali stabil.

Pria itu langsung mengucapkan terimakasih pada suster, tak lama setelahnya Jeno dan Jihan ikut keluar. Memantapkan hati Arga mencoba masuk ke dalam sana, di mana Alkana sedang duduk di sisi putrinya dan terus menciumi tangan Liona.

Merasakan seseorang masuk Alkana menghapus air matanya dan menoleh kebelakang, Arga melangkah mendekat ke arah mereka.

"Bagaimana kondisinya?" meski sudah tau, Arga mencoba bertanya untuk membuka pembicaraan.

"Sudah stabil." jawab Alkana singkat.

Arga menatap wajah putrinya itu, penyesalan datang menggerogoti hati Arga, pria itu menatap Alkana yang terlihat sangat mencintai putrinya.

"Bisa kita bicara sebentar?" Alkana terdiam beberapa saat sebelum mengangguk, keduanya beralih duduk di sofa panjang di ruangan itu.

"Terimakasih sudah menjaga dan mencintai putri saya dengan begitu besar." ucap Arga dengan suara bergetar.

"Setidaknya apa yang tidak dia dapatkan dari saya, bisa dia dapatkan dari kamu." lanjutnya kemudian.

Alkana mengangguk, "Terimakasih juga sudah mendonorkan darah anda untuk tunangan saya." balas Alkana dengan formal. Arga tersenyum nanar menatap ke arah Liona yang setia menutup matanya.

"Itu sudah menjadi tugas saya." kemudian keduanya terdiam beberapa saat sibuk memandangi gadis lemah yang terbaring di sana.

"Apa dia masih membenci saya Alkana?" mendengar pertanyaan Arga membuat Alkana menghela nafas, terlebih lagi pria itu menyebutkan namanya, seolah pembicaraan mereka semakin serius.

"Saya tidak pernah ingin membahas sesuatu yang tidak Liona sukai jika kami sedang berbicara." ucapan Alkana jelas membuat Arga tertohok, pria itu menunduk lalu menghapus kasar air matanya.

"Perihal membenci saya tidak tau, tapi kekecewaan itu sudah jelas Pak Arga. Mentalnya terguncang atas semua sikap dan perilaku anda terhadapnya. Bahkan anda berani bermain fisik pada putri anda sendiri."

"Saya memiliki pengendalian emosi yang buruk, setelah melakukan itu, penyesalan datang menggerogoti saya hingga sekarang."

Alkana terkekeh sinis mendengarnya, "Tapi saya tidak melihat penyesalan itu, anda tau? Saat saya berniat memenjarakan anda, dia memohon kepada saya untuk tidak melakukan itu."

Arga semakin menangis keras, "Kesalahan saya begitu besar, saya berdosa pada anak saya sendiri, rasanya mustahil mendapatkan maaf dari Liona. Saya juga meminta maaf pada kamu, karena kesan pertama pertemuan kita kurang baik." jelas Arga membuat Alkana mengingat kejadian kali pertama dia bertemu Arga.

"Saya tidak akan meminta maaf karena menghajar anda waktu itu, karena anda pantas mendapatkannya!" tegasnya, bukannya tersinggung Arga malah tersenyum.

"Terimakasih sudah menghajar saya." ungkapnya membuat Alkana tidak habis pikir.

"Anda salah Pak Arga, anda lebih mempercayai orang baru dari pada putri anda sendiri, anda terhasut dengan ucapan mereka yang semuanya itu bohong!" Alkana menatap penuh pada pria di sampingnya.

"Apa anda tidak menyayangi putri anda?"

"Saya sayang sama Liona, tapi semua hal seolah menempatkan dia dalam posisi yang salah, dan saya baru menyadari semua itu sekarang. Akhir-akhir ini saya menyadari jika Miranda dan Aurel hanya berpura-pura menyayangi Liona, hal itu membuat saya sakit hati dan kecewa pada diri saya sendiri."

"Lalu kenapa anda tidak membuang Miranda dan Aurel saja? Siapa tau dengan itu Liona memaafkan anda." usul Alkana.

Arga tertawa mendengar ucapan Alkana, "Sayangnya saya tidak bisa."

Alkana tersulut emosi mendengar itu, tidak bisa katanya? Sebegitu besarnya Arga mencintai Miranda dan Aurel? Kurang ajar! Tidak akan Alkana biarkan Arga kembali menyakiti tunangannya.

"Ternyata hanya sampai di situ penyesalan anda, anda tau Pak Arga, anda adalah ayah terburuk yang pernah saya tau. Anda rela menukar darah daging anda sendiri demi yang asal usulnya tidak jelas!" sentak Alkana kasar.

"Keluar dari sini!" bentak Alkana berdiri dari duduknya.

"Saya tidak bisa--"

"KELUAR!" bentak Alkana berapi-api.

"Jika Athena mendengar ucapan anda, saya bersumpah dia tidak akan pernah memaafkan anda Pak Arga yang terhormat!"

"Saya tidak bisa membuang mereka begitu saja karena posisi Liona sama dengan Aurel!" jelas Arga yang membuat Alkana melayangkan kepalan tangan kanannya ke arah Arga, lelaki itu menahan sakit di lengan kirinya yang patah, karena kaget tubuhnya spontan bergerak kasar.

Arga tersungkur dengan hidung mengeluarkan darah, mendengar keributan di dalam Teresa yang baru tiba langsung membuka kasar pintu. Teresa kaget melihat Arga yang terduduk mengenaskan di lantai dengan putranya yang menahan sakit lengannya.

"Ada apa ini?!" pekik Teresa.

"Dengarkan saya berbicara dulu Alkana!" bentak Arga.

"Saya tidak sudi mendengarkan omong kosong!" Alkana kembali ingin menyerang Arga, Teresa langsung menahan putranya.

"Alkana jangan keras kepala! Luka kamu--" Teresa kaget menatap perban di lengan putranya yang  di penuhi warna merah.

"Aurel sama seperti Liona Alkana, mereka berdua anak kandung saya!" tegas Arga membuat Alkana terkekeh tidak percaya, Teresa menatap kaget pada suami almarhum sahabatnya itu.

"Tidak usah mengada-ada!"

"Apa maksud kamu Arga?!" Teresa ikut mengeluarkan tatapan tajamnya, Arga bangkit berdiri. "Itulah kebenarannya, bahkan Liona belum tau fakta itu." lirihnya.

"Dasar pria brengsek! Ternyata perselingkuhan mu sampai menghasilkan seorang anak, hebat sekali!"

Arga diam tak berani menjawab ucapan Teresa yang berisi kebenaran itu.

"Keluar dari sini sebelum saya menghancurkan wajah mu Brengsek!" Teresa menunjuk ke arah pintu, Arga berjalan keluar begitu saja.

******

Seorang gadis melangkah menuju kantin, wajahnya begitu datar dan tatapan matanya begitu tajam, tujuannya ke sana bukan untuk mengisi perut, tapi untuk menghajar seseorang yang sudah dirinya targetkan.

Suasana kantin begitu ramai seperti biasanya, gadis itu menatap salah satu meja di mana teman-teman gadis itu berkumpul, namun sayangnya seseorang yang ia cari tidak ada di sana.

Florin menoleh pada meja di mana Langit duduk bersama Kenzo dan Bintang, bisa Florin lihat jika gadis-gadis sengaja duduk di sekitar meja mereka dan senyum-senyum tidak jelas bahkan terang-terangan curi-curi pandang.

Tatapan Florin bertemu dengan Kenzo, seolah paham tujuannya lelaki itu memberikan kode di mana posisi tergetnya. Sedangkan Bintang dan Langit fokus menyantap makanan mereka.

Florin menatap ke arah yang Kenzo maksud dan benar saja targetnya terlihat. Gadis itu berjalan membawa nampan makanannya menuju salah satu meja kosong bukan meja teman-teman.

"Kayaknya lo sendirian sekarang!" ucapnya dalam hati.

Florin melangkah lebar ke arah gadis itu membuat Kenzo menepuk kedua bahu sahabatnya.

"Bakal ada pertunjukan!" beritahu Kenzo menunjuk Florin dengan dagunya. Mata Langit membulat melihat gadis itu yang akan menghajar Mela.

Florin menendang kasar meja di depan Mela membuat sebagian kuah makanannya tumpah di meja dan mengenai seragamnya, Mela menatap kaget makanannya lalu bajunya yang kotor.

"Lo apa-apaan sih?!" teriak Mela marah, kantin seketika senyap dan fokus melihat mereka. Florin manarik kasar bangku Mela dan memutarnya hingga menghadap ke arahnya.

"Lo--" kaget Mela dengan tindakan adik Alkana itu.

"Masih berani sekolah, hm?" tanya gadis itu pelan, jika kalian bertanya siapa yang menyebarkan vidio Mela di pesta pertunangan Alkana dan Liona? Jawabannya adalah Florin.

Mela langsung gelagapan, "Ya-ya iyalah, lagian apa yang harus gue takuti?"

Florin terkekeh menyeramkan, "Gue!" tegasnya sebelum menarik rambut Mela dan membenturkan kepala gadis itu ke meja beberapa kali.

"Akhhh!!" kaget orang-orang di kantin melihat tindakan mengerikan Florin. Begitu juga Mela yang sudah berteriak kesakitan.

"Kenapa? Sakit? Ini belum seberapa sama yang kakak gue rasain jalang!" maki Florin sebelum kembali membenturkan kepala Mela ke lantai.

Langit berniat bangkit untuk menghentikan kegiatan Florin, "Gak usah sok jadi pahlawan!" sentak Kenzo membuat bibir Langit mengerucut.

"Ihhh Kenzo! Nanti tuh cewek bisa mati!"

Kenzo menahan bahu Langit yang berniat bangkit, "Florin juga tau batasan, jangan ganggu kesenangan dia dan pertunjukan gue!"

Bintang mengangguk setuju, dan fokus melihat betapa beringasnya Florin di depan sana. Kenzo mengeluarkan ponselnya dan merekam kejadian itu, nanti ia akan mengirimnya pada Alkana.

"Stop! Atau lo kita seret ke ruang BK!" sentak seorang gadis tiba-tiba datang dengan seorang lelaki. Florin menghentikan kegiatannya dan melepaskan kepala Mela, gadis itu langsung terisak keras menahan sakit luar biasa di kepalanya.

Melihat Florin berhenti membuat Aurel senang, berarti gadis itu takut pada ancamannya. Aurel datang bersama Anhar yang sekarang menjabat sebagai ketua OSIS menggantikan Malvin.

Florin tersenyum miring, "Ternyata ada yang minat gantiin posisi dia..."

Mata Aurel melotot ketika Florin menarik kuat rambutnya dan membenturkan kepalanya ke meja kemudian mendorongnya hingga tersungkur di lantai. Rasa pusing nyerang kepala Aurel membuat gadis itu menutup matanya menahan sakit.

"Stop!" teriak Anhar. Lelaki itu berniat menyentuh Florin sebelum di belakangnya Langit datang dan memelintir lengan itu ke belakang. Akhirnya Kenzo membiarkan dirinya ikut campur karena Anhar berniat menganggu aksi Florin.

"Berani lo nyentuh dia, tangan lo patah!" sentak Langit membuat Anhar tidak berani berkutik. Di sudut sana Kenzo sudah bersorak, dan Bintang bertepuk tangan kuat seolah menikmati pertunjukan ini.

Florin menyisir rambut panjangnya ke belakang dengan jari-jari tangannya. Gadis itu mengambil mangkok makanan Mela dan menumpahkannya pada kepala Aurel membuat gadis itu berteriak keras.

"AKHHH LO APA-APANYA SIH BANGSAT!" teriaknya heboh saat kuah itu mengalir hingga ke seragamnya bahkan wajahnya. Florin mengeluarkan ponselnya untuk memotret Aurel dan Mela kemudian membagikannya di grup Venus.

"Ini baru permulaan." ucapnya penuh penekanan.

"Gue bakal bales lo sialan! Gue--AKHH MATA GUE PERIH!!" teriaknya heboh saat kuah itu memasuki matanya.

Florin terkekeh lalu melangkah pergi dari sana, dan Langit langsung melepaskan Anhar dengan kasar. Florin berhenti sejenak dan memberikan bogeman di wajah Anhar hingga lelaki itu tersungkur.

"Parasit!" sinis Florin melanjutkan langkahnya yang tertunda.

Sorakan heboh bergemuruh di kantin yang di dominasi oleh kaum Adam melihat betapa mempesonanya gadis pujaan mereka. Florin terlalu sempurna!











TBC!
Haiii!!! Apa kabar? Semoga selalu sehat.
Guys tolong share Alkana ya ke teman-teman kalian biar cerita ini makin rame hehe.

Kalian suka karakter Florin gak? Jawab di komen ya!

Btw author kan sudah bilang tidak akan ada drama amnesia di cerita ini, bahkan mungkin di cerita manapun yang aku tulis, guys plisss itu sinetron sekali😭.

Don't forget to Vote and Coment okay.

Follow my Instagram and subscribe channel YouTube aku.

See you:)

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 129K 49
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
1M 16.9K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
988K 81K 57
[Baca AGARISH 1 dulu] Masa jaya Pegasus belum selesai hanya sampai di SMA. Tetapi akan terus bersinar dibawah pimpinan AGARISH. Masa perkuliahan Ag...
191K 11.8K 54
Alleta Nadeleine, gadis cantik yang harus pindah sekolah karena mengikuti papanya yang bekerja. Namun, siapa sangka di sekolah barunya ini membawanya...