Physical Attack √

By Anzimo

371K 22.2K 358

Setelah tamat dari SMA Amona memutuskan untuk melanjutkan study nya ke Prancis, ia ingin menekuni kegemaranny... More

Prolog
1. Pulang
2. Viral
3. Gara-gara Tante Arum
4. Conference pers
5. Cerita lama
6. Croissant
7. Sherin-Justin day
8. Aku, Ayah, dan Bunda
9. Tante Arum VS Amona
10. Bakar-bakar
11. Little Things
12. Moa bakery
13. Ke lombok yuk?
14. Anak gadis ayah
15. Short story (Amona & Alden)
16. Lombok pt.1
17. Lombok pt. 2
18. Lombok pt. 3
19. Lombok pt. 4
20. Lombok pt. 5
21. Lombok pt. 6
22. Lombok pt. 7
23. Bucin? iiiiii
24. postingan singkat tentang AmoRon
25. ghosting
26. Teknik Marketing
27. Jaelangkung
28. cuddle
29. Konser
ekstra chapter
Info dan sequel(?)
ekstra lagi nih

30. The End

13.5K 700 23
By Anzimo

Senyum lebar lelaki yang kini berdiri dengan karismanya di atas panggung membuatku ikut merasakan kebahagiaan yang lelaki itu rasakan. Mungkin selama aku di Prancis aku tidak tahu bagaimana perjuangannya hingga sampai di detik ini. Bagaimana ia membawakan lagu ciptaannya sendiri dan bagaimana ia dengan bangganya sukses membuat para penonton di acara konsernya menikmati semua lagu yang ia nyanyikan.

Keringat yang membasahi pelipis Valeron menambah tingkat ketampanannya, apalagi ketika ia menyiramkan air dalam botol kebajunya saat ia kegerahan, benar-benar seksi yang membuatku sedikit kesal, sombong sekali ia mentang-mentang hari ini jadi tokoh utama yang di gandrungi remaja seenaknya memamerkan tubuh yang tercetak jelas karena kaosnya yang basah.

"Oke, sebelum acara ini berakhir, gue pengen ngadain challenge buat kalian semua." Kata Valeron dengan senyum merekah untuk para penggemarnya yang merespon dengan berbagai macam teriakan.

"Nanti akan ada lampu yang bakal muter dan nyari sasaran ke kalian, siapapun yang bakal ke sorot lampu di haruskan untuk maju ke depan sini, maksimal tiga orang, nanti bakal gue kabulin apapun keinginan kalian, asal keinginan kalian masih masuk akal ya....setuju?"

Para penonton berteriak serempak 'setuju!'

Lampu sorot di nyalakan, kali ini masih menghadap kearah sang tokoh utama malam ini, Valeron. Setelah itu ia menghitung dari 3 2 1, lampu sorot bergerak ke segala arah di bagian penonton, saat Valeron mengatakan kata stop, lampu tersebut berhenti di penonton yang ikut tersorot kamera sehingga wajah penonton tersebut terpampang jelas di layar besar yang ditampilkan di depan. Suara gemuruh kembali mengisi suara hening yang tadi sempat tercipta.

"Oke, silahkan kesini."

Penonton yang tadi terkena lampu sorot kegirangan berlari ke depan dengan semangat membuat beberapa penonton lain iri. Lelaki itu memakai kacamata hitam yang membuat dirinya begitu menawan tak kalah dengan idolanya.

Setelah naik ke panggung lelaki itu bersalaman dengan Valeron ala-ala mas bro sambil menepukkan bahu satu sama lain.

"Oke, jadi siapa nama lo dan dari mana asal lo. Terus jelasin kenapa bisa nonton konser kesini." Cecar Valeron dengan beberapa pertanyaan kemudian menyerahkan satu mikrofon kepada lelaki tadi.

"Halo semua! Kenalin gue Candra dari Lampung nonton konser kesini karena pengen liat Valeron yang bener-bener memukau hari ini, gue fans dia dari lagu physical attack," Kata lelaki tadi dengan napas ngos-ngosan terlihat lelah, semangat, dan senang menjadi satu.

"Wow, dari Lampung guys, okee... Jadi Can, lo mau apa dari gue,"

Sorakan penonton kembali terdengar heboh, merekomendasikan berbagai macam keinginan yang harus dilakukan dengan Valeron.

Lelaki tadi bergeming, seperti memikirkan sesuatu yang sangat serius, kemudian ia mendekatkan diri ke arah Valeron dan berbisik.

Sesaat kemudian mereka berdua tersenyum dan ber tos ria.

"Ehm, jadi Candra pengen gue sama dia nyanyi satu bait lagu 'Dia gadisku', oke... Bakal gue kabulin."

Alunan musik kembali terdengar, kini lelaki tadi memulai lagunya.

Bagaimana bisa ia terlihat cantik dengan dress putihnya
Bunga di tangannya pas dalam genggaman

Kemudian dilanjutkan dengan Valeron

Dia gadisku seorang, dia gadisku tersayang
Dia gadisku yang cantik dengan senyuman terbaik

Beralih ke lelaki tadi

Kau bagaikan bidadari, berjalan menyinari sanubari
Kau akan tetap jadi yang terbaik dikala pasang mata menatap sirik

Tepuk tangan terdengar meriah, setelah duet singkat mereka selesai, selanjutnya sesi foto dengan Valeron. Kemudian lampu sorot kembali berputar bersamaan dengan turunnya lelaki terpilih tadi.

"Stop,"

Kali ini lampu berhenti menyorot seorang gadis cantik yang mengenakan bandana berbentuk kelinci, ia tersenyum kegirangan sampai membuat matanya menyipit lalu berlari ke arah panggung dengan sama semangatnya seperti penonton pertama tadi.

"Oh wow, manis sekali." Komentar Valeron sontak saja membuat suara gemuruh penonton menyoraki gadis tadi. Ada yang ikut senang karena gadis itu terpilih, ada juga yang iri dengan gadis itu karena dipuji manis oleh Valeron, dan aku salah satu gadis yang iri tersebut. Apalagi melihat Aliya dan Sabrina yang duduk di sampingku kini juga menatap sinis ke arah panggung.

"Oke, perkenalkan diri, asal darimana, dateng kesini bareng siapa, dan mau apa dari gue," Tanya Valeron dengan nada manis, tidak seperti saat menanyai penonton pertama tadi membuat gemuruh penonton kembali bersorak dengan berbagai macam ekspresi.

"Halo semua nama aku Anya, aku dari Jakarta, aku dateng bareng temen-temen, aku pengen apa ya... Bentar mikir dulu kak," Ucap gadis tadi yang bernama Anya dengan suaranya yang lembut.

"Dih najis, sok cantik banget lagi, masih SMA kan lu, sok-sokan nonton konser, besok sekolah dek," Gerutu Aliya membuatku yang tadinya sedikit kesal dibuat tertawa terbahak.

"Jadi Anya mau apa?" Kata Valeron lagi dengan senyum yang membuatku muak.

"Eeeem... Minta peluk boleh gak kak,"

Telingaku sepertinya sudah tidak dapat menampung bunyi lagi, sorak sorai penonton kembali terdengar sangat memekakkan telinga, ini luar biasa membuat kepalaku pusing.

"Cohhhhh gatel," Teriak seorang penonton dari arah belakangku.

"Tenang-tenang, Anya minta di peluk ya? Waduh sebenernya gue takut ada yang marah nih, tapi karena tadi gue udah janji bakal kabulin apapun permintaan penonton yang kena lampu sorot, jadi oke, sini Anya gue peluk." Ujar Valeron mengarahkan tatapannya kepadaku yang langsung saja kuhadiahi dengan senyuman sinis.

Huuuuuuuuu!!!!!!

Valeron memeluk tubuh gadis itu yang tingginya hanya sebatas dada, pipi gadis tadi memerah sempurna dengan senyum lebar yang tak bisa ditahan.

Beberapa detik kemudian pelukan tersebut dilepas dilanjutkan sesi foto bersama Valeron seperti penonton pertama. Gadis tadi mendekat ke arah Valeron sampai tubuh mereka seperti benar-benar menempel satu sama lain. Sabrina mengelus punggung ku pelan sambil membisikkan kata-kata penenang.

"Sabar bu, kalo udah di belakang panggung langsung tebas aja titit Valeron bu, biar tau rasa, eh jangan deh itu keterlaluan," Kesal Aliya seolah mewakili diamku yang sedang menahan amarah.

Setelah gadis berbandana kelinci tadi turun dari panggung, lampu sorot kembali diputar. Kali ini cukup lama untuk Valeron memberhentikan lampu tersebut. Cukup membuat beberapa penonton di belakang ku yang dari tadi berteriak-teriak kini hening menunggu berhentinya lampu sorot itu.

"Stop,"

Tanganku berkeringat, Sabrina dan Aliya disampingku tersenyum menggoda kearahku. Lampu tadi berhenti tepat ke arahku, kini terpampang jelas wajahku yang tiba-tiba berkeringat di layar, sorakan kembali terdengar, kini lebih berisik dari sebelum-sebelumnya.

"Anjir! Udah deh guys ini mah disengaja, orang yang kena aja Amona," Gerutu salah satu suara dari belakangku.

Gawat, apakah aku akan banyak dicibir seperti gadis tadi? Bisa pingsan aku.

"Anjir udahlah, satu studio kalah kalo saingannya idaman Valeron," Sahut yang lain.

Di depan sana senyum jumawa Valeron tersungging, "Ayo, kok malah diem." Katanya.

Aku menatap Aliya dan Sabrina bergantian, tubuhku memanas ingin pulang, tidak bisa kalau jadi pusat perhatian seperti ini.

Aku menggelengkan kepala, "Gamau," Lirihku yang tentu saja bisa dilihat oleh semua orang karena wajahku jelas terpampang di dalam layar besar.

Semua kembali riuh mendapati responku, "Kok gamau?" Tanya Valeron dengan kerlingan mata, kemudian menyuruh penonton untuk mau membuatku maju kedepan.

"MAJU! MAJU! MAJU! MAJU!" Teriak mereka semua berbarengan membuatku semakin tidak ingin maju kesana tetapi Aliya menarikku untuk berdiri kemudian di bantu oleh Sabrina mendorong tubuhku untuk berjalan kedepan.

Aku tatap mereka penuh kegeraman, mau tidak mau aku berjalan kedepan. Ingin cepat-cepat menyelesaikan kegugupan yang saat ini menyerang diriku.

Sampai di panggung bahakan Valeron terdengar renyah, aku mendengus dan mencubit perutnya, tindakanku tadi sontak membuat riuh sorakan penonton.

"Wah, kurang ajar penonton satu ini,"

"oke... Jadi perkenalkan nama kamu, asal darimana, dan kesini sama siapa," Tanya Valeron yang kini terlihat serius.

"Amona, dari Jakarta, kesini sama temen," Singkatku yang kembali disoraki penonton.

"Jadi Amona mau apa dari Valeron,"

Huuuuuuu!!!!

ya Allah ini berisik sekali, benar-benar membuatku kegerahan dan kesal dengan bersamaan, tidak apa-apa deh Valeron pelukan tadi sama fansnya sampai akhir acara dari pada aku sendiri yang harus mendapatkan atensi lebih dihadapan ratusan ribu penonton.

Aku menatap lelaki didepanku dengan kesal lalu menggerutu tidak jelas yang kembali membuat Valeron tersenyum menikmati ekspresiku.

"Ishh, diem gak,"

"Ya kamu mau apa dari aku?" Tanyanya dengan menjauhkan mikrofon agar tidak terdengar.

Valeron kemudian mendekat kearahku, mengambil sesuatu dalam saku celananya kemudian berbisik kearah telingaku.

"Mau apa Amona?" Katanya kemudian menjauhkan diri dariku

Kembali mendekatkan mikrofonnya. Tersenyum manis dengan sorot mata yang hangat.

"Ehm.., jadi Amona pengen aku nikahin dia guys," Katanya yang disambut dengan teriakan penonton yang merespon ucapan Valeron dengan berbagai kata.

Aku mendengus kesal yang tak luput dari perhatian seisi studio, kulihat di sisi kanan panggung, tepat di barisan penonton VIP ada Tante Arum, Om Dirga, Bunda, Ayah, yang menatap kami dengan binar senyum bahagia. Ingin menangis saja rasanya ditatap mereka sedemikian rupa.

"Kok diem aja si Amona," Gerutu Valeron lalu merangkul bahuku yang kembali mendapat reaksi beragam dari para penggemarnya.

Aku bergeming menahan sesuatu yang ingin keluar dari mata. Sedetik kemudian kututup wajahku dengan telapak tangan dan buyar sudah pertahananku untuk tidak menangis, napasku tersendat-sendat. Valeron menarikku kedalam pelukannya. Meniup-niup wajahku yang memerah karena malu dan gerah, juga karena air mata yang turun tiada hentinya. Aku sudah tidak peduli bagaimana reaksi penonton yang begitu memekakkan telinga.

Setelah itu Valeron berbisik kepadaku. "Udah dong nangisnya, padahal aku belum ngomong apa-apa lho," Katanya dengan nada mengejek. Kucubit perutnya dengan penuh tenaga membuat ia meringis pelan. Lalu Valeron kembali berbicara dengan mikrofonnya.

"Kalian liat sendiri kan guys, Amona sering nyubit badan gue, nah.. Lagu physical attack memang terinspirasi dari dia, suka main fisik,"

Aku kembali menangis, tawa penonton mengisi isakanku yang memilukan.

"Tapi sampai sekarang pun, dia bahkan ga hapal lagu-lagu yang gue ciptain, padahal sebagian besar lagunya buat dia," Lanjut Valeron sok tersakiti tapi ketika menatapku kembali ia tersenyum mengejek. Kupukul dadanya pelan.

"Aw, tuhkan kalian liat sendiri, mama! Vale di pukul Mona," Adu lelaki itu menghadap kearah penonton dan tante Arum yang duduk dengan tenang di kursi VIP.

"Udah ih," Lirihku.

Valeron mengeluarkan sekotak cincin dihadapanku, kembali sorakan penonton menggema, aku berhenti menangis dan kini dadaku diserbu ribuan rasa yang tidak dapat kujelaskan dengan kata-kata. Sorot mata Valeron menatapku dengan tajam. Aku bingung dengan apa yang akan dia lakukan setelah ini.

"Di hadapan ribuan penonton, aku pengen ngungkapin sesuatu yang bahkan udah aku pikirin dari jauh-jauh hari sebelum kejadian ini berlangsung."

"Pengang dulu Mon," Katanya menyerah cincin kepadaku, aku mengambilnya dengan kikuk. Satu tangan Valeron memegang mikrofon, satu tangannya lagi memegang tanganku.

"Kemarin-kemarin aku udah minta restu sama papa, mama, ayah, bunda, Alden, bahkan ikan peliharaan ayah buat ngelamar kamu jadi istri aku. Mereka semua setuju kecuali ayah, ayah minta syaratnya kamu harus mau jadi istri aku, kalau kamu gamau, ayah ga setuju." Ucap Valeron membuat tawa para penonton terdengar.

"Sekarang aku tanya sama kamu, kamu mau ga jadi istri aku?" Tanya Valeron dengan santainya, padahal jantungku disini sudah berdetak tidak karuan, kakiku melemas. Rasa-rasanya seperti ingin pingsan.

Mata Valeron tak lepas dari mataku, "Plis Mon mau ya? Kalo gamau aku bakal di ketawain satu Indonesia," Kata Valeron kembali membuat gelak tawa para penonton begitu juga denganku yang kini tersenyum sambil mengusap air mata yang mengering.

Valeron mengarahkan mikrofon kepadaku, menyuruhku untuk berbicara.

Aku mendengus, "Kamu ngelamar aku buat jadi istri kamu tapi cincinnya udah ada di aku, itu berarti kamu maksa ga si Val," Kesalku. Sorakan penonton kembali bergemuruh.

Lalu teriakan "TERIMA! TERIMA!" mulai mengisi pendengaranku.

Valeron tersenyum dengan manis kearahku, "Pakein," Kataku pelan yang tentu bisa didengar oleh penonton karena mikrofonnya masih diarahkan kepadaku.

Dengan wajah berseri-seri Valeron memakaikan cincin tadi ke jari manisku. Setelah itu menarikku untuk didekap. Alunan musik terdengar. Lagu Physical attack mengalun mengakhiri acara dramatis yang terjadi barusan juga mengakhiri acara konser kali ini. Sebelum benar-benar berakhir Valeron mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah berpartisipasi dalam acaranya hari ini.

Aku kembali dibuat menangis didalam dekapan Valeron, huh, dasar cengeng.

Continue Reading

You'll Also Like

491K 18.4K 30
"Saya mohon maaf, tidak ada kantong janin di rahim ibu. Jadi bisa dikatakan kalau ibu belum hamil" Aku meremas rok yang kukenakan saat dokter kandung...
2.1M 160K 45
Karena kejadian tanpa kesengajaan di satu malam, Mima jadi harus kehilangan waktu-waktu penuh ketenangannya di kantor. Memergoki atasannya sedang ber...
565K 27.7K 31
Angkasa membenci Rainy, itu kenyataannya. Ada harga yang harus dibayar Rainy karena ibunya telah menghancurkan keluarga Angkasa. Lantas apa saja yang...
4.7M 556K 34
Setiap orang pasti pernah melakukan satu kesalahan besar. Kesalahan yang membuatnya menyesal bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Bagi Gadis, kesal...