Fatamorgana Arthaya

By adenurmilah

176 103 58

"Jangan ikutin gue!" "Emang kenapa?" "Gue risih!" Artha mengurung gadis itu "asal lo tau, sejauh apapun lo pe... More

Prolog
1. Kantin
2. Cantik

3. Sampai Jumpa

10 4 8
By adenurmilah

plak

"Saya juga menyesal melahirkan kamu ke dunia ini!" ucap Firda melayangkan satu tamparan di pipi manis Aira.

Aira meringis memegang pipinya. Bukan, bukan karena luka perih akibat tamparan Mamanya, tapi luka batin akibat ucapan menusuk Firda membuat sesak di dada Aira semakin memuncak.

"Kenapa ga dari dulu Mama bunuh Aira aja Ma?" tanya Aira meringis.

"Kenapa Mama biarin aku hidup?"

Firda mengambil gunting yang berada di meja. Bergerak maju menghampiri Aira.

"Harusnya dari dulu saya bunuh kamu ya," senyum melengkung Firda tercipta kala ia menodongkan gunting ke arah Aira.

Langkah kaki Aira mundur, kakinya bergetar ketika melihat Mamanya saat ini.

"Harusnya dari dulu saya gugurin kandungan yang isinya itu kamu ya," Firda masih bergerak maju membuat Aira mewanti-wanti pergerakan Firda.

Firda berada di hadapan Aira dengan gunting di genggamannya. Aira terlihat menatap Firda dalam, tak ada tatapan kasih sayang disana yang terpancar di wajah Firda. Apakah Firda sebenci itu dengan Aira?

"HARUSNYA KAMU GAK PERNAH ADA DI DUNIA INI AIRA!"

Bugh

Gunting itu tertancap sempurna.

***

Artha baru saja pulang dari aktivitas malamnya. Hari ini cukup melelahkan tapi itu dibayar lunas ketika Aira hadir dalam performnya tadi. Senyum tipis tak henti-henti Artha ukir membuat Ibunya geleng-geleng kepala.

"Hayo habis darimana kamu, kok senyum-senyum terus ibu lihat," ujar Vina-Ibu Artha.

"Ibu kok belum tidur?" tanya Artha lalu menghampiri dan mencium ibunya.

"nungguin kamu kak," ucap Vina pelan.

"Ibu ga usah nunggu kakak pulang, ibu tidur aja nanti ya," ucap Artha mengambil duduk di samping Vina yang sedang menonton televisi.

"Gapapa kak, masa ibu ga boleh nungguin anaknya pulang sih," ujar Vina dengan senyum tulusnya.

"boleh ibu, Bu tadi aku ketemu Aira. Aira dateng terus liat Artha tampil Bu. Artha seneng banget," ucap Artha dengan penuh antusias.

Vina mengulas senyum simpul karena melihat anak laki-lakinya sekarang sedang menceritakan perempuan lain dihadapannya.

"Nanti jangan lupa dibawa ke rumah ya kak, ibu mau tau gadis seperti apa yang bikin kamu antusias seperti ini," ujar Vina sembari mengelus lembut rambut Artha.

"Dia cantik Ibu, tapi masih cantik ibu. Dia baik, dan dia lucu Ibu," ucap Artha.

Berita Terkini
Telah terjadi penusukan yang diduga terjadi cekcok dalam keluarga. Luka tusuk akibat gunting yang dialami korban  membuat korban langsung dilarikan ke rumah sakit. Belum diketahui siapa yang menjadi pelaku.

Di televisi itu sangat jelas sekali wajah tangis gadis yang baru saja diceritakan Artha ke Ibunya. Gadis yang disuruh Vina untuk diajak ke rumahnya.

***

Vanya melewati koridor rumah sakit dengan cepat. Melangkah melewati beberapa orang yang hampir ia tabrak. Artha mengikuti dibelakang berharap mereka akan cepat sampai di tujuan.

"Van hati-hati! Lo hampir nabrak pasien disini," ujar Artha menarik tangan Vanya.

Vanya menghempaskan tangan Artha, "gue ga punya banyak waktu!"

"Bukan cuman lo yang khawatir sama Aira Van, gue juga! Jadi please hati-hati atau lo akan lebih lama ketemu Aira," jelas Artha membuat Vanya diam mengerti.

Kali ini langkah Vanya lebih hati-hati. Artha benar dan ia tak ingin lebih lama lagi untuk bisa bertemu Aira.

"Lagian ni rumah sakit kenapa gede banget dah," dengus Vanya kesal.

"Aira pasti gapapa kan Ar," ucap Vanya menoleh ke Artha.

Artha menganggukan kepala, "semoga ya."

Di ujung koridor rumah sakit terlihat seorang gadis yang sedang duduk termenung dengan tatapan kosong. Dunianya kali ini benar-benar runtuh tak ada lagi harapan apapun untuk dia hidup.

Aira melihat sendiri bagaimana ibunya menatap dengan penuh benci. Aira melihat sendiri bagaimana ibunya ingin sekali ia tak ada di dunia ini. Aira juga penyebab ayahnya harus terbaring lemah di rumah sakit dan membuat ibunya harus mendekam di penjara. Lalu untuk apalagi ia hidup?

Tangan Aira merogoh saku celananya. Mengambil cutter yang entah sejak kapan ada disana. Aira mengarahkan cutter itu ke nadi tangan kirinya. Bayang-bayang ringisan ayahnya akibat tusukan gunting Firda demi melindungi dirinya kembali terputar.

Cutter itu mengiris indah pergelangan tangan Aira. Darah mengalir segar membuat Aira merasa lega. Lega akibat rasa sakit bukannya tak akan bertahan lama?

"LO UDAH GILA AIRA!" pekik Vanya melihat Aira mengiris pergelangan tangannya.

Vanya mengambil cutter tersebut lalu melemparnya asal. Sedangkan Artha kaget melihat Aira sehancur itu sekarang.

"Gue udah ga mau hidup Van!" ujar Aira menahan sesak di dadanya.

Vanya menggelengkan kepala, "Engga Ra, lo ga boleh ngomong gitu."

"Gue yang bikin keluarga gue hancur, terus untuk apa gue hidup!" ucap Aira menatap kosong pandangannya.

"Untuk apa Van? Kasih gue alasan untuk apa gue hidup!" bentak Aira frustasi.

"Untuk gue yang sayang sama lo Aira!" ucap Artha membuat Aira terdiam seketika.

"Untuk Vanya yang juga sayang sama lo," lanjut Artha.

"Seenggaknya kalau lo ga bisa bertahan buat diri lo sendiri, please bertahan buat orang-orang yang sayang lo," ucap Artha lalu membalut luka tangan Aira.

"Jangan pergi Aira," ucap Vanya sembari mendekap Aira.

Tiba-tiba dokter keluar dengan tatapan gelisah membuat Aira, Artha dan Vanya langsung menghampirinya. 

"Kondisi ayahmu saat ini sedang mengalami kritis Aira, kami akan berusaha semaksimal mungkin agar ayahmu bisa melewati fase kritisnya."

Djuarr

Kaki Aira tak sanggup lagi menahan tubuhnya. "Ya Tuhan apalagi ini."

"Saya tahu ini kondisi yang berat untuk mu. Tapi lebih baik kamu banyak-banyak berdoa untuk kesembuhan ayahmu."

"Terima kasih dok," ucap Artha lalu menuntun Aira agar segera duduk.

"Ayah lo pasti sembuh Ra," ucap Vanya menyakinkan.

***

"Lo mau pesen apa Ra?" tanya Artha ketika mereka sedang berada di kantin rumah sakit. Butuh waktu beberapa jam untuk membujuk Aira agar mau diajak makan. Harus Artha katakan jika Vanya adalah pembujuk yang handal sehingga membuat Aira yang mempunyai sisi keras kepala sangat tinggi  bisa luluh.

"Apa aja."

"Gue pesenin nasi goreng mau? lo pasti belum makan kan," tanya Artha berusaha membuat Aira sedikit bersemangat.

"Iya."

"Oke tunggu ya, gue pesenin dulu. Minumnya mau apa?" tanya Artha tanpa menyerah.

"Terserah."

"Oke-oke jawaban klasik cewe banget ya," ucap Artha lalu berjalan menuju pentry makanan.

Aira menatap pundak Artha yang semakin menjauh. Laki-laki itu entah sampai kapan tahan terhadap sikapnya. Aira tak habis pikir juga bisa-bisanya Artha lebih memilih menemani dia daripada melakukan urusan penting lainnya.

Artha telah kembali dengan dua piring nasi goreng. Menyodorkan sepiring tersebut ke hadapan Aira.

"Lo mulai suka ya sama gue?" tanya Artha dengan tatapan meledek.

"What?" kaget Aira.

"Atas dasar apa lo menyimpulkan seperti itu?" tanya Aira kesal.

Artha mengulum senyumnya, "mata lo ga berhenti liatin gue pas gue lagi pesen makanan, gue ga kemana-mana kok."

"Dih serah gue lah. Mata, mata gue!" kesal Aira membuat Artha hanya menahan cekikikannya.

Suasana menjadi diam kala tak ada lagi obrolan. Aira hanya mengaduk nasi nafsu makannya hilang entah kemana.

"Makan Ra, atau mau gue suapin?" tanya Artha.

Aira hanya mendelik kesal, "gausah modus!"

"Lo ngapain si disini?" tanya Aira yang mulai melahap nasi gorengnya.

"Emang ada aturan gue ga boleh disini?" tanya balik Artha.

Aira menghela napas kasar, "kalau lo cuman kasian ke gue, mending lo pulang! gue ga perlu dikasihani."

"Sehari aja bisa ga si lo ga ketus ke gue," ujar Artha.

"Ga bisa!"

"Kenapa?"

"Ya ga bisa aja, lo kenapa ngeselin si!" ujar Aira lantang-lantang.

"Lo makin lucu Ra kalau kayak gini," bisik Artha.

Drtdrtdrt
Handphone Aira berdering menandakan ada telpon masuk. Aira langsung menggeser icon hijau membuatnya langsung tersambung ke penelpon.

"Gue kesana sekarang!" ucap Aira lalu meninggalkan Artha tanpa memberitahu ada hal apa.

Continue Reading

You'll Also Like

444K 46.9K 20
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
2.6M 263K 62
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
654K 8.5K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
2.6M 150K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...