ALKANA [END]

By hafifahdaulay_

789K 38.2K 3.1K

Dia Alkana Lucian Faresta dan pusat kehidupannya Liona Athena. Alkana adalah tipikal lelaki dingin, angkuh da... More

PROLOG
CAST
Trailer
CHAPTER 01
CHAPTER 02
CHAPTER 03
CHAPTER 04
CHAPTER 05
CHAPTER 06
CHAPTER 07
CHAPTER 08
CHAPTER 09
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
EPILOG
New Story! (Squel)

CHAPTER 33

8.9K 549 35
By hafifahdaulay_

Happy reading:)

"Jangan coba-coba pergi Athena atau kamu bakal tau akibatnya!"

~Alkana Lucian Faresta~

Liona menatap jalanan yang tidak begitu padat, suasana kota nampak sedikit mendung pertanda hujan akan segera turun, Liona menyenderkan kepalanya pada punggung Alkana, memeluk erat tubuh lelaki itu, angin menerpa tubuh mereka terasa sejuk, Liona menyukai suasana seperti ini, berkendara dengan motor dengan posisi dirinya memeluk erat tubuh Alkana. Rasanya begitu nyaman dan dirinya betah berlama-lama.

"Sebagai sanksi dari kekacauan ini, pihak sekolah mengambil tindakan keras, tolong sampaikan ini pada Malvin Bu Rania, dengan berat hati kami mencopot jabatan Malvin sebagai ketua OSIS SMA Venus." jelas Guru Konseling dengan tegas setelah kepergian Hayden dan Drian.

Rania nampak tidak setuju, "Ini tidak adil, bagaimana bisa seperti itu!" protesnya, karena Rania tau menjadi ketua OSIS akan memperbanyak pengalaman Malvin dan sekolah akan mengutamakan Malvin untuk masuk universitas terbaik.

"Maaf Bu Rania, ini keputusan kami, dan untuk kamu Liona, kamu juga di kenakan sanksi, Pak Arga dengan berat hati kami mencopot beasiswa putri anda di sekolah ini, untuk selanjutnya Liona harus membayar uang sekolah."

"Mikirin apa sayang?" tanya Alkana sedikit berteriak membuat Liona tersadar dari lamunannya. Sejak tadi Alkana selalu melirik gadis itu dari spion motor.

"Gak ada kok." bohongnya membuat Alkana menghela nafas. Alkana memelankan sedikit laju motornya agar mereka bisa bicara.

"Mikirin soal beasiswa itu lagi? Kan aku udah bilang kamu gak usah khawatir, ada aku, aku yang akan bayar uang sekolah kamu kedepannya." ucapan lelaki ini membuat Liona melotot.

"Gak bisa! Itu uang kamu! Aku gak mau!" tolak Liona tegas.

"Kenapa? Kan uang aku banyak, lagian sekarang kan kamu tanggung jawab aku." ucapan Alkana membuat Liona mencubit perut lelaki itu.

"Akhh! Sayang kok di cubit sih!" pekik Alkana menepikan motornya.

"Kamu sih kalo ngomong, aku belum sepenuhnya jadi tanggung jawab kamu Alka, kita belum nikah. Lagian aku gak mau uang kamu habis!" ucapan Liona membuat Alkana tertawa, lelaki itu menoleh ke belakang lalu mencubit pipi Liona membuat gadis itu cemberut.

"Uang aku gak bakalan habis meskipun biayain semua murid Venus sekolah, lagian mau gimana lagi? Atau kamu mau aku bilangin Papa?, nanti nominalnya makin gede. Lagian kamu jadi cewek porotin aku kek, matre kek, ini apa-apa gak mau, kenapa sih sayang?"

"Ihhh kamu ngomongnya kok gitu! Pokoknya jangan bilangin Papa Hayden!" was-was Liona, jika Hayden tau bisa-bisa pria itu akan mengembalikan beasiswanya, bukan apa-apa Liona tidak mau orang-orang berfikiran jika dirinya mengandalkan koneksi dan melakukan hal yang tidak adil.

"Aku tau apa yang kamu pikirin, lagian tanpa aku kasih tau Papa juga bakalan tau Athena, kalau kamu khawatir sama pandangan orang-orang, terima aja tawaran aku tadi, gratis, bayarnya pake cinta, lagian dengan cara itu orang-orang gak akan tau kalau aku yang bayarin sekolah kamu." jelas Alkana panjang lebar, beberapa pengendara yang melintas melihat interaksi keduanya, percayalah mereka terlihat lucu dari kejauhan.

"Lagian kalo kamu bayar pake uang aku, uangnya bakalan balik ke aku, kan itu sekolah punya aku, di beliin Papa." bangga Alkana dengan senyum angkuhnya. Benar juga, Liona hampir lupa akan fakta itu, Alkana rela meminta Hayden membeli sekolah itu demi dirinya.

Tunggu, Alkana rela meminta Hayden membeli sekolah itu demi dirinya?!!!. Lelaki gila! Demi memastikan jika segalanya di bawah kendalinya Alkana rela melakukan apapun.

"Bener juga kan itu punya kamu!" Liona kesal sendiri. Jangan harapkan Arga, pria itu sudah lepas tanggung jawab pada Liona setelah gadis itu di usir dari rumah.

"Pokoknya mau gak mau aku yang bayarin sekolah kamu!" tegas Alkana menaikkan kecepatan motornya, berdebat dengan Liona yang keras kepala akan menguras tenaga dan kesabaran Alkana yang setipis tisu. Liona yang keras kepala dan Alkana yang tidak pernah menerima penolakan, dan sialnya mereka berjodoh.

Kini tujuan mereka adalah Mall, rencananya mereka akan menonton dan berbelanja sebentar, intinya ingin menghabiskan waktu berdua.

******

Seorang gadis melajukan mobilnya melewati jalanan yang di penuhi banyak pepohonan rindang, Gadis itu sibuk bernyanyi mengikuti musik yang dirinya putar di mobilnya, gadis itu sengaja mengambil jalan pintas dari maps agar lebih cepat sampai ke rumah.

Namun tiba-tiba laju mobilnya mulai melambat membuat gadis itu menghentikan mobilnya. Gadis itu melirik spion dan menemukan jika ban belakang mobilnya bocor.

"Shit!" makinya karena kelewat kesal. Gadis itu turun untuk memastikan. Dan benar saja ban mobilnya bocor, gadis itu melihat potongan besi besar menancap pada ban mobilnya, Florin dengan kesal menendang ban mobilnya sambil gadis itu menatap sekelilingnya.

Setelah cukup lama meninggal tanah air membuat Florin tidak begitu tau jalan dan posisi bengkel. Tapi dapat gadis itu rasakan jika di sekitar sini tidak ada bengkel! Tidak ada kendaraan yang lewat selain dirinya. Berdecak kesal gadis itu mengeluarkan ponselnya, belum jarinya menyentuh icon telpon pada kontak Alkana, suara deru motor mendekat membuat aksinya terhenti.

Seorang lelaki turun dari motor sport miliknya lalu melepaskan helmnya. "Butuh bantuan?" ucapnya menawarkan diri. Florin seketika berbalik badan untuk melihat seseorang yang berbicara padanya.

Lelaki itu tertegun melihat gadis di depannya, lelaki ini adalah lelaki ke sekian ribu yang Florin temui yang terpesona pada dirinya, wajahnya yang kurang ajar cantik membuat siapapun terkesima.

"Iya." suara halus itu membuat lelaki itu menelan ludahnya sudah payah. Gadis dengan mata tajam itu menelisik penampilan lelaki di depannya, dapat Florin ketahui jika ternyata mereka berbeda sekolah, karena seragam mereka berbeda. Merasa jika dirinya di lihat dari atas sampai bawah membuat lelaki itu salah tingkah.

"Bannya bocor." beritahu Florin membuat lelaki itu mendekat otomatis dia juga semakin dekat ke arah Florin, wangi parfum gadis itu masuk ke indra penciumannya membuat lelaki itu gugup.

"Bocornya parah." ucap lelaki itu mencabut besi yang lumayan besar itu dari ban mobil Florin.

"Ada bengkel dekat sini?" tanya Florin, lelaki itu menggeleng masih dengan posisi berjongkok di depan Florin.

"Punya ban serep?" tanya lelaki itu, agar dia bisa membantu menggantinya. Florin menggeleng, sejak memakai mobil barunya ini, Florin tidak terfikir dengan ban serep.

"Gue punya bengkel, di bawa ke sana aja gimana? Biar gue suruh orang bengkel gue jemput." tawarnya. Florin mengangguk saja, tidak enak juga menolak tawaran baik orang yang membantunya.

Florin mengurungkan niatnya menghubungi kakaknya, dan memilih menyimpan ponselnya ke dalam saku. Lelaki itu berdiri lalu mengeluarkan ponselnya, dia menyuruh orang bengkelnya datang menjemput mobil Florin.

"Kita tunggu aja, sepuluh menit lagi pasti mereka nyampe." beritahu lelaki itu memperkirakan jarak dan waktu tempuh bengkelnya ke sini. Angin berhembus kencang membuat rambut Florin berterbangan, lelaki itu mencoba mengalihkan pandangannya namun tidak bisa, seluruh tubuhnya seperti patung.

"Kayaknya mau hujan." beritahunya sambil menatap langit. Florin mengangguk saja sambil merapikan rambutnya. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya membuat Florin spontan menyuruh lelaki itu masuk ke mobilnya untuk berteduh, lagi pula tidak ada tempat berteduh di sana, tidak mungkin Florin masuk ke mobilnya dan membiarkan lelaki itu kehujanan.

Lelaki itu berlari mengambil helmnya di atas motor karena takut basah, seketika Florin melihat tulisan di punggung jaket kulit yang di pakai lelaki itu.

Jupiter.

Florin hanya masa bodoh, itu kan hanya nama planet, banyak yang menjual jaket seperti itu, jika ada Jupiter, berarti ada Mars, Saturnus, Uranus, dan planet lainnya.

Florin duduk di kursi kemudi, sedangkan lelaki itu di sampingnya sibuk membuka jaketnya dan menyisir rambut basahnya dengan tangan. Wajah lelaki itu basah oleh air hujan begitu juga dengan Florin.

Florin mengambil tisu di dasboard mobil, mengambil beberapa helai untuk dirinya lalu gadis itu menyodorkan pada lelaki itu.

"Makasih." terimanya mulai mengeringkan wajahnya. Musik Florin yang sejak tadi masih menyala menemani kesunyian mereka di sana bersama hujan deras yang membuat kaca mobil berembun, merasa udara kian dingin Florin mematikan AC mobil.

Lagu Harleys In Hawaii by Katy Perry itu mengalun merdu, lelaki itu diam memperhatikan jalanan aspal di depan mereka yang basah oleh air hujan. Tangannya setia memangku helmnya dalam diam, tidak tau juga mau berbicara apa. Jika hujan begini bisa saja orang bengkelnya menunda perjalanan untuk datang ke sini.

"Gue Florin." ujar gadis itu menyodorkan tangannya. Lelaki itu menoleh menatap tangan di depannya, tangan putih yang nampak begitu halus dengan jam Rolex itu dengan sungkan lelaki itu terima.

Anak konglomerat, pikir lelaki itu. Saat tangan mereka bersentuhan, lelaki itu dapat merasakan betapa lembutnya kulit gadis itu.

"River." ucapnya mencoba tidak gugup. Aura gadis ini sangat mendominasi, dia berani menatap mata lawan bicaranya dengan mata tajamnya yang bisa menjebak siapapun di dalamnya.

"Nama yang bagus." pujinya membuat River salah tingkah.

"Makasih." ucapnya pelan.

"Lo sekolah di mana?" tanya Florin mencoba membuka topik.

"SMA Cempaka, gue sering lewat sini. Tapi baru pertama kali ngeliat lo." ucapnya sedikit penasaran, wajah Florin yang blasteran membuat dirinya berfikir jika awalnya gadis itu adalah bule. Tapi mendengar saat gadis itu berbicara begitu fasih dengan bahasa Indonesia membuat River tau jika gadis itu blasteran.

"Gue baru pindah dua hari lalu dari California." ucapnya membuat River mengangguk mengerti, pantas saja auranya bule sekali. River tidak tau saja jika gadis di depannya adalah adik dari musuhnya Alkana, lelaki yang beberapa kali hampir membunuhnya.

"Kelas berapa?" kepo River.

"Sebelas." jawab Florin singkat meraih botol air mineral dari kresek putih di sana. Gadis itu dengan mudah memutar tutup botol air mineral itu dan menghancurkan segelnya. Florin minum dengan mata terpejam membuat River meneguk ludahnya susah payah melihat leher putih gadis itu bergerak menelan air mineral itu, apalagi bibirnya yang menempel pada mulut botolnya.

River menggelengkan kepalanya beberapa kali mencoba menghilangkan pikiran kotornya.

"Mau?" tawar gadis itu yang selesai minum hingga air di botol itu sisa setengah, mata River berkedip beberapa kali, wajah tampannya yang terkesan bad boy dan angkuh itu nampak melongo melihat Florin.

Florin menaikkan sebelah alisnya, "River! Lo kenapa?" tanyanya heran. River seketika tersadar lalu menggeleng, lelaki itu membayangkan minum dari bekas bibir gadis di depannya ini membuat kepalanya pusing.

"Gue nanya Lo mau atau nggak?, Kalo mau nih gue masih punya banyak." jelas Florin mengangkat kresek putih tadi, dan benar ada sekitar tiga botol air mineral baru di sana, seketika pipi River memerah malu, pede sekali dirinya astaga!.

"Oh iya makasih." ucapnya mengambil satu. Florin hanya mengangguk acuh, gadis itu menatap hujan yang belum juga berhenti, namun mulai sedikit reda.

Dari kejauhan nampak sebuah mobil mendekat, itu adalah mobil derek dari bengkel River, siapa yang tau lelaki nakal yang selalu terobsesi untuk mengalahkan Alkana itu mempunyai usaha bengkel.

"Orang bengkel lo bukan?" tanya Florin.

"Iya itu mereka." jawab River keluar dari mobil membiarkan gerimis membasahi dirinya. Florin ikut keluar dari mobil.

"Bos!" dua lelaki nampak turun lalu berlari mendekat.

"Bawa mobilnya ke bengkel!" perintahnya.

Florin berfikir sesaat, "Bakal lama gak?" River mengangguk mengiyakan.

"Lo buru-buru pulang? Kalo iya mobilnya di bawa dulu aja, lo jemput besok. Aman kok gak usah khawatir."

Florin nampak berfikir sebelum setuju, "Oke."

"Sekarang gue antar lo pulang dulu, gimana? Gak ada kendaraan lewat sini, jarang." jelas River yang benar adanya, buktinya sejak tadi hingga sekarang tidak ada kendaraan lewat selain mereka.

"Oke, bentar gue ambil tas dulu." ucapnya berbalik ke mobil.

"Siapa bos? Cantik amat." ucap salah satu lelaki di sana.

"Pacarnya ya Bos?" celetuk orang di sebelahnya. River hanya menggeleng sambil tersenyum, mimpi sekali dia gadis secantik Florin mau dengan dirinya yang brandal ini, apalagi gadis itu anak konglomerat.

Florin mendekat dengan tas di tangannya, River menatap kedua anak bengkelnya yang juga anggota Jupiter. Florin memberikan kunci mobilnya pada River, lelaki itu lalu memberikannya pada mereka.

"Hati-hati, jangan sampai mobilnya lecet, mobil mahal, masih baru." ucap River yang masih dengan jelas mengingat aroma mobil Florin. Kedua lelaki itu langsung memberikan jempol.

Florin terkekeh kecil mendengar ucapan River, dan itu berhasil membuat jantung River tidak aman. "Gak usah sampe segitunya kali." tegur Florin, River menggaruk tengkuknya yang tidak gatal akibat salah tingkah.

"Ayo, keburu basah entar!" ajak gadis itu merasa gerimisnya mulai sedikit deras kembali.

"Pake jaket gue!" tawarnya menyerahkan jaketnya. Florin menatap jaket itu sesaat lalu wajah River, gadis itu tersenyum miring.

"Thanks!" ucapnya menerima jaket itu lalu memakainya, jika Alkana melihat adiknya memakai jaket geng motor milik musuhnya, percayalah Alkana akan membakar semua jaket mereka bersama tubuh River sekaligus.

"Gue cuma punya satu helm." beritahunya.

"Buat lo aja!" tolak Florin menyandang tasnya lalu ikut naik ke motor River. Seketika lelaki itu melajukan motornya membelah jalanan sepi itu. River memberikan klakson pada anak bengkelnya pertanda pamit, mereka melambai sebagai jawaban.

"Hati-hati Bos!" teriak mereka bersama dengan motor itu yang mulai menjauh. Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan, Florin menolehkan wajahnya ke samping agar hujan tidak menabrak wajahnya secara langsung. Gadis itu duduk tanpa berpegangan membuat River membawa motornya ekstra hati-hati. Florin mengarahkan motor itu ke komplek perumahan super mewah, River menelan ludah menatap rumah-rumah bak istana di depan sana.

Hingga gadis itu menyuruhnya berhenti di gerbang hitam, di mana rumah ini adalah yang paling besar dan paling mewah di sana. Florin turun lalu membuka jaketnya.

"Thanks buat bantuannya, oh iya, nomor lo?" Florin menyerahkan ponselnya.

"Sama-sama, besok gue hubungi kalo mobil lo udah selesai." ucapnya yang juga menyalin nomor gadis itu ke ponsel miliknya.

"Mau mampir?" tawar Florin basa-basi. River menggeleng sambil tersenyum, dia tau gadis itu hanya basa basi. River yang memang tidak tau letak rumah Alkana tidak tau jika rumah di depannya ini milik musuhnya itu.

"Oke, gue masuk, bye!" ucapnya melangkah menuju gerbang sudut. Gadis itu membuka kunci gerbangnya melalui ponselnya membuat River melongo.

"Canggih banget," gumamnya sebelum menancapkan gas pergi dari sana.

******

Liona tidak berhenti tertawa melihat ekspresi Alkana setelah mereka keluar dari bioskop, percayalah lelaki menyeramkan itu ternyata takut menonton film horor.

"Jangan ketawa!" kesalnya membuang muka, lelaki itu nampak merajuk. Malu sekali!, sebenarnya banyak lelaki juga yang berteriak ketakutan saat di dalam tadi, tapi kenapa Liona terus menertawakan dirinya?, padahal Alkana saat ketakutan tidak sampai berteriak, hanya memegang lengan Liona beberapa kali lantaran kaget karena setannya muncul.

"Jadi itu alasan kamu nolak pas aku ngajak nonton horor tadi? Hahaha!" tawa Liona masih meledak membuat beberapa orang memperhatikan gadis itu, tawa Liona yang menular membuat orang-orang yang melihatnya ikut tertawa membuat Alkana kian kesal, padahal mereka tidak tau alasan Liona tertawa.

Alkana berjalan lebih dulu meninggalkan Liona di belakangnya, lelaki itu setia membawa banyak paper bag di tangannya, hasil dirinya berbelanja dengan Liona tadi sebelum menonton. Tau jika lelaki itu merajuk Liona langsung menyusulnya.

"Kamu marah?" tanya Liona mencoba menyamakan langkah mereka. Alkana terus berjalan lurus, Liona langsung berdiri di depan Alkana membuat lelaki itu mendengus dingin lalu kembali membuang muka.

"Maaf ya sayang, gak lagi deh, gak akan ada film horor lagi, okay? Jangan marah ya?" bujuknya, Alkana hampir saja luluh.

"Muka kamu pas kaget tadi--pftttt hahahaha!" tidak tahan tawa Liona kembali meledak. Alkana yang hampir luluh itu langsung mengepalkan tangannya mencengkram semua tali paper bag belanjaan mereka.

"Kamu!---" pekik Alkana pergi begitu saja.

"Aduh dek kasian pacarnya, jangan di godain lagi, makin ganteng soalnya kalo cemberut gitu." celetuk ibu-ibu di sana. Liona mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Hehe iya Bu, permisi kita duluan." sopan Liona kembali menyusul Alkana yang sudah menuruni eskalator.

"Alka sayang, tungguin aku!" suara Liona terdengar menyebalkan di telinga Alkana.

"Jangan deket-deket, aku marah sama kamu!" sinis Alkana yang justru terlihat lucu di mata Liona.

"Oh ya udah!, aku pergi ya?" goda Liona melangkah ke arah lain setelah turun dari eskalator. Alkana langsung menahan lengan gadis itu lalu menatap tunangannya tajam.

"Jangan coba-coba pergi Athena, atau kamu bakal tau akibatnya!" ucapnya memperingati. Liona bukannya takut malah terkekeh lalu mencium pipi Alkana.

"Gemes banget sih tunangan aku!" ucapan Liona sukses membuat Alkana tak mampu menahan senyumnya. Orang-orang berteriak iri melihat kebucinan kedua remaja SMA itu.

"Nakal!" ucap Alkana merangkul pinggang Liona untuk berjalan menuju Starbucks. Liona terkekeh geli saat Alkana mencubit hidungnya. Dengan iseng Liona balas menggigit lengan berotot itu membuat Alkana meringis.





TBC!
Halo?selamat malam? Apa kabar? Semoga selalu sehat dan bahagia. Seperti biasa kalo nemu typo kode di komen ya, bantu author revisi hehe.

Gimana sama part ini? Siap untuk balapan besok? Kira-kira siapa yang bakalan menang?

Jangan lupa vote dan spam komen ya, share juga cerita ini ke temen-temen wattpad kalian yang lain biar makin rame.

Follow Instagram aku ya di @hafifahdaulay_ dan subscribe channel YouTube aku juga.

See you again!!

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 107K 67
[Masih Lengkap] Ini tentang bagaimana Adira menyukai Febby-kakak kelasnya yang mempunyai sifat dingin seperti es batu dan datar seperti triplek. Dia...
KAYVAN By dhnyrhma

Teen Fiction

507K 46K 52
Bukan rahasia lagi-Seorang Kayvan yang kemana-mana harus bersama dengan dua sahabatnya itu sangat menjengkelkan, dia manja, cerewet, keras kepala, da...
649K 61.1K 58
Kenal Zio Agraham? Pria yang berharap mewariskan segala sifat buruknya terhadap anak. Masa lalunya sebagai pria terkejam dengan satu kali tampar mamp...
Tristis (TAMAT) By mesyria

Mystery / Thriller

42.7K 2.9K 77
( BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA) 🏅Rank 1 #murung 🏅Rank 2 #Toxic 🏅Rank 3 #psychokiller 🏅Rank 2 #Latin 🏅Rank 1 #Riddles Arabella Milanello, cewek...