ALKANA [END]

By hafifahdaulay_

795K 38.4K 3.1K

Alkana Lucian Faresta dan pusat kehidupannya Liona Athena. Alkana mengklaim Liona sebagai miliknya tanpa pers... More

PROLOG
CAST
Trailer
CHAPTER 01
CHAPTER 02
CHAPTER 03
CHAPTER 04
CHAPTER 05
CHAPTER 06
CHAPTER 07
CHAPTER 08
CHAPTER 09
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
EPILOG
New Story! (Squel)

CHAPTER 34

9.3K 524 56
By hafifahdaulay_

Happy reading:)

"Nasib kalian sama cuma alasan penderitaan kalian aja yang beda."

~Alkana Lucian Faresta~

Suasana jalanan nampak begitu indah di penuhi lampu-lampu kendaraan dan gedung-gedung tinggi, seorang gadis mengeratkan pelukannya pada tubuh di depannya ketika merasakan kecepatan kendaraan semakin tinggi. Saat lampu merah mereka berhenti begitu juga kendaraan lainnya, Liona menatap mobil yang kebetulan berhenti di samping mereka.

Liona kenal mobil itu, itu mobil milik Arga. Tiba-tiba pintu kaca mobil pengemudi dibuka, benar saja, Arga duduk di sana tanpa menyadari kehadirannya, apalagi dia dan Alkana mengunakan helm full face. Namun raut wajah Arga nampak masam dan sedikit gusar.

Dapat Liona lihat di samping Arga ada Aurel yang sedang sibuk membuka kotak, Liona tau itu kotak barang bermerek yang sering kali Alkana ataupun Teresa berikan untuknya.

Selesai membuka kotak, Aurel langsung mengeluarkan sebuah tas dari sana, mata Liona terbelalak, tas keluaran Dior di tangan Aurel sekarang persis seperti miliknya saat mereka datang ke rumah mengantarkan undangan pertunangan. Liona mengepalkan tangannya, dasar penyakit iri dengki!.

Tepat sekali Tuhan memperlihatkannya sekarang, setelah gadis itu baru membelinya. Apa ini alasan ekspresi gusar di wajah Arga, Liona tau kondisi ekonomi Arga bagaimana, jelas itu harga tas itu sangat menguras tabungan bagi kalangan mereka. Berbeda dengan kalangan Alkana yang seperti membeli permen saja.

"Jadi dia merengek minta di beliin Papa, cih anak angkat gak tau diri!" makinya dalam hati, jangan lupa jika Liona belum tau jika Aurel sebenarnya anak kandung Arga.

Lampu berubah hijau, seketika Arga menutup kembali kaca mobilnya dan melajukan kendaraannya begitu juga Alkana dan pengendara lain.

"Aku ngebut gak papa kan sayang?!" tanya Alkana sedikit berteriak memegang stang motor sebelah kanan, sedangkan tangan kirinya memegang tangan Liona yang melingkar di perutnya.

"Gak papa ngebut aja!" jawab Liona berteriak juga. Alkana memegang kedua stang kembali lalu membawa motornya mengebut menunju markas Xanderoz.

Alkana memberhentikan motornya ketika mereka sudah sampai, markas sangat ramai, seolah semua anggota Xanderoz benar-benar hadir di sini, bukan tanpa alasan, karena malam ini bukan malam biasa. Malam ini balapan antar beberapa geng motor akan di langsungkan.

Banyak sekali motor parkir di halaman markas, Alkana mengandeng tangan Liona untuk masuk, saat di halaman seperti biasa mereka yang menyadari kehadiran Alkana langsung menghentikan aktifitasnya dan menunduk memberikan hormat.

"Selamat malam Bos! Sekali lagi selamat atas pertunangan kalian." ucap mereka serempak membuat Liona terkekeh. Gadis dengan celana jins hitam panjang dan jaket kulit hitam itu nampak sangat cantik, rambutnya di biarkan tergerai bebas, jangan lupakan sepatu boot hitam di kaki jenjangnya.

"Thanks kita ke dalam dulu, yang mau ikut nanti jangan lupa siap-siap." ucap Alkana mengisyaratkan motornya pada mereka agar di bawa masuk untuk di modifikasi.

"Oke Bos!"

Liona menatap sekelilingnya, banyak yang bermain game online, billyard, minum bersama, dan yang paling banyak adalah mereka yang sedang memodifikasi motor. Liona melihat banyak sekali alat-alat bengkel di sini, Liona tidak tau apa saja namanya, Liona juga melihat banyak knalpot dan mesin baru, dan beberapa tabung mirip seperti pemadam api mini di rumah.

"Itu apa?" tanya Liona menghentikan langkahnya. Alkana tersenyum miring melihat mainannya, rahasia dirinya selalu menang balapan.

"Itu NOS (Nitrous Oxide System), fungsinya menaikkan performa kendaraan dan cuman dalam waktu sekejap dalam modifikasi mesin." jelas Alkana melepaskan jaketnya. Motornya yang tadi terparkir di luar di dorong oleh seorang lelaki masuk ke dalam.

"Ini aman?" Liona agak ragu sepertinya.

Alkana mengangkat bahunya acuh, "Sebenarnya itu tergantung yang make, kalo belum mahir bahaya, karena ini gampang meledak, apalagi setelah di pakai. Tapi sejauh ini aman-aman aja sayang, gak usah khawatir. Dan sebenarnya ini kebanyakan di pake buat mobil, tapi gak jarang juga ada yang make buat motor."

"Kayak kamu contohnya?" tanya Liona yang tentu tidak memerlukan jawaban lagi.

"Rahasia Alkana selalu menang balapan!" beritahu Langit yang tiba-tiba datang dan langsung merangkul Liona sok akrab. Liona mengangguk saja, tak menyadari singa di sampingnya sudah mengeluarkan taring.

"Lo mau mati!" sinis Alkana penuh penekanan, Langit langsung melepaskan rangkulannya dengan cepat lalu terkekeh geli dengan wajah tengilnya.

"Aelah Bos gitu doang! Posesif banget!" candanya, dirinya memang sengaja merangkul Liona untuk memanas-manasi Alkana. Bintang meringis melihat tatapan Alkana untuk Langit dari sudut markas.

"Nyari mati lo Ngit! Mampus!" teriak Bintang.

"Sekali lagi lo rangkul Liona, siap-siap kehilangan tangan lo!" ancamnya melemparkan jaketnya pada Langit dengan kesal.

"Iya iya!" kesal Langit menghentakkan kaki sok imut, Langit menyerahkan jaket Alkana pada Liona. Sedangkan gadis itu sudah tertawa geli sejak tadi.

"Dadah Liona, Langit ganteng mau modif motor dulu ya muachhh!" godanya memberikan kiss jauh untuk Liona membuat gadis itu tertawa. Alkana yang sudah berjongkok langsung hendak berdiri untuk menghajar Langit, dengan sigap Liona langsung menghentikan Alkana.

"Eitsss kamu mau kemana?" tahan Liona.

"Kamu belain Langit?!" sarkas Alkana membuat Liona tertawa melihat ekspresi wajah Alkana. Bukannya menjawab Liona malah mencubit kedua pipi Alkana.

"Gemes banget sih sayang!!" ucapnya membuat pipi Alkana memerah, lelaki itu langsung membuang pandangannya. Liona ikut berjongkok di samping Alkana membuat lelaki itu menoleh menatap gadis itu.

"Ambil kursi!" suruh Alkana pada seorang anggotanya bernama Udin. Seketika lelaki itu langsung mengambilnya dan memberikannya pada Liona.

"Makasih!" ramah Liona, lelaki itu mengangguk sopan tak berani menatap wajah Liona, takut di hajar Alkana sepertinya.

Jadilah Liona duduk di kursi sedangkan Alkana berjongkok di depannya. "Jangan deket-deket Langit! Atau cowok manapun!" tajamnya. Liona terkekeh membingkai wajah itu, gadis itu memberikan kecupan bertubi-tubi di setiap sisi wajah Alkana. Beberapa anggota di sana langsung menutup mata, ada juga yang berbalik badan.

"Sakit banget Mak jadi jomblo!!" teriak mereka meratapi nasib.

"Serasa ngontrak di bumi anjaiii!!"

"Heh kalo bucin tau tempat ya! Hargai kami para jomblo abadi ini!" sinis Langit lagi-lagi memancing, Alkana hampir melemparkan kunci baut pada Langit, tapi tiba-tiba Kenzo datang dan dengan gesit Langit langsung bersembunyi di balik punggungnya.

"Kenzo, lihat Alkana nakal!" ucapnya mengadu bak anak kecil, tepat sekali posisi Alkana masih seperti akan melempar, benar-benar dramatis sekali.

"Jangan kayak bocah!" ucap Kenzo pada mereka berdua. Liona tertawa kencang mendengarnya, Bintang dan orang-orang di sana juga. Astaga jatuh sudah kesan sangar dan keberingasan Alkana.

"Bilang apa lo Ken!" amuk Alkana membuat Kenzo langsung kabur ke ruang khusus inti. Melihat Liona tertawa kencang membuat hati Alkana menghangat, akhir-akhir mood gadis itu mulai membaik. Alkana merasa bangga dengan dirinya akan hal itu.

"Temen-temen kamu lucu deh, ketemu di mana dulu?" tanya Liona, bahkan air matanya sampai keluar.

"Di kolong jembatan!" sarkas Alkana sok jutek. Meski keseharian Alkana terkenal dengan sikapnya yang luar biasa datar dan bringas terkadang ia juga ikut bercanda dengan teman-teman gengnya.

"Galak banget sih!" Liona terkekeh kecil, Alkana pura-pura tidak mendengar dan mulai mengerjakan motornya.

Tiba-tiba sesuatu terlintas di pikiran Liona. "River juga make ini?" tanya Liona. Alkana yang memasang NOS pada mesin motornya seketika berhenti, Alkana menatap Liona dengan mata memicing.

"Cara kamu manggil bajingan itu seolah kamu udah kenal dia." itu bukan pertanyaan melainkan penyataan.

Liona menelan ludahnya susah payah, mereka sudah berjanji agar tidak akan ada rahasia di antara keduanya. Liona baru ingat sekarang, lebih baik gadis itu mengatakannya segera, karena besar kemungkinan jika ia dan River akan bertemu di ajang balapan nanti, Liona tidak ingin Alkana merasa di bohongi.

"Denger Alka, sebenarnya aku udah tau kalo musuh kamu itu River sejak Bintang ngirim foto kalian pas nyerang markas Jupiter. Cuma karena banyaknya masalah aku dan semua rintangan hubungan kita bikin aku lupa, maaf."

"Bukan Bintang, Langit yang ngirim foto." koreksi Alkana yang bagi Liona tidak penting sama sekali, hal itu membuat Liona kesal, dengan keras Liona memukul bahu Alkana, lelaki itu malah diam menatapnya.

"Terserah siapa yang ngirim yang jelas itu di kirim dari ponsel Bintang! Bisa gak sih kamu fokus ke cerita aku aja!" marahnya dengan dada naik turun.

"Hei calm down Baby, sorry. Lanjutin ceritanya ya, aku cuma mengoreksi aja sayang. Kamu kenal River?" nada bicara Alkana mulai melembut tidak sedatar tadi.

"Aku gak mau kamu merasa di bohongi, mumpung aku ingat sekarang, jadi sekarang aja. Sebenarnya River itu sepupu aku Alka, bukan sepupu deket sih, tapi sepupu jauh. Cuman dulu kita lumayan akrab." jelas Liona membuat Alkana mengernyit.

"Kamu tau dia anak geng motor Jupiter?" tanya Alkana.

Liona menggeleng, "Nggak, aku cuma tau dia ikut geng motor, nama geng motornya aja dulu aku gak tau, bahkan aku gak tau kalo dia ketuanya. Yang aku tau dia kabur dari rumah orang tuanya, setelah kabur dia masuk geng motor dan gak tau dari mana dia udah punya bengkel, mungkin hasil tabungannya atau pinjam modal, yang jelas dia hidup mandiri sekarang."

Alkana yang memang tidak pernah mencari tau latar belakang keluarga River sedikit tertarik, ternyata Liona punya hubungan keluarga dengan musuhnya, dunia sempit sekali.

Alkana hanya mencari tau tentang sekolah lelaki itu, pertemanannya dan usaha bengkelnya, Alkana tau River punya usaha bengkel.

"Dia ada masalah sama orangtuanya?"

Liona mengangguk, "Dulu Papa pernah cerita kalo River itu anak haram, anak hasil perselingkuhan ayahnya sama wanita lain. Ibu kandungnya gak mau membesarkan dia, jadi dia tinggal sama keluarga ayah kandungnya."

Alkana langsung mengerti ke arah mana pembicaraan Liona, "Jelas dia gak betah tinggal di sana, right? Apalagi pasti dia dapat perlakuan khusus." Liona terkekeh miris, gadis itu tau maksud perlakuan khusus yang di ucapkan Alkana, perlakuan tidak adil.

"Nasib kami hampir sama, makanya dulu sempat akrab, cuma setelah dia pergi dari rumah orang tuanya, kita lost kontak." jelas Liona nampak tenang.

"Nasib kalian sama, cuma alasan penderitaan kalian aja yang beda."

*****

Suasana jalanan yang jarang di lalui kendaraan ini begitu ramai, banyak kendaraan dengan kelompok masing-masing di sana, sebenarnya ajang ini di buat untuk menjalin hubungan baik antara sesama geng motor. Namun permusuhan Alkana si raja jalanan dengan River yang selalu saja kalah itu bukan rahasia umum lagi.

Setiap geng motor datang dari berbagai sekolah dan daerah, ada sekitar lima geng motor di sana, dengan keunggulan masing-masing. Kedatangan Alkana dan Xanderoz adalah yang paling akhir, bisa di bilang mereka tepat waktu, bukan terlambat. Seketika banyak yang mengerumuni mereka untuk memberikan tos ala lelaki.

Liona melihat banyak sekali gadis-gadis di sini, meski lelaki lebih mendominasi, mereka menggunakan pakaian terbuka, rok super pendek, celana super pendek dan atasan yang hampir mirip seperti pakaian dalam. Liona melirik penampilannya yang begitu tertutup, ada rasa bangga dalam dirinya.

Bisa Liona lihat dari ujung sana Jupiter menatap tak suka pada Xanderoz, Liona turun dari motor begitu juga Alkana dan yang lainnya. Liona melepaskan helmnya, seketika dirinya menjadi pusat perhatian para lelaki di sana, Alkana hanya menatap mereka datar, dan merangkul pinggang Liona posesif.

"Apa kabar bro?" sapa seorang lelaki ber tos dengan Alkana.

"Fine, thanks!" jawab Alkana.

Setelahnya banyak lelaki yang menyapa mereka juga, Liona hanya tersenyum canggung jika mereka menyapanya. Kenzo, Bintang, dan Langit juga nampak sibuk.

"Ohh shit!" umpat Langit menatap semua gadis-gadis di sana. Matanya sibuk menatap pantat gadis-gadis di sana membuat Bintang menoyor kepalanya.

"Mata lo!" peringat Bintang.

"Halah sok alim lo Bangsat! Anggap aja ini ajang cuci mata, kan mereka yang milih pake baju kayak gitu!" Langit masih bersikeras.

"Gue aduin Alkana mampus lo!" ancam Bintang. Langit memutar bola matanya malas.

"Elahh parah banget lo, gue cuma cuci mata Bintang, bukan ninaninu sama mereka!" ucapnya dramatis.

Tiba-tiba seorang gadis dengan rok pendek datang menghampiri mereka, dia menyapa Alkana namun lelaki itu hanya mengangguk malas tanpa mau membalas uluran tangan gadis itu. Hal itu membuat Liona terpekik senang dalam hati, apalagi Liona mendapati binar tertarik di mata gadis itu untuk Alkana-nya.

"Pacar lo?" tanyanya basa-basi, karena ini pertama kalinya Alkana membawa pasangan. Alkana menggeleng membuat semua gadis itu dan semua gadis di sana yang mengidolakan Alkana terpekik senang.

Orang-orang langsung beranggapan jika Liona adalah mainan sesaat Alkana, tapi masalahnya Alkana bukan pemain wanita.

"Bukan, tapi tunangan." jawaban Alkana selanjutnya membuat mereka seketika bungkam. Dengan sengaja Alkana menunjukkan cincin di jarinya membuat gadis bernama Kila itu tertohok lalu menatap benci pada Liona.

"Gak usah ngarep Kila, Alkana gak tertarik sama lo!" ucap Langit blak-blakan.

Liona tersenyum miring sambil memeluk lengan Alkana dengan sensual, gadis itu berbalik pergi begitu saja dari sana. Liona tersenyum sinis lalu menatap tajam pada Alkana.

"Lain kali, kamu harus ngajak aku, ngerti?!" ancamnya tak main-main, Alkana tersenyum kecil menatap mata gadis itu, tidak tahan Alkana memajukan wajahnya dan mencium gadis itu di sana.

"Iya sayang." Alkana menurut dengan sangat ikhlas.

Seorang lelaki yang sepertinya memantau situasi berteriak, "Yooo guys!!! Polisi patroli di seberang, kita aman!. Mulai!!!" teriaknya heboh yang di hadiahi gemuruh tepuk tangan dan sorakan, Liona nampak menikmati suasana baru ini.

"Lest Go!!!!!" semangat mereka mulai mempersiapkan motor masing-masing, untuk balapan ini ada beberapa sesi, sesi pertama untuk anggota geng motor, sesi dua untuk para anggota inti, dan sesi tiga untuk para leader. Hadiahnya tentu juga berbeda, ada uang dengan nilai sesuai taruhan dan kesepakatan, dan juga motor mereka sendiri.

Sesi satu sudah di mulai, gemuruh knalpot mereka mengaung bersahut-sahutan. Seorang lelaki dengan jaket atas nama Lionder memenangkan pertandingan. Geng yang hadir terdiri atas, Xanderoz, Jupiter, Lionder, Jogers, dan Wolfgang. Di antara mereka, hanya Jupiter yang berani mencari gara-gara dengan Alkana.

Setelah itu pertandingan sesi satu babak kedua, ketiga, keempat, dan kelima di langsungkan. Xanderoz meraih kemenangan dua kali, Lionders sekali, dan Wolfgang dua kali. River nampak menampar kasar anggotanya yang kalah itu, lelaki itu nampak sangat tidak profesional.

Udin dan Putra yang menang menatap sungkan Alkana saat lelaki itu memeluk mereka satu persatu memberi selamat, padahal apa yang mereka lakukan tidak ada apa-apanya dengan balapan antar leader nanti, tapi itulah Alkana, selalu mengapresiasi sekecil apapun pencapaian teman-temannya.

"Selamat ya!" ucap Liona, begitu juga anggota lain Xanderoz.

Kini sesi dua di mulai, para anggota inti mulai maju, untuk anggota inti hanya tiga babak yang tersedia, tentunya setiap geng memiliki jumlah anggota inti yang berbeda, pas sekali Xanderoz hanya punya tiga, jadi mereka bertiga bisa ikut.

"So, siapa yang maju duluan?" tanya Langit.

"Lo aja gimana?" usul Kenzo yang masih sibuk dengan sebatang rokoknya. Bintang dan Alkana juga setuju, Langit mengangguk pasrah, lelaki itu memakai helmnya dan menuju garis start.

Kini lima orang sudah siap di garis start, perwakilan setiap geng motor tentunya, tiba-tiba seorang gadis dengan rok super mini mendekat ke arah Langit, bahkan saking pendeknya rok itu, pantatnya terlihat mengintip.

"Kalo kamu menang, ini jadi milik kamu..." ucapnya sensual di telinga Langit di balik helm lelaki itu, sambil tangan gadis itu membawa tangan Langit ke dalam rok nya, ralat menyentuh pantatnya. Seketika sorakan bergemuruh, dengan cepat Langit menarik tangannya.

"Sorry gue gak minat, tawarin ke yang lain aja!" ucapnya menutup kaca helmnya. Gadis itu menjauh dengan rasa kecewa dan malu.

Liona menatap Alkana, dan arah pandangan lelaki itu hanya menatap wajahnya sejak tadi, Liona menatap sekelilingnya di mana semua mata lelaki jelalatan melihat tubuh-tubuh gadis di sana. Bintang dan Kenzo hanya menatap datar semua hal di sana.

"Kayaknya aku dapat lelaki sejati di sini." ucap Liona mencium pipi Alkana.

"Gak ada yang lebih menarik selain kamu sayang." ucap Alkana tak mengalihkan pandangan sedikitpun dari wajah Liona. Tiba-tiba kemesraan mereka terganggu karena kedatangan seseorang.

"Lama gak ketemu, Liona." ucapnya membuat tangan Alkana terkepal mendengar suara itu.






TBC!
Halo? Selama malam? Apa kabar? Semoga selalu sehat ya, seperti biasa kalo ada typo kode di komen ya, bantuin author revisi.

Gak sabar sama balapan Alkana nanti? Jangan lupa vote dan spam komen part ini ya, dan share juga cerita ini ke temen-temen kalian.

Jangan lupa follow aku ini dan Instagram aku ya, subscribe channel YouTube aku juga.

See you again!!

Continue Reading

You'll Also Like

191K 11.8K 54
Alleta Nadeleine, gadis cantik yang harus pindah sekolah karena mengikuti papanya yang bekerja. Namun, siapa sangka di sekolah barunya ini membawanya...
960K 47.6K 42
"Jadi, kakak lebih milih pulang bareng Freya dibanding Kia?" ujar Kia pada Arzel. Kalimat apa yang dia ucapkan pada Arzel ini? Tentu saja Arzel lebih...
988K 81K 57
[Baca AGARISH 1 dulu] Masa jaya Pegasus belum selesai hanya sampai di SMA. Tetapi akan terus bersinar dibawah pimpinan AGARISH. Masa perkuliahan Ag...
914K 67.3K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...