THIS IS MINE, NOT YOURS || JJK

By xanzalie

1.2K 260 46

(name) mengira segala hal yang terjadi dalam hidupnya adalah sebuah euphoria yang tidak akan pernah terlupaka... More

Lembar 1
Lembar 3
Lembar 4
Lembar 5
Lembar 6
Lembar 7
Lembar 8
Lembar 9

Lembar 2

141 30 9
By xanzalie

"Bagaimana dokter? Apa putriku akan baik-baik saja?"

Segera setelah (name) melepaskan stetoskopnya, ia tersenyum seraya mengusap puncak kepala seorang gadis kecil yang sedang terbaring penuh keringat.

"Syukurlah gejalanya masih ringan jadi putrimu akan baik-baik saja. Sepertinya akhir-akhir ini putrimu sering keluar dan bermain ketika matahari sedang panas-panasnya, benar begitu?"

Kedua orang tuanya mengangguk pelan. "Benar. Beberapa hari ini dia memang sering bermain ketika cuaca sedang terik," ucap sang ibu. Suaminya ikut menimpal. "Apa itu berbahaya?"

Wanita itu membereskan peralatannya. "Bagi anak-anak yang sedang dalam masa aktif-aktifnya, bermain di luar ketika cuaca sedang terik memang tidak bagus karena bisa menyebabkan serangan panas. Bukan hanya anak-anak saja, tapi kita orang dewasa pun bisa terkena serangan panas."

"Aku akan memberikan obat penurun panas agar demamnya segera reda. Selain itu, jangan membungkus tubuh putri kalian dengan baju atau selimut yang tebal karena bisa menyebabkan tubuhnya menjadi lembab dan dingin karena keringat. Beri dia makanan seimbang dan banyak minum air putih agar tidak dehidrasi."

Mendengar penjelasan yang cukup panjang membuat kedua orang tua itu mengangguk puas dan berterima kasih pada (name). Gadis kecil yang tadinya hanya terbaring saja juga memaksakan dirinya untuk duduk dan berterima kasih pada (name).

Begitu keluar, rupanya kepala desa sedang duduk bersandar seraya menikmati angin sepoi-sepoi. Dia bahkan terlihat terkantuk-kantuk karena kepalanya hampir sering terjatuh secara tidak sengaja.

"Pak kepala desa?"

"Ya??"

Refleks pria tua itu menegakkan kembali tubuhnya. Wajahnya mendadak berubah cerah, lebih tepatnya dia terkejut karena panggilan (name) yang tiba-tiba.

Wanita itu terkekeh pelan. "Saya sudah selesai. Apa masih ada anak yang perlu saya temui?" tanyanya dengan nada sopan.

Kepala desa itu menggeleng. "Ini adalah rumah terakhir. Semoga saja tidak ada kejadian anak demam lagi setelah ini."

Memang sejak (name) menyanggupi permintaan kepala desa, mereka berkeliling dan mendatangi beberapa rumah yang tercatat ada seorang anak yang sakit disana. Mungkin ada sekitar lima rumah yang didatangi oleh (name) bersama kepala desa pagi ini.

Rata-rata penyebab demam yang dialami oleh mereka adalah sama. Di saat musim panas seperti ini memang tidak aneh kalau menjumpai anak-anak yang terkena demam. Orang tua hanya perlu mengontrol dan membatasi anak-anak mereka agar tidak bermain saat matahari sedang terik-teriknya.

Mereka berdua berjalan bersama menyusuri perumahan yang amat sederhana. Kebanyakan rumah-rumah di desa ini masih bergaya tradisional. Meskipun sudah ada rumah yang semi modern, peminat rumah tradisional masihlah banyak apalagi untuk turis-turis yang datang berkunjung ke desa ini.

"Mama!!"

Terdengar suara yang nyaring dari kejauhan ketika (name) sedang mengobrol dengan kepala desa. Begitu wanita itu menoleh ke belakang, Kazuki bersama teman sebayanya tengah berlari ke arahnya sambil membawa sebuah kincir angin di tangan mereka.

"Mama lihat! Kami semua membuat kincir angin!" ujar Kazuki dengan mata berbinar.

(name) terkikik geli. "Kalian sangat hebat. Diajari siapa?"

Seorang anak bernama Koutarou menjawab dengan bangga. "Paman Yuuji yang mengajari kami!"

Yuuji, atau nama lengkapnya Itadori Yuuji adalah seorang pemuda yang sering bermain bersama anak-anak, termasuk Kazuki. Yuuji memang punya daya tarik tersendiri untuk anak-anak. Dia selalu saja membuat anak-anak nyaman bermain bersamanya dan dia juga mengajarkan banyak hal pada mereka.

Seperti halnya sekarang. Lelaki itu nampaknya mengajarkan bagaimana cara membuat kincir angin yang terbuat dari sebilah bambu dan kertas karton. Memang terlihat seperti mainan sederhana tapi bagi anak-anak itu adalah suatu kebahagiaan dan kepuasan.

Eiji, salah satu teman Kazuki, mengayunkan gagang bambu itu ke udara, membuat kincir itu bergerak sesuai arah angin. Hal itu diikuti Kazuki dan Koutarou yang juga ikut menggerakkan kincir anginnya.

"Apalagi yang diajarkan Nak Itadori pada anak-anak ini," celetuk kepala desa seraya tertawa menggelengkan kepalanya. (name) ikut tertawa. "Semoga saja dia tidak mengajarkan yang aneh-aneh pada anak-anak polos ini."

Tak lama berselang, kepala desa pamit undur diri diikuti Eiji dan Koutarou yang mengekorinya. Kini tinggal (name) dan Kazuki yang melanjutkan perjalanan mereka menuju rumah.

Layaknya anak-anak pada umumnya, Kazuki berlari-lari kecil untuk membuat kincir anginnya bergerak. Dia bahkan sesekali melompat untuk menggapai angin setinggi yang ia bisa.

(name) mengawasi putranya sedari tadi. "Hati-hati, sayang... Nanti bisa jatuh."

Kazuki tersenyum. "Dimengerti, Mama!" balasnya girang, membuat wanita itu menggelengkan kepalanya karena tidak biasanya anak itu menjawab demikian.

Selama perjalanan sesekali ibu dan anak itu bercanda dan menceritakan hal apapun. Topiknya tidak kesana, tidak kesini. Mereka hanya menceritakan apa yang muncul di dalam kepala mereka secara spontan.

"Nyonya Sasaki? Kazuki?"

Yang dipanggil menolehkan kepalanya. Suara seorang lelaki yang (name) dan Kazuki kenal siapa pemiliknya itu.

"Paman Megumi!!"

"Megumi? Sedang apa kau disini?"

Fushiguro Megumi, tetangga (name) yang tinggal di belakang rumahnya tengah berjalan bersama dua anjing kesayangannya. Kazuki yang memang selalu tidak tahan setiap melihat kegemasan kedua anjing itu berlari mendekati Megumi dan meminta izin untuk mengusap tubuh kedua anjing itu.

Tentu saja Megumi membolehkan. Selagi anak itu bermain dengan kedua anjingnya, ia menghampiri (name) yang masih berdiri di tempatnya semula.

"Sepertinya anda baru saja menemui pasien," ujarnya. Dia sadar kalau (name) menenteng tas kecil yang biasa wanita itu bawa untuk mengunjungi pasien.

Wanita itu mengangguk. "Kepala desa memintaku untuk menemui anak-anak yang terkena demam," terangnya. Megumi hanya ber-oh ria.

Kini tiga orang bersama dua ekor anjing itu berjalan bersama-sama sambil mengobrol ringan.

"Kau belum menjawab pertanyaanku."

"Pertanyaan yang mana?" tanya Megumi memiringkan kepalanya.

(name) menghela napas pelan. "Tadi aku tanya sedang apa kau disini."

Lelaki yang lebih muda tiga tahun dari (name) itu menunjukkan ekspresi kaget. Dia baru ingat kalau (name) menanyakan hal itu padanya tadi. "Aku baru kembali dari toko hewan untuk membeli makanan anjing," ujarnya seraya menunjukkan sebuah kantong plastik berwarna hitam di tangannya. Kini giliran (name) yang ber-oh ria.

Ketika dua orang dewasa itu asyik mengobrol, lain dengan Kazuki yang anteng dengan dua anjing Megumi. Dia berlari kesana-kemari untuk mengajak dua anjing itu bermain. Melihat itu (name) langsung bereaksi.

"Jangan lari-lari, nanti bisa sakit," tegurnya. Tapi Kazuki terus bermain dengan kedua anjing Megumi tanpa menghiraukan ucapan sang ibu.

Megumi bersuara. "Semoga saja dia tidak sakit seperti anak-anak lain."

Tapi kenyataannya...

Keesokannya Kazuki sakit sama seperti anak-anak lain. Dia terkena serangan panas yang menyebabkan dia demam seperti sekarang. Bahkan kemarin malam suhu tubuhnya sempat meningkat drastis sampai-sampai (name) harus sering mengganti kompresan untuk mendinginkan tubuh Kazuki.

"Mama... Pusing..."

Dengan sigap (name) mengusap surai putih Kazuki, berharap rasa pusing yang dirasakan putranya itu bisa berkurang. Bibir Kazuki terlihat pucat dan tatapan matanya juga kosong. Sangat berbeda dari dia yang biasanya. Berkali-kali Kazuki berganti baju karena tubuhnya berkeringat cukup banyak.

Semalam kemarin (name) langsung memberikan obat penurun panas untuk putranya dan tadi pagi adalah untuk yang kedua kalinya.

Anak itu berbaring di ruang tengah ditemani sang ibu yang dengan setia berada di sampingnya.

"Mama..."

"Ada apa sayang? Kau butuh sesuatu?"

Kazuki menggeleng. Ia meraih tangan sang ibu lalu menaruhnya di atas keningnya. "Apa aku bisa sembuh?" tanyanya dengan nada lemah.

Melihat kondisi putranya yang seperti ini sungguh membuat hati (name) terasa sakit. Rasanya ingin sekali penyakit Kazuki pindah pada tubuhnya agar anak itu tidak perlu mengeluh seperti ini. Putranya yang biasanya terlihat ceria kini harus terbaring lemah karena demam.

(name) kembali mengusap kepala Kazuki penuh kasih sayang dan mengecup keningnya. "Pasti sembuh. Kamu lupa siapa Mamamu ini, hm?" hibur (name).

Kazuki tersenyum. "Mama adalah seorang dokter," balasnya dengan nada lemah tapi terdengar bersemangat.

Wanita itu tertawa kecil dan ikut membaringkan tubuhnya di samping putra kesayangannya. Lantas ia memeluk tubuh kecil itu dengan satu tangannya. "Mama pasti akan melakukan yang terbaik untukmu." Kazuki menenggelamkan tubuhnya dalam pelukan sang ibu.

"Aku sayang Mama."

"Mama lebih menyayangimu."

***

Di sebuah ruang kantor yang cukup besar, Satoru sedang duduk di kursi kebesarannya sambil mengotak-atik komputernya. Ia iseng menggerakkan kursinya ke kanan dan ke kiri hanya untuk mengusir rasa bosannya.

Tok tok tok

"Masuk."

Begitu lelaki itu berkata demikian, seorang perempuan berambut hitam keunguan datang menenteng sebuah kotak kecil di tangannya.

"Satoru, apa kau sedang sibuk?" tanya Utahime. Tanpa menggerakan pandangannya, Satoru menjawab Utahime. "Apa aku terlihat sedang menganggur di matamu sekarang?"

Sesaat Utahime terdiam. Dia menggigit bibir bawahnya dengan sorot mata yang berubah sendu.

Perempuan itu berjalan mendekati meja Satoru dan menaruh sebuah kotak bekal yang sedari tadi ia bawa.

"Apa ini?" tanya Satoru to the point.

Utahime sedikit menunduk. "Makan siangmu. Kudengar kau belum makan apapun selama beberapa hari terakhir dan hanya minum kopi. Itu tidak bagus untuk kesehatanmu," terangnya panjang. Tapi respon Satoru diluar ekspektasi.

Bukannya merasa tersentuh, Satoru yang semula fokus pada komputernya kini menatap Utahime tajam dengan mata biru terangnya.

"Apa kau seorang dokter sekarang sampai berani menceramahiku tentang kesehatan?"

Utahime tersentak. Nada bicara Satoru terdengar kejam di telinganya. Apalagi ia juga bisa merasakan tatapan Satoru yang terasa dingin menusuk hati kecilnya.

Dengan rasa takut perempuan itu mendongak dan balas menatap Satoru. Suaranya terdengar bergetar menahan tangis.

"Aku begini karena aku peduli padamu! Apa kau tidak tau seberapa khawatirnya aku saat aku mendengar kabar kalau kau belum makan apapun sampai sekarang?! Dan lihatlah matamu! Kau butuh istirahat, Satoru... Jangan memaksakan dirimu seperti ini..."

Pada akhirnya Utahime mengeluarkan cairan bening dari kedua matanya. Ia menangis tersedu-sedu di hadapan Satoru karena ia merasa kekhawatirannya selama ini tidak dihargai oleh orang yang ia cintai.

Pria itu memejamkan kedua matanya seraya memalingkan wajahnya. Dia mengambil napas dalam lalu menghembuskannya cepat.

Melihat Utahime yang menangis seperti ini membuat Satoru merasa terganggu. Entah mengapa dia merasa muak melihat Utahime yang menangis seperti ini. Biasanya ia akan langsung mendekat dan memeluk Utahime ketika perempuan itu menangis. Tapi kali ini rasanya dia tidak ingin melakukan itu.

Tapi semakin lama tangisan Utahime terdengar semakin kencang. Satoru mendecakkan lidahnya. Bisa gawat kalau teman kantornya mendengar suara tangisan Utahime seperti ini.

Dengan berat hati dan perasaan terpaksa, lelaki itu menghampiri Utahime dan memeluknya menggunakan sebelah tangannya.

"Maaf."

Seketika tangisan Utahime berhenti. Ia balas memeluk Satoru lebih erat bahkan wajahnya ia duselkan pada dada bidang kekasihnya.

Mungkin Utahime merasa senang dan bahagia saat ini. Tapi percayalah, di dalam lubuk hatinya, Satoru merasa tersiksa dan tertekan oleh keadaan.

***

Setelah kepergian Utahime, Satoru kembali duduk di kursinya dan langsung menyandarkan punggungnya. Ia menghela napas panjang. Sepertinya hari ini dia sudah sering menghela napas.

Satoru melirik kotak bekal pemberian Utahime. Tapi dia merasa tidak nafsu untuk memakannya. Jangankan makan, membukanya saja dia tidak mau.

Lelaki itu memejamkan kedua matanya. Tiba-tiba ucapan Utahime teringat kembali di kepalanya.

"... Kudengar kau belum makan apapun selama beberapa hari terakhir dan hanya minum kopi. Itu tidak bagus untuk kesehatanmu."

Satoru mengalami deja vu. Rasanya seperti dia ingat seseorang juga pernah mengatakan hal yang sama pada dirinya dahulu.

"Dokter..." gumamnya seraya mengawang-awang melihat ke arah langit-langit.

"Siapa...?"

***

Beberapa hari berselang, kini Kazuki sudah sembuh dan kembali menjadi dirinya sendiri. Ia diperbolehkan bermain oleh (name) tapi dengan satu syarat, yaitu ketika matahari sedang terik dia tidak boleh main di luar. Kazuki menyetujui permintaan sang ibu dan menurutinya dengan patuh.

Siang ini, Kazuki beserta dua temannya sedang bermain di halaman rumah (name). Tentu saja bermain di tempat yang teduh. (name) juga menyuguhkan minuman dingin dan makanan ringan pada anak-anak itu untuk menemani mereka bermain.

"Kalian disini rupanya."

Anak-anak yang melihat kedatangan seseorang lantas berteriak senang.

"Paman Yuuji!!"

(name) yang tengah di dapur menolehkan kepalanya dan mengintip dari kejauhan. Seorang lelaki dengan rambut merah muda datang menghampiri anak-anak sambil membawa sesuatu.

"Paman bawa apa??" tanya Koutarou penasaran. Yuuji merendahkan tubuhnya dan membuka sebuah kotak kecil yang ia pegang di tangan kirinya.

"TARAA! Kumbang badak!"

"WAAAA!!!"

Melihat reaksi ketiga anak itu membuat Yuuji tersenyum lebar. "Ayo kita main adu kumbang!"

"AYO!!!"

Dari kejauhan, (name) tersenyum simpul melihat semangat Yuuji yang membara.

"Sepertinya dia yang paling menikmati permainan itu."

TBC

Keinget Itto yang ngadu kumbang sama anak kecil (ytta) tapi kayaknya Yuuji gak bakal ngalah sih, dia yang paling semangat soalnya😌🤣

Fyi, mungkin yang belum tau penyakit demam di cerita ini disebut heat stroke

‼️Heat stroke‼️ adalah demam yang disebabkan karena cuaca panas dimana tubuh tidak bisa mengontrol suhu badan yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh secara drastis (sumber: kemkes dan alodokter)

Continue Reading

You'll Also Like

69.2K 7.1K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
122K 8.8K 56
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
34.2K 7.6K 38
Selama ini Taehyun tidak pernah menyadari jika cowok populer di kelasnya itu berhasil membuat dirinya menjadi seperti orang bodoh karena jatuh cinta...
149K 15.2K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...